Semarang Zona Merah COVID-19, Wakil Wali Kota Tak Mau Lockdown, Tambah Berat

Wawali minta warganya lebih disiplin

Semarang, IDN Times - Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan dengan jumlah populasi 1,7 juta di Semarang, maka kondisinya akan berat bila dilakukan lockdown saat pandemik virus Corona (COVID-19). Ia menjelakan untuk hari kerja saja jumlah penduduknya membengkak menjadi 2,5 juta orang karena banyak yang mengandalkan pekerjaan di Kota Semarang.

"Semarang ini ibukota provinsi dan penduduknya berjumlah 1,7 juta orang, sedangkan di hari kerja bisa mencapai 2,5 juta orang. Maka kalau kita lakukan lockdown, tentunya perekonomian akan turun drastis. Imbasnya kehidupan warga lokal nantinya akan semakin berat," ujar Mbak Ita, sapaan akrabnya, saat ikut diskusi webinar dengan kampus USM, Sabtu (13/6).

1. Mbak Ita menilai PKM jilid III bisa antisipasi tingginya penularan COVID-19

Semarang Zona Merah COVID-19, Wakil Wali Kota Tak Mau Lockdown, Tambah BeratWakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu saat ikut webinar dengan USM. Dok Humas USM

Lebih jauh, ia menekankan bahwa opsi yang ideal dengan menerapkan PKM jilid III. Ia beralasan PKM jilid III selama 8 Juni-21 Juni 2020 untuk mengantisipasi tingginya angka penularan virus Corona di wilayahnya. 

Lebih lanjut, ia mengklaim saat ini sudah ada sejumlah tempat yang dibuka untuk umum. Mulai dari sektor perikanan, peternakan, perkebunan, pertambangan, perhotelan, perkantoran, rumah makan, PKL, dan juga swalayan. "Tujuannya ya memang biar perekonomian dapat segera bangkit lagi," ujar Mbak Ita.

Baca Juga: Jadi Klaster Baru COVID-19, Pemkot Semarang Pakai Cara Kerja Baru

2. Lokasi takziah, resepsi nikah dan tempat ibadah mulai dibuka

Semarang Zona Merah COVID-19, Wakil Wali Kota Tak Mau Lockdown, Tambah BeratUnsplash/Shardayyy Photography

Menurutnya lokasi lainnya yang sudah dibuka yaitu tempat olahraga, tempat ibadah, lokasi keramaian di hajatan pernikahan serta pusat takziah. "Tapi lokasi yang dibuka berada di area non Corona. Kita tetap dengan pembatasan dan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virusnya," urainya.

Di sisi lain, ia menegaskan di sektor pendidikan, tempat hiburan dan obyek wisata masih belum bisa dibuka untuk umum. Pihaknya kini masih menunggu aturan dari pemerintah pusat.

3. Agar masuk new normal, warga Semarang diminta lebih disiplin terapkan protokol kesehatan

Semarang Zona Merah COVID-19, Wakil Wali Kota Tak Mau Lockdown, Tambah BeratRazia warga tidak pakai masker di Palembang (IDN Times/Istimewa)

Meski begitu, pihaknya masih mengkaji kemungkinan apakah nantinya Semarang akan masuk new normal atau malah harus melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"Agar Kota Semarang segera memasuki new normal, kita semua harus lebih disiplin untuk terapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, cuci tangan, cegah berkerumun, serta stay at home. Dengan kebiasaan warga tersebut maka penyebaran virus Corona akan cepat dicegah," paparnya.

"Kami masih tetap berkomunikasi dan mengikuti aturan dari pusat mengenai apa saja sektor yang bisa dibuka," tambahnya.

4. Rektor USM pilih lakukan kuliah daring

Semarang Zona Merah COVID-19, Wakil Wali Kota Tak Mau Lockdown, Tambah BeratSuasana diskusi webinar untuk membahas new normal di Semarang. Dok Humas USM

Sedangkan, menurut Andy Kridasusila, Rektor USM pihaknya kini masih menerapkan kuliah daring dan membuat aturan agar para mahasiswa KKN dikembalikan dulu ke rumah masing-masing.

"Kami masih tunggu arahan dari Pemkot terkait new normal. Tapi sebagian dosen dan karyawan tetap beraktivitas dengan menggunakan protokol kesehatan mulai pake masker, cuci tangan dengan sabun, social distancing, penyemprotan disinfektan dan berjaga jarak," katanya.

Baca Juga: Bandara Semarang Sediakan Konter Rapid Test, Hasilnya Keluar 30 Menit

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya