Lonjakan Harga Daging Ayam di Jateng Gegara Terdampak Serapan MBG

- Permintaan daging ayam meningkat karena program MBG
- Harga daging ayam naik akibat bulan Sapar dan permintaan hajatan
- Pinsar perkirakan harga daging ayam akan terkoreksi setelah Maulid Nabi
Semarang, IDN Times - Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) memastikan kenaikan harga daging ayam yang sempat menembus angka Rp40 ribuan per kilogram lantaran disebabkan ada pola konsumsilah masyarakat yang tinggi untuk pelaksanaan makan bergizi gratis (MBG).
1. Ada perubahan permintaan yang kencang untuk MBG

Ketua Bidang Pemantau Harga Pinsar Pusat, Samhadi mengatakan sejak Juji hingga Agustus kemarin bahkan per hari ini, Senin (22/9/2025), serapan daging ayam untuk kebutuhan MBG meningkat pesat.
Serapan ini telah merubah faktor permintaan daging ayam di tingkat peternak yang mana per minggunya diminta memenuhi program MBG hingga setengah ton.
"Kita tahu ada sekitar 2.000 SPPG di bulan Juni. Dan sekarang per hari ini sudah ada 8.000 dapur SPPG. Serapannya lumayan tinggi. Kebutuhan per minggu setengah ton. Faktor dominan itu dari MBG. Jadi, dari sisi permintaan emang ada perubahan kencang utamanya di serapan MBG, di dapur dapur MBG," tutur Samhadi kepada IDN Times.
2. Hajatan di bulan Sapar juga pengaruhi harga daging ayam

Ia berkata total produksi ayam pedaging hidup se-Indonesia mencapai 65 juta ton setiap minggu. Apabila dikalkulasikan, per dapur SPPG membutuhkan pasokan 2 ton daging ayam.
"Itu yang sebabkan harga di pasar tradisional menjadi mahal," ungkapnya.
Faktor lain yang memicu naiknya harga daging ayam, katanya karena pengaruh bulan Sapar yang akhirnya membuat konsumsi daging ayam di wilayah Jawa Barat ikut bertambah banyak.
Bulan Sapar yang identik dengan jelang berakhirnya Maulid Nabi Muhamad SAW membuat permintaan daging ayam di sektor rumah tangga meningkat karena banyaknya acara hajatan.
"Sisi lain akan berakhirnya bulan Sapar di daerah Jabar cenderungnya permintaan (daging ayam) juga tinggi. Pas itu berbarengan sama dorongan permintaan rumah tangga, karena lumrahnya saat Maulid emang banyak hajatan. Jadi (permintaan) kenceng banget," akunya.
3. Pinsar perkirakan harga daging ayam sebentar lagi terkoreksi

Kendati begitu, pihaknya mendapat keterangan dari Ditjen PKH Kementan bahwa sejak beberapa tahun sudah berusaha mengendalikan harga ayam pedaging hidup dengan memberlakukan HET di angka Rp18 ribu per ekor.
Dari sisi pasokan, menurutnya aturan yang dibuat Ditjen PKH Kementan cukup menguntungkan peternak karnea harga di tingkat produsen menjadi terkendali.
Pihaknya pun memperkirakan harga daging ayam akan berlangsung normal karena momen Maulid Nabi dalam waktu dekat sudah selesai. Samhadi yakin ketika selesai Maulid, harga daging ayam di pasar tradisional akan terkoreksi.
Sebagai contoh saat ini harga ayam pedaging hidup di tingkat peternak kisaran Rp23 ribu per ekor untuk wilayah Jawa Tengah dan Jabodetabek sekitar Rp22 ribu, maka diperkirakan minggu depan harganya akan turun menjadi Rp20 ribu-Rp21 ribu per ekor.
"Pasti nanti harganya terkoreksi. Terus minggu minggu ke depan juga koreksi harga lagi. Di Jateng harganya pasti jadi Rp20 ribu di Jabodetabek jadi Rp21 ribu. Itu patokan harga di kandang atau di peternak," paparnya.
Pihaknya menyarankan supaya Bapanas bekerja lebih gesit lagi untuk merespon dengan cepat keluhan yang diungkapkan para peternak ayam. Pasalnya selama ini Bapanas cenderung lelet merespon. Sehingga membuat banyak peternak ayam memprotes peraturan yang dirancang Bapanas.
"Saya pikir kerja pemerintah, Bapanas sangat lambat. Persoalan pakan jagung saja tidak segera diatasi. Sekarang itu ada faktor produksi briding ayam yang jalannya tidak optimal, produksinya di titik rendah. Sisi lain kalau peternak (ayam) sudah siap panen tapi tidak ada membeli maka mereka muncul kepanikan. Ini perlu diatasi," ungkap Samhadi.