Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

[OPINI] ASEAN Treasury Forum untuk Penguatan Ekonomi Regional

Bendera ASEAN dan mitra wicara di Hotel Shangri-La, Jakarta. (IDN Times/Sonya Michaella)
Intinya sih...
  • Indonesia memimpin inisiatif pembentukan ASEAN Treasury Forum (ATF) untuk memperkuat stabilitas ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
  • Sebagai Ketua ATF, Indonesia mengusulkan pengembangan kerangka kerja manajemen risiko keuangan negara dan peningkatan digitalisasi dalam pengelolaan perbendaharaan.
  • Indonesia juga mendorong program pelatihan dan pertukaran pengalaman di bidang perbendaharaan serta mengusulkan penguatan mekanisme pembiayaan regional untuk meningkatkan resiliensi ekonomi ASEAN.

Dalam beberapa tahun terakhir, tantangan ekonomi Global yang makin kompleks menuntut negara-negara untuk memiliki sistem pengelolaan keuangan yang tangguh dan adaptif. Di kawasan Asia Tenggara, upaya kolektif untuk memperkuat stabilitas ekonomi diwujudkan melalui berbagai forum kerja sama, salah satunya ASEAN Treasury Forum (ATF). Forum ini dirancang sebagai platform untuk memfasilitasi kerja sama antarnegara ASEAN dalam pengelolaan keuangan negara, serta berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam bidang perbendaharaan.

ATF pertama kali diinisiasi oleh Indonesia dalam forum High-Level Meeting pada Agustus 2023 yang dipimpin oleh Menteri Keuangan RI. Forum ini bertujuan memperkuat ekosistem keuangan di kawasan serta mendukung sinergi yang lebih baik di antara negara-negara ASEAN.

Inisiatif pembentukan ATF mendapatkan dukungan dari para Menteri Keuangan ASEAN yang pada pertemuan ASEAN Finance Ministers' and Central Bank Governors' Meeting (AFMGM) pada April 2024 di Laos. Mereka juga mengapresiasi progres pembentukan ATF sebagai platform untuk pembelajaran bersama dan peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan negara.

Sebagai inisiator dan Ketua ATF untuk periode 2024-2025, Indonesia memiliki peran kunci dalam mengarahkan jalannya kerja sama ini. Pada awal Oktober 2024 lalu, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan perdana ATF di Bali, dengan tema Enhancing Treasury Capacity for Regional Economic Resilience. Tema ini sejalan dengan visi ASEAN untuk memperkuat ketahanan ekonomi regional di tengah ketidakpastian global.

Dalam situasi seperti itu, kolaborasi antarnegara menjadi sangat penting. Melalui ATF, negara-negara ASEAN memiliki kesempatan untuk saling berbagi pengalaman, pengetahuan, dan strategi dalam pengelolaan keuangan negara, termasuk dalam aspek pengelolaan anggaran, pembiayaan, dan optimalisasi pendapatan negara.

Treasury atau perbendaharaan negara, sebagai tulang punggung pengelolaan keuangan publik, memiliki peran strategis dalam menjaga stabilitas fiskal dan mendukung pertumbuhan ekonomi. ATF diharapkan dapat menjadi wadah untuk memperkuat fungsi perbendaharaan negara-negara ASEAN.

Inisiatif Strategis Indonesia

Bendera Negara-negara ASEAN (asean.org)

Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN, memiliki tanggung jawab untuk memimpin dan mengarahkan forum ini, guna memastikan terciptanya kolaborasi yang produktif dan berdampak nyata bagi seluruh negara anggota. Sebagai pemimpin ATF periode 2024-2025, Indonesia memiliki peluang untuk memperkenalkan sejumlah inisiatif yang dapat memperkuat pengelolaan keuangan di kawasan.

Pertama, salah satu langkah yang dapat diambil adalah pengembangan kerangka kerja manajemen risiko keuangan negara. Risiko-risiko yang dihadapi negara-negara ASEAN, seperti perubahan kondisi ekonomi global, bencana alam, hingga krisis kesehatan, memerlukan pendekatan yang lebih proaktif dalam pengelolaannya. Melalui ATF, Indonesia dapat mendorong negara-negara anggota untuk lebih fokus pada identifikasi dan mitigasi risiko-risiko ini guna menjaga stabilitas fiskal mereka.

Kedua, Indonesia juga dapat mengusulkan peningkatan digitalisasi dalam pengelolaan perbendaharaan. Di era teknologi yang makin maju, digitalisasi menjadi kunci untuk meningkatkan efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara. Pengembangan infrastruktur digital, seperti sistem pengelolaan keuangan yang terintegrasi dan platform pembayaran digital, dapat menjadi topik utama dalam diskusi ATF.

Sebagai contoh, Indonesia sendiri telah sukses mengimplementasikan Integrated Financial Management Information System (IFMIS) melalui Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) serta Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI), yang telah menarik minat banyak negara untuk mempelajari lebih lanjut. Pengalaman Indonesia dalam hal ini dapat dibagikan secara mendalam melalui ATF, sehingga negara-negara ASEAN lainnya dapat mengambil pelajaran untuk mengembangkan sistem pengelolaan keuangan mereka.

Digitalisasi ini tidak hanya penting dalam rangka meningkatkan efisiensi, tetapi juga untuk mendorong akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan anggaran. Penggunaan teknologi, termasuk big data dan analitik, memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih tepat dan berdasarkan data yang akurat, sehingga anggaran negara dapat dikelola dengan lebih optimal dan tepat sasaran.

Ketiga, di tengah tantangan global yang makin kompleks, peningkatan kapasitas perbendaharaan negara-negara ASEAN menjadi hal yang sangat penting. Indonesia, melalui ATF, dapat mendorong program-program pelatihan dan pertukaran pengalaman di bidang perbendaharaan untuk mendukung upaya ini. Salah satu langkah yang dapat diusulkan adalah pembentukan pusat pelatihan regional di bidang perbendaharaan, yang berfungsi sebagai wadah bagi pegawai perbendaharaan dari negara-negara ASEAN untuk belajar dan berbagi praktik terbaik. Dengan demikian, setiap negara anggota akan memiliki tim perbendaharaan yang lebih kompeten dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Keempat, penguatan mekanisme pembiayaan regional juga dapat menjadi fokus utama. Indonesia bisa mengusulkan pengembangan jaringan pembiayaan intra-ASEAN yang lebih efisien dan aksesibel, serta pembentukan dana cadangan regional untuk menghadapi situasi darurat keuangan. Dengan adanya mekanisme ini, negara-negara anggota dapat lebih mandiri dalam menghadapi krisis keuangan, tanpa terlalu bergantung pada bantuan eksternal. Langkah-langkah ini akan membantu memperkuat resiliensi ekonomi regional, sehingga ASEAN lebih siap menghadapi dinamika ekonomi global yang tidak menentu.

Kolaborasi demi Masa Depan

Bendera negara-negara anggota ASEAN. (IDN Times/Eko Ardiyanto)

Tentu, penguatan kapasitas perbendaharaan dan kerja sama keuangan ASEAN bukanlah upaya yang bisa dilakukan secara instan. Kolaborasi melalui ATF diharapkan dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi di kawasan. Sebagai pemimpin ATF, Indonesia memiliki peran penting untuk memastikan bahwa setiap ide yang dihasilkan melalui forum ini dapat diimplementasikan secara nyata dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

Sebagai contoh, pengelolaan keuangan yang lebih baik dapat berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan publik, penyaluran bantuan sosial yang lebih tepat sasaran, serta pengelolaan aset negara yang lebih efisien. Inisiatif-inisiatif yang diusulkan melalui ATF hendaknya diarahkan untuk memberikan manfaat nyata bagi masyarakat ASEAN, sehingga mereka dapat merasakan langsung dampak positif dari kerja sama ini.

Dengan kolaborasi yang solid melalui ATF, Indonesia diharapkan mampu terus memimpin inisiatif-inisiatif yang akan memperkuat stabilitas dan ketahanan ekonomi ASEAN.

Semangat kebersamaan dan komitmen terhadap pembangunan regional menjadi modal utama untuk menghadapi berbagai tantangan di masa depan, yaitu menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang mandiri, stabil, dan tangguh dalam dinamika ekonomi global.

Artikel ini merupakan tulisan opini yang ditulis oleh Kepala KPPN Tanjung, Kementerian Keuangan, Sigid Mulyadi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us