Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Analis cuaca di Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani, Gempita Icky Dzikrillah memperlihatkan spot hujan di wilayah Jateng melalui layar citra satelit. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Intinya sih...

  • Penguatan suhu muka air laut mempengaruhi pembentukan awan konvektif atau awan hujan di Jawa Tengah.
  • Pergerakan siklon tropis di belahan bumi bagian utara menyebabkan hujan intensitas sedang sampai lebat, terutama di dataran tinggi dan pegunungan.
  • Masyarakat diminta waspada terhadap resiko bencana hidrometeorogi akibat suhu muka laut yang hangat.

Semarang, IDN Times - Suhu muka air laut yang cenderung menghangat telah mempengaruhi siklus cuaca yang terjadi di wilayah Jawa Tengah. Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang menyatakan penguatan suhu muka air laut telah menyebabkan pembentukan awan konvektif atau awan hujan. 

"Saat ini secara umum seharusnya sedikit berkurang hujannya. Tetapi ada beberapa faktor yang membuat pembentukan awan konvektif. Salah satunya suhu muka laut yang menguat. Ketika suhu muka laut menghangat maka tentu berpotensi muncul hujan," kata Analis cuaca di Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani, Gempita Icky Dzikrillah kepada IDN Times, Rabu (21/5/2025). 

1. Kemarau basah terjadi sepanjang tahun

Analis cuaca di Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani, Gempita Icky Dzikrillah. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Perubahan cuaca yang terjadi tahun ini juga disebabkan adanya pergerakan siklon tropis pada bumi bagian utara.

Pulau Jawa yang ada di bagian selatan terkena dampaknya terutama tetap diguyur hujan intensitas sedang sampai lebat di tengah cuaca yang memasuki musim kemarau. 

"Kalau melihat data-data yang ada bisa jadi sekarang masuk kemarau basah sampai akhir tahun nanti. Karena saat ini masih terlihat seperti pancaroba. Dengan sebaran hujannya yang merata. Ditambah lagi juga disertai siklon tropis di belahan bumi bagian utara. Makanya hampir seluruh wilayah Jawa Tengah mengalami hujan," tuturnya. 

2. Curah hujan tertinggi di pegunungan dan dataran tinggi

ilustrasi kemarau basah (pexels.com/Pixabay)

Tercatat curah hujan tertinggi terjadi di wilayah dataran tinggi dan pegunungan.

Untuk wilayah Grobogan dan Demak yang kini masih dilanda banjir, katanya dalam waktu tiga hari ke depan juga beresiko dilanda hujan intensitas sedang hingga lebat. 

Curah hujan sedang menuju hujan deras ditandai dengan intensitas mencapai 20-50 milimeter per jam. "Durasinya moderat antara 2-3 jam," terangnya. 

3. Waspadai bencana hidrometeorogi

Kondisi RSUD dr Soedomo Trenggalek yang terendam banjir. IDN Times/istimewa

Lebih jelas lagi pihaknya mengingatkan kepada masyarakat 35 kabupaten/kota untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap resiko bencana hidrometeorogi.

Bahkan ada kecenderungan radiasi sinar matahari yang panas dengan tutupan awan yang sedikit membuat hawa udara terasa panas saat siang. Sedangkan malam hari pantulan radiasi dari tanah membuat suhu berubah menjadi dingin. 

"Dengan melihat suhu muka laut yang hangat maka masyarakat perlu waspada. Karena bencana hidrometeorogi selalu ada potensi terjadi sewaktu-waktu," pungkasnya. 

Editorial Team