Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Viral Truk Sampah Rusak di Semarang, Anggaran Perbaikan Rp2,5 Miliar

Ilustrasi pemulung memilah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terjun, Medan, Sumatera Utara. (ANTARA FOTO/Yudi Manar)
Ilustrasi pemulung memilah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terjun, Medan, Sumatera Utara. (ANTARA FOTO/Yudi Manar)
Intinya sih...
  • TPA Jatibarang, tempat pembuangan akhir di Kota Semarang, diperkirakan hanya mampu beroperasi selama 3-5 tahun lagi.
  • Pemkot Semarang sedang mengakselerasi transisi ke metode pengurukan sampah yang lebih ramah lingkungan, yakni sanitary landfill.
  • Kota Semarang juga tengah menyiapkan peremajaan 44 kontainer sampah yang dinilai sudah tak layak pakai.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Kota Semarang menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang diperkirakan hanya memiliki sisa usia operasional 3–5 tahun.

1. Peralihan ke sanitary landfill

Petugas menggunakan alat berat saat bongkar muat sampah dari truk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tanjungrejo, Jekulo, Kudus, Jawa Tengah. (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)
Petugas menggunakan alat berat saat bongkar muat sampah dari truk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tanjungrejo, Jekulo, Kudus, Jawa Tengah. (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, Arwita Mawarti mengatakan, perlunya percepatan strategi pengelolaan sampah secara menyeluruh agar krisis ini tidak menjadi kenyataan.

“Daya tampung sampah di TPA Jatibarang saat ini 800 hingga 950 ton per hari. Kalau tidak segera ada penanganan serius, dalam waktu 3–5 tahun ke depan tempat ini tidak bisa lagi digunakan,” ujar Arwita di Balai Kota Semarang, Kamis (10/4/2025).

Saat ini, TPA Jatibarang masih menggunakan sistem open dumping atau pembuangan terbuka—sistem yang sudah tidak ideal dan rawan pencemaran. Padahal pemerintah pusat, melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menetapkan target penghentian open dumping paling lambat tahun 2026.

Hal itu berarti Pemkot Semarang hanya punya waktu sekitar satu tahun lagi untuk menyempurnakan sistem barunya.

2. Jalan panjang menunggu PSEL

Ilustrasi pemulung memilah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terjun, Medan, Sumatera Utara. (ANTARA FOTO/Yudi Manar)
Ilustrasi pemulung memilah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terjun, Medan, Sumatera Utara. (ANTARA FOTO/Yudi Manar)

Pemkot Semarang tengah mengakselerasi transisi ke sanitary landfill, yakni metode pengurukan sampah yang lebih ramah lingkungan.

“Kita sedang melakukan perbaikan dan penambahan sarana prasarana agar bisa cepat beralih ke sanitary landfill. Ini solusi paling cepat dan realistis sambil menunggu Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) rampung,” jelas Arwita.

Meski Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 menugaskan Kota Semarang sebagai bagian dari proyek PSEL, realisasi proyek strategis nasional itu masih membutuhkan waktu 3–4 tahun hingga beroperasi penuh.

“PSEL memang solusi jangka panjang, tapi butuh waktu. Sementara waktu kita maksimalkan sistem sanitary landfill dulu,” tegasnya.

3. Minta maaf viral truk sampah rusak

Ilustrasi warga terpaksa membuang sampah di pinggir jalan utama. (ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)
Ilustrasi warga terpaksa membuang sampah di pinggir jalan utama. (ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)

Tak hanya soal TPA, pengelolaan sampah di Semarang juga jadi sorotan publik lewat video viral yang menunjukkan truk pengangkut sampah dengan bak rusak. Dalam video yang diunggah akun @semarangskyperject di media sosial, truk tampak melaju di Jalan Arteri Yos Sudarso dengan kondisi bak bocor sehingga sampah berjatuhan di jalanan.

Menanggapi hal itu, Arwita menyampaikan permintaan maaf dan langsung memerintahkan penarikan serta perbaikan truk terkait.

“Itu kontainer langsung kita tarik dan perbaiki di bengkel. Sopirnya juga sudah kami tegur. Kendaraan dengan kondisi seperti itu tidak boleh beroperasi,” ujarnya.

Arwita mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan peremajaan 44 kontainer sampah yang kini dinilai sudah tak layak pakai. Adapun, kontainer dalam video tersebut termasuk kategori rusak berat dan jadi prioritas dalam rencana perbaikan. 

Ia mengaku, karena proses pengadaan resmi memakan waktu hingga tiga bulan (hingga Juli atau Agustus 2025), DLH memilih memperbaiki kontainer yang rusak berat terlebih dahulu agar pelayanan tak terganggu. 

“Kita anggarkan Rp2,5 miliar untuk perbaikan 44 kontainer. Biaya satu kontainer sekitar Rp60 juta,” jelasnya.

Seperti diketahui, DLH mencatat, selama libur Idulfitri 2025, total timbunan sampah di Kota Semarang mencapai 5.539.730 ton, dengan rata-rata harian sekitar 850 ton. Meskipun turun dibanding tahun lalu yang mencapai 5.841.730 ton, angka itu tetap tinggi dibandingkan hari biasa.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us

Latest News Jawa Tengah

See More

Waspadai Titik Lelah Tol Semarang-Batang, Pengendara Perlu Istirahat

18 Des 2025, 05:12 WIBNews