Bayer JUARA di Klaten, Pusat Inovasi Pertanian Terbesar di Indonesia

- Bayer JUARA didirikan di Klaten sebagai pusat riset pertanian terbesar kedua di Asia Tenggara
- Fasilitas ini telah meningkatkan produktivitas petani hingga 20%, bekerja sama dengan universitas dan komunitas petani
- Pemerintah mendukung inisiatif Bayer JUARA untuk memperkuat ketahanan pangan nasional melalui pertanian presisi
Klaten, IDN Times – Dalam momentum Hari Pangan Sedunia (World Food Day) 2025, Bayer Indonesia menegaskan komitmennya untuk memperkuat ketahanan pangan nasional melalui inovasi berbasis sains. Komitmen itu diwujudkan lewat kehadiran Bayer JUARA (Juwiring Agriculture Research & Academy) di Klaten, Jawa Tengah — pusat riset pertanian pertama Bayer di Indonesia sekaligus terbesar kedua di Asia Tenggara.
Kukuh Ambar Waluyo, Head of Field Solutions Bayer South East Asia & Pakistan, menjelaskan bahwa ketahanan pangan tak bisa lepas dari peran petani sebagai pelaku utama.
“Kami percaya ketahanan pangan harus berfokus pada petani. Melalui Bayer JUARA, mereka bisa mendapatkan akses terhadap pengetahuan dan teknologi terkini, sekaligus menyampaikan kebutuhan serta tantangan yang mereka hadapi di lapangan,” ujar Kukuh, Kamis (16/10/2025).
Dua Tahun Beroperasi, Jadi Mitra Dekat Para Petani

Diresmikan pada 2023, Bayer JUARA berdiri di atas lahan seluas 9 hektar di Juwiring, Klaten. Fasilitas ini menjadi pusat riset yang mengembangkan perlindungan tanaman, benih unggul, teknologi presisi, serta analisis data pertanian.
Dalam setahun, Bayer JUARA melakukan lebih dari 120 uji coba teknologi dan benih yang hasilnya langsung diterapkan ke lahan petani. Pendekatan dua arah ini membuat Bayer JUARA tak hanya hadir sebagai lembaga riset, tapi juga mitra strategis petani.
“Kami tidak hanya memberikan solusi, tapi juga belajar dari petani. Dengan begitu, inovasi yang dihadirkan lebih relevan dan hasil panen bisa meningkat,” jelas Kukuh.
Bayer JUARA kini menegaskan posisinya sebagai episentrum inovasi, kolaborasi, dan edukasi pertanian di Indonesia. Ke depan, Bayer berencana memperluas kolaborasi dengan lebih banyak universitas dan komunitas petani.
“Kami ingin terus menjadi mitra bagi petani Indonesia menghadirkan solusi nyata untuk produktivitas, efisiensi, dan masa depan pertanian nasional,” tutup Kukuh.
Dampak Nyata: Produktivitas Petani Naik hingga 20 Persen.

Lebih dari 900 petani di berbagai wilayah telah merasakan manfaat dari program Bayer JUARA. Salah satunya Awibowo, petani asal Juwiring, yang aktif mengikuti program pendampingan dan pelatihan di fasilitas tersebut.
Kini, rata-rata hasil panennya meningkat menjadi 8–10 ton per hektar, bahkan bisa mencapai 12 ton di musim tertentu.
“Dulu lahan saya kurang produktif, tapi setelah pendampingan Bayer JUARA hasilnya naik signifikan,” ungkap Awibowo.
Tak hanya untuk petani Klaten, Bayer JUARA juga menjadi pusat belajar bagi para petani di wilayah Jawa Tengah hingga Indonesia.
Sejak 2023, Bayer JUARA sudah bekerja sama dengan 8 universitas besar seperti UGM, IPB, Unpad, UNS, Unsoed, Undip, UMY, dan Politeknik Negeri Jember. Sebanyak 25 mahasiswa magang ikut terlibat dalam riset dan proyek inovasi pertanian di sana.
Salah satunya, M. Hafizh Firmansyah, mahasiswa Agroteknologi Universitas Padjadjaran, yang ikut mengembangkan sistem polinasi jagung.
“Pengalaman magang di sini membuka mata saya bahwa pertanian itu menjanjikan dan penuh peluang bisnis,” ujarnya.
3. Dukungan Pemerintah: Petani Harus Jadi Pusat Ketahanan Pangan.

Pemerintah pun mengapresiasi langkah Bayer JUARA. Dr. Prayudi Syamsuri, Staf Ahli Kemenko Bidang Pangan, menilai inisiatif ini sejalan dengan arah kebijakan nasional.
“Presiden Prabowo melalui Kemenko Pangan menegaskan bahwa Indonesia harus hadir dengan teknologi. Kita tidak boleh hanya jadi pasar, tapi harus jadi produsen pangan dunia,” tegasnya.
Prayudi menambahkan, pertanian presisi adalah kunci untuk memanfaatkan sumber daya secara efisien dan berkelanjutan.