Dugder Semarang Digelar Sederhana, Hanya Baca Halaqoh dan Pukul Bedug

Salat tarawih di Masjid Agung Semarang ditiadakan

Semarang, IDN Times - Ada yang berbeda dengan tradisi Dugderan tahun ini di Kota Semarang. Prosesi budaya untuk menyambut bulan Ramadan ini dilaksanakan dengan sangat sederhana. 

1. Dugderan di tengah pandemik COVID-19 dihadiri kalangan terbatas

Dugder Semarang Digelar Sederhana, Hanya Baca Halaqoh dan Pukul BedugPembacaan halaqoh di prosesi dugderan Semarang. Dok. Pemkot Semarang

Pemerintah Kota Semarang yang biasanya menggelar pasar tiban di kawasan Pasar Johar Lama dan puncaknya ada karnaval dan pawai Warak Ngendog, pada saat pandemik COVID-19 ini prosesi tersebut ditiadakan. 

Dugderan kali ini digelar dengan sangat sederhana dan tidak melibatkan banyak massa. Dengan membawa hantaran berupa kue replika masjid dan berbagai makanan khas Kota Semarang, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dan Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu berkunjung ke Masjid Agung Semarang, Kamis (23/4). 

Baca Juga: Jelang Ramadan, Dugderan dan Gebyuran Bustaman di Semarang Ditiadakan

2. Hendi hanya baca doa halaqoh dan pukul bedug

Dugder Semarang Digelar Sederhana, Hanya Baca Halaqoh dan Pukul BedugWali Kota Semarang Hendrar Prihadi sambut Ramadan saat prosesi Dugderan. Dok. Pemkot Semarang

Kunjungan tersebut disambut Ketua Takmir Masjid Agung Kota Semarang, KH Hanief Ismail. Kemudian, prosesi Dugderan pun dilaksanakan dengan pembacaan halaqoh oleh Wali Kota Semarang dan dilanjutkan dengan menabuh bedug sebagai tanda akan dimulainya Ramadan.

Hendrar Prihadi mengatakan, Dugderan setiap tahun rutin diselenggarakan Pemkot Semarang sebagai tradisi budaya untuk menyampaikan kepada seluruh warga bahwa tidak lama lagi umat Islam di Semarang akan menjalankan ibadah Ramadan. 

"Namun, karena ada pandemik COVID-19, tradisi ini kami lakukan secara sederhana, yakni hanya dihadiri saya, Bu Wakil, Pak Sekda, Kyai Hanief selaku takmir masjid dan beberapa kyai dalam prosesi tersebut," ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima IDN Times, Kamis (23/4). 

3. Wali Kota berpesan agar ibadah di rumah saja

Dugder Semarang Digelar Sederhana, Hanya Baca Halaqoh dan Pukul Bedugilustrasi salat tarawih di rumah (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Kendati digelar sederhana, tapi esensi dari prosesi tersebut tidak hilang, yakni ada suara bedug yang bertabuh dan meriam yang menggelegar sebagai simbol Dugder. 

"Kami berharap momentum ini dapat membuat warga Kota Semarang bisa menjalankan ibadah puasa dengan lebih khusyuk. Selain itu, kami meminta warga agar menjalankan ibadah-ibadah keagamaan di rumah saja. Selamat menjalankan puasa di bulan Ramadan. Mudah-mudahan ibadah kita diterima di bulan Ramadan ini," kata Hendi panggilan akrab Hendrar Prihadi. 

4. Masjid Agung Semarang tidak menggelar salat tarawih berjamaah

Dugder Semarang Digelar Sederhana, Hanya Baca Halaqoh dan Pukul BedugDok. Pemkot Semarang

Sementara itu, sesuai dengan anjuran pemerintah, Masjid Agung Semarang atau dikenal Masjid Kauman tidak menyelenggarakan salat tarawih berjamaah selama bulan Ramadan. 

"Dalam rangka mencegah COVID-19, Masjid Agung Semarang sudah sejak 27 Maret tidak menyelenggarakan salat Jumat. Jumat saja tidak, apalagi tarawih," kata Ketua Takmir Masjid Agung Kota Semarang, KH Hanief Ismail 

Sehingga, dia mempersilakan warga untuk beribadah di rumah atau musala di lingkungan tempat tinggalnya. "Namun, jangan lupa dalam menjalankan ibadah harus menjaga protokol kesehatan," imbuhnya. 

Baca Juga: Ramadan 2020, Salat Tarawih Boleh di Masjid Asalkan Penuhi Syarat Ini

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya