- Mengamankan komunikasi rahasia pada masa Agresi Militer Belanda I dan II.
- Mendukung Perundingan Renville dan Kaliurang.
- Melindungi data strategis dalam operasi gerilya dan diplomasi internasional.
Profil Mayjen TNI (Purn) dr Roebiono Kertopati, Bapak Persandian Indonesia

- Mayjen TNI (Purn) dr. Roebiono Kertopati diusulkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2024 oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan BSSN.
- Roebiono Kertopati adalah dokter militer yang memimpin lembaga persandian negara selama hampir 38 tahun, menciptakan sistem sandi penting bagi keamanan informasi Republik Indonesia.
- Roebiono dikenal sebagai sosok rendah hati dengan motto "Berani Tidak Dikenal", aktif dalam dunia pendidikan, telekomunikasi, dan menerima 11 bintang jasa utama dari Pemerintah RI.
Purworejo, IDN Times - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) secara resmi mengusulkan Mayjen TNI (Purn) dr. Roebiono Kertopati sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2024. Sosok yang dikenal dengan julukan “Bapak Persandian Indonesia” itu diakui atas pengabdian luar biasa selama hampir empat dekade dalam membangun dan memimpin lembaga persandian negara yang menjadi cikal bakal Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) saat ini.
Dokter Militer yang Mengabdi untuk Keamanan Negara
Lahir di Ciamis, Jawa Barat, pada 11 Maret 1914, Roebiono Kertopati adalah seorang dokter lulusan Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) Surabaya.
Sebelum terjun ke dunia militer, ia memulai karier sebagai dokter pemerintah di Merauke pada 13 November 1941, lalu bertugas di berbagai wilayah seperti Morotai dan Holandia (kini Jayapura) selama masa Perang Dunia II.
Kecerdasannya di bidang medis dan organisasi membuatnya dipercaya memimpin berbagai operasi kesehatan militer, termasuk dalam pemberantasan malaria di wilayah timur Indonesia. Namun, perjalanan hidupnya berubah ketika ia dipanggil oleh Menteri Pertahanan, Amir Syarifuddin pada 4 April 1946 untuk membentuk Dinas Code, lembaga sandi pertama Indonesia.
Tanggal bersejarah tersebut kemudian ditetapkan sebagai Hari Persandian Nasional, menandai lahirnya sistem komunikasi rahasia negara yang menjadi tulang punggung keamanan informasi Republik Indonesia.
Mendirikan dan Memimpin Lembaga Sandi selama 38 Tahun
Sebagai pendiri dan kepala lembaga persandian pertama, Roebiono memimpin institusi tersebut selama hampir 38 tahun (1946–1984), melewati berbagai fase kelembagaan, sebagai berikut:
Dinas Code (1946) → Djawatan Sandi (1949) → Lembaga Sandi Negara (1972), hingga akhirnya menjadi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) di era modern.
Yang menarik, Roebiono membangun sistem persandian secara otodidak, bermodal kursus singkat dari Kementerian Luar Negeri Belanda pada 1949. Dengan kemampuan analitis dan dedikasi tinggi, ia menciptakan berbagai sistem sandi militer dan diplomatik yang berperan penting dalam:
Sosok Rendah Hati dengan Motto “Berani Tidak Dikenal”
Meski perannya begitu besar, Roebiono dikenal sebagai sosok sederhana dan enggan menonjolkan diri. Ia menanamkan motto “Berani Tidak Dikenal”, yang hingga kini menjadi semboyan resmi insan persandian Indonesia.
Motto itu mencerminkan semangat pengabdian tanpa pamrih--menjaga rahasia negara tanpa mencari sorotan publik.
Di luar kiprah militernya, Roebiono juga dikenal aktif dalam dunia pendidikan dan telekomunikasi. Ia pernah menjadi dosen di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan Lemhannas (1965–1966), menjabat Ketua Dewan Telekomunikasi Indonesia (1966), serta Ketua Dewan Pengawas RSPAD Gatot Soebroto (1971–1978).
Selain itu, ia juga mewakili Indonesia di forum internasional seperti Konferensi Administrasi Perhubungan Radio di Swiss (1951) dan menjadi anggota Panitia Penyelidikan Radioaktivitet dan Tenaga Atom (1954).
Warisan Keamanan dan Etos Profesionalisme
Atas jasa dan pengabdiannya, Roebiono Kertopati menerima 11 bintang jasa utama dari Pemerintah Republik Indonesia. Ia juga dikenal sebagai figur intelektual militer yang menguasai empat bahasa asing — Inggris, Belanda, Jerman, dan Prancis.
Roebiono wafat pada 23 Juli 1984 pada usia 70 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Warisan perjuangannya tetap hidup melalui lembaga dan sistem persandian yang kini menjadi bagian penting dari pertahanan siber nasional.
Adapun, usulan gelar Pahlawan Nasional terhadap Roebiono Kertopati diajukan oleh BSSN dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebagai bentuk penghargaan atas kontribusinya yang unik dan berdampak besar bagi keamanan negara.
Proses pengusulan gelar telah melewati berbagai tahapan administratif. Mulai dari Pemerintah Kabupaten Purworejo, sebagai asal keluarga, kemudian tingkat Provinsi Jawa Tengah, hingga Kementerian Sosial untuk verifikasi nasional.
Hingga kini, jejak pengabdian Roebiono Kertopati masih menjadi inspirasi di lingkungan BSSN dan dunia pertahanan nasional.
Dedikasinya membentuk sistem persandian modern Indonesia telah mengantarkan bangsa ini menuju era keamanan siber yang lebih maju.
Profil Singkat: Mayjen TNI (Purn) dr. Roebiono Kertopati
- Nama Lengkap: dr. Roebiono Kertopati
- Lahir: Ciamis, 11 Maret 1914
- Wafat: Jakarta, 23 Juli 1984
- Dimakamkan: TMP Kalibata, Jakarta Selatan
- Pendidikan: NIAS Surabaya
- Pangkat Terakhir: Mayor Jenderal TNI (Purn)/Pembina Utama (IV/e)
- Jabatan: Kepala Lembaga Sandi Negara (1946–1984)
- Julukan: Bapak Persandian Indonesia
- Motto Hidup: “Berani Tidak Dikenal”

















