Sepanjang 2022, Demam Berdarah Dengue di Semarang Tembus 700 Kasus 

Tekan jumlah kasus dengan program wolbachia

Semarang, IDN Times - Dinas Kesehatan Kota Semarang mencatat, jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) tahun 2022 meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan tahun 2021. Lima kecamatan terdata masuk zona merah dengan kasus DBD tertinggi. 

1. Jumlah kasus DBD naik dua kali lipat

Sepanjang 2022, Demam Berdarah Dengue di Semarang Tembus 700 Kasus Ilustrasi fogging. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam mengatakan, dari awal tahun hingga bulan ini jumlah pasien DBD mencapai 700 kasus. Jumlah tersebut lebih tinggi dari tahun lalu.

‘’Kalau dibandingkan tahun lalu peningkatannya mencapai dua kali lipat,’’ ungkapnya saat dikonfirmasi IDN Times, Selasa (11/10/2022). 

Dinkes Semarang mendata, ada lima wilayah atau kecamatan yang masuk dalam zona merah dengan kasus DBD tertinggi di Kota Semarang. Yakni, Kecamatan Tembalang, Banyumanik, Ngaliyan, Semarang Barat, dan Semarang Utara.

Baca Juga: Masuk Musim Hujan, Kasus Demam Berdarah di Semarang Naik, Waspadai Penyakit Infeksius

2. PSN digiatkan saat masuk musim hujan

Sepanjang 2022, Demam Berdarah Dengue di Semarang Tembus 700 Kasus ilustrasi nyamuk A. aegypti, penyebab demam berdarah (kisspng.com)

Hakam menuturkan, pihaknya bersama jajarannya akan fokus pada penanganan DBD di wilayah tersebut.

‘’Saat musim pancaroba dan memasuki musim hujan ini kami akan terus melakukan sosialisasi pemberantasan sarang nyamuk (PSN)," tuturnya.

Dinkes juga menerapkan program wolbachia untuk menekan angka DBD. Adapun, wolbachia merupakan bakteri yang ditanamkan di telur nyamuk. 

‘’Kami akan terus sosialisasikan program wolbachia kepada masyarakat. Tujuannya, agar nyamuk Aedes aegypti tidak menularkan virus DBD saat menggigit manusia," katanya.

3. Program wolbachia tekan angka DBD hingga 77 persen

Sepanjang 2022, Demam Berdarah Dengue di Semarang Tembus 700 Kasus Ilustrasi pasien penderita demam berdarah (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani)

Dinkes mengimbau kepada masyarakat agar tidak salah menilai terhadap program tersebut, lantaran harus memelihara nyamuk yang sudah ditanam bakteri wolbachia. 

"Jadi jangan salah persepsi, di tengah mewabahnya DBD malah diminta memelihara nyamuk. Kami membutuhkan puluhan juta telur yang sudah ditanamkan bakteri wolbachia di setiap kecamatan,’’ tuturnya.

Untuk diketahui, program wolbachia tersebut sangat efektif untuk menekan angka DBD, bahkan sampai 77 persen.

Baca Juga: Mengenal Wolbachia, Cara untuk Tekan Kasus Demam Berdarah di Semarang 

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya