Sempat Tersendat, Jateng Kembali Ekspor Salak 78,5 Ton ke Tiongkok

- Ekspor salak dari Indonesia ke Tiongkok kembali terbuka setelah sempat terhenti lantaran ketidaksesuaian produk.
- Pada Januari--April 2025, total ekspor salak mencapai puluhan ton dengan nilai miliaran rupiah.
- Karantina Jawa Tengah mendampingi petani agar salak yang diekspor memenuhi ketentuan dan persyaratan negara tujuan.
Semarang, IDN Times - Badan Karantina Indonesia (Barantin) Jawa Tengah pada periode Januari--April 2025 kembali memproses ekspor salak ke Tiongkok. Aktivitas ekspor salak sempat terganjal selama delapan bulan lantaran ditemukan ketidaksesuaian produk oleh Tiongkok.
1. Tim Karantina Tumbuhan dampingi proses ekspor salak

Ketua Tim Kerja Karantina Tumbuhan Karantina Jateng, Irsan mengatakan sedari Januari sampai April ini total ekspor salak sampai puluhan ton.
Irsan merinci bahwa pada Januari kemarin salak yang diekspor ke Tiongkok sebanyak 8,1 ton atau setara dengan nilai Rp302,4 juta. Maret ekspor salah sebanyak tiga kali dengan volume 36,82 ton atau senilai Rp703,9 juta. Kemudian April empat kali ekspor salak sebanyak 33,6 ton atau senilai Rp787,97 juta.
"Capaian ini menjadi sinyal optimis dan peluang ekspor yang kian menjanjikan atas upaya pemulihan dan peningkatan daya saing ekspor salak. Karantina Jateng terus melakukan pendampingan agar salak yang diekspor memenuhi ketentuan dan persyaratan negara tujuan," ungkap Irsan, Minggu (20/4/2025).
2. Raup cuan hingga Rp1,794 miliar

Untuk data yang dihimpun dari Barantin Electronic System for Transaction and Utility Service Technology (BEST TRUST) diketahui tahun 2024, sebelum NNC dari GACC Tiongkok frekuensi ekspor salak sebanyak 20 kali, volume mencapai 218 ton dengan nilai hampir mencapai Rp 4 miliar. Setelah dibuka kembali akses pasar, kegiatan ekspor salak makin menggeliat. Frekuensi sebanyak 8 kali, volumenya sebanyak 78,5 ton senilai hampir Rp1,794 miliar.
Pihaknya juga berkata sesuai arahan Kepala Barantin, Sahat M Panggabean jika lembaga karantina berperan penting sebagai fasilitator perdagangan ekspor.
Namun begitu, pihaknya perlu bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan. Diharapkan penerapan GAP dan GMP (Good Manufacturing Practices) berjalan secara optimal.
"Karantina sebagai sistem pengendalian berperan sangat krusial dalam mengawal ekspor sebagai salah satu produk unggulan masyarakat lokal hingga mancanegara. Karantina sebagai garda terdepan, memastikan produk yang akan diekspor memenuhi standar kesehatan dan keamanan pangan serta mencegah terbawanya organisme pengganggu tumbuhan," kata Irsan.
3. Barantin minta perbaiki perawatan tanaman dan pengendalian hama

Deputi Bidang Karantina Tumbuhan Barantin Jateng, Bambang bersyukur setelah akses ekspor salak kembali dibuka oleh Tiongkok. Ia berharap seluruh pemangku kepentingan konsisten melaksanakan tugas dan fungsinya dalam penerapan Good Agricultural Practices (GAP). Mulai dari perawatan tanaman, sanitasi, pengendalian hama penyakit, pemilihan komoditas yang berkualitas, hingga pengemasannya.
"Tentunya dengan dibukanya kembali akses pasar ekspor salak ke Tiongkok merupakan hasil kerja keras bersama seluruh pemangku kepentingan. Komitmen bersama melakukan perbaikan, termasuk para petani untuk mengimplementasikan Good Agricultural Practices (GAP). Ini harus kita jaga supaya keberlanjutan ekspor (salak) terus berlangsung," ujar Bambang.
4. Ekspor salak mandek 8 bulan lantaran muncul lalat buah

Sokhib, Kepala Karantina Jateng menjelaskan, ekspor salak memang sempat terhenti lantaran muncul dokumen komplain atau Notification of Non Compliance (NNC) yang diterbitkan General Administration of Customs of The People's Republik of China (GACC).
"Tiongkok sudah membuka kembali keran ekspor salak asal Indonesia. Sebelumnya ekspor salak Indonesia terhenti karena adanya temuan oleh pihak GACC pada Maret 2024. Karantina bersama pemangku kepentingan terus melakukan pendampingan kepada para petani. Alhamdulillah sejak awal tahun 2025 sudah bisa ekspor," ujar Shokib.
Agar kejadian sebelumnya dapat diantisipasi, pihaknya terus memberikan bimbingan teknis kepada para petani. Upaya perbaikan atas NNC yang disampaikan oleh GACC yakni adanya infestasi lalat buah.
Seiring berjalannya kembali ekspor salak, Direktur CVGNL, Agus Suryono mengatakan nantinya terus melakukan perbaikan terhadap proses ekspor salak. Mulai kebun yang teregistrasi, pemasok, collecting house, pencatatan hingga rumah kemas.
"Diharapkan salak Jawa Tengah tetap memenuhi standar yang ditetapkan Tiongkok dan dapat merambah ke negara lain," akunya.