Dimana Ganjar Saat Penyerbuan Kantor PDI 27 Juli 1996 Pecah?

Ganjar kena marah gara-gara gabung PDI

Semarang, IDN Times - Satu diantara sejarah kelam di panggung perpolitikan nasional yakni peristiwa Peristiwa 27 Juli 1996, atau disebut juga sebagai Peristiwa Kudatuli (Kerusuhan dua puluh tujuh Juli). Hari itu Sabtu 27 Juli 1996 menjadi hari yang tak terlupakan untuk para kader PDI.

Pada hari itu terjadi penyerbuan dan pengambilalihan secara paksa kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat yang saat itu dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri. Massa pendukung Soerjadi Ketua Umum versi Kongres PDI di Medan serta dibantu oleh aparat merangsek masuk dan menduduki kantor DPP PDI.

Peristiwa ini meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta beberapa kendaraan dan gedung terbakar, kerusuhan meluas ke kawasan Jalan Diponegoro, Salemba, Kramat. Hasil penyelidikan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menyimpulkan telah terjadi sejumlah pelanggaran hak asasi manusia.

Lalu dimana Ganjar Pranowo pada saat itu?

Baca Juga: Jelang Akhir Jabatan, Ganjar Gagal Tuntaskan 4 Masalah Ini di Jateng

1. Kena marah sang ayah gara-gara dukung Megawati

Dimana Ganjar Saat Penyerbuan Kantor PDI 27 Juli 1996 Pecah?Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri memberikan peci hitam kepada Ganjar Pranowo yang diusung menjadi Capres PDIP, Jumat (21/4/2023). (Dok. YouTube/PDI Perjuangan)

Ganjar Pranowo mengawali karir politiknya bergabung dengan PDI pada tahun 1992. "Tahun 92 ketika saya mulai Menyusun skripsi itu, saya pulang ke rumah ke Kutoarjo. Itu Tapi biasa. Kami dari keluarga tidak mampu. Maka saya mikir bagaimana beresin sekolah.Cari duit sekalian beresin skripsi. Waktu itu ya lagi banyak suasana politik kampanye. Saya ikut kampanye PDI, belum perjuangan saat itu," katanya.

Pilihan bergabung dengan PDI karena menurutnya PDI sebagai partai di luar pemerintah yang mendukung perjuangan rakyat mempunyai nilai-nilai kebangsaan dan pluralisme.

Sebagai salah satu pendukung Megawati Soekarnoputri, Ganjar bahkan pernah kena marah sang ayah karena memakai atribut PDI yang menyatakan dukungan untuk Megawati, padahal waktu itu zaman orde baru ayah Ganjar yang seorang polisi mesti tunduk kepada pemerintah yang waktu itu melarang aparaturnya mendukung partai lain selain Golkar.

2. Santer beredar isu tentang operasi Naga Merah

Dimana Ganjar Saat Penyerbuan Kantor PDI 27 Juli 1996 Pecah?Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (instagram.com/presidenmegawati)

Pada perbincangan wawancara ekslusif dengan Pemimpin Redaksi IDN Times Uni Lubis Ganjar mengenang momen pecahnya kerusuhan di kantor DPP PDI pada peristiwa 27 Juli 1996.

"Saya masih ingat sebelum 27 Juli itu ada demo di Jalan Diponegoro. Saya tertinggal, masih belajar kerja, saya datang ke sana sama Pak Jiteng, sama Pak ..suami-istri. Pak Jibeng ini anaknya Bu Roekmini Koesoema Astoeti, Komnas HAM, jenderal polisi perempuan," katanya Rabu (26/4/2023).

Sebelum pecah peristiwa Sabtu Kelabu tersebut memang santer beredar akan adanya upaya pengambilalihan secara paksa kantor DPP PDI, operasi tersebut kabarnya memiliki sandi Naga Merah.

"Jadi ya setelah itu lah kemudian ada saya dengar-dengar obrolan operasi Naga Merah, Naga Hijau, kan. Sampai kemudian, Bu Roekmini meninggal di rumah sakit, yang datang juga pertama itu, Bu Megawati. Saya masih ingat. Karena Bu Roekmini pesan. Ingat sama Mbakyumu. Ada operasi naga merah, naga hijau. Waktu itu kan beliau di Komnas HAM. Terus di Roy, ajudannya, Roy Chatul itu, teman di UGM juga, ngasi surat buat Mbak Mega. Habis itu meledak 27 Juli, saya belum menikah, masih pacaran,
saya ngapel ke istri saya ini, yang kelak kemudian jadi Bu Ganjar. Di Purbalingga. Nonton
TV, wuah pecah," katanya.

3. Jadi saksi solidnya dukungan dan simpati untuk Megawati

Dimana Ganjar Saat Penyerbuan Kantor PDI 27 Juli 1996 Pecah?Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

Pasca kejadian tersebut Ganjar mengatakan para kader PDI mulai berdatangan ke kantor DPP PDI, banyak diantara yang bersimpati memberikan bantuan.

"Sehingga saya selalu ingat kalau ke DPP, saya masih ingat bawa air kemasan, saat menulis di buku tamu itu saya urutan keenam, mulai mengisi daftar hadir. Saya masih ingat ketemu Mas Parlan, Suparlan, Mas Mangara," katanya.

"Waktu balik dari Purbalingga, melihat suasana haru biru di Kebagusan," tambahnya.

Hasil penyelidikan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia 5 orang meninggal dunia, 149 orang (sipil maupun aparat) luka-luka, 136 orang ditahan pada peristiwa 27 Juli. Komnas HAM juga menyimpulkan telah terjadi sejumlah pelanggaran hak asasi manusia.

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya