Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Perasaan Tidak Nyaman yang Hanya Dipahami First Jobber

ilustrasi hari pertama bekerja (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi hari pertama bekerja (pexels.com/Pavel Danilyuk)
Intinya sih...
  • Adaptasi memasuki dunia kerja membuat first jobber merasa takut salah dan bingung dengan aturan tidak tertulis di kantor.
  • Proses adaptasi memakan waktu dan energi, namun penting untuk dinikmati tanpa overthinking.
  • Gaji pertama mengajarkan pentingnya manajemen keuangan dan prioritas, serta menimbulkan tekanan mental terkait pekerjaan.

Memasuki dunia kerja untuk pertama kali seringkali terasa menyenangkan, tapi juga penuh tekanan. Menjadi first jobber berarti kamu harus belajar banyak hal baru dalam waktu singkat, sambil tetap berusaha tampil profesional. Di balik senyuman di hari pertama bekerja, banyak perasaan tidak nyaman yang diam-diam dirasakan, itu sudah biasa terjadi.

Meski tidak selalu terlihat secara langsung, perasaan ini nyata dan hanya bisa dipahami oleh mereka yang sedang mengalami fase awal berkarier. Namun, bukan berarti ini kamu jadikan alasan untuk mengeluh dan overthinking setiap hari. Supaya bisa lebih berjaga-jaga, yuk cari tahu 5 perasaan tidak nyaman yang hanya dipahami saat menjadi first jobber berikut ini!

1. Selalu takut melakukan kesalahan

ilustrasi kelelahan bekerja (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)
ilustrasi kelelahan bekerja (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Di awal bekerja, first jobber seringkali merasa takut salah dalam mengambil keputusan atau keliru mengerjakan tugas. Meski sudah dijelaskan panjang lebar sedetail mungkin, tetap saja rasanya seperti berjalan di atas ranjau. Takut dinilai tidak kompeten atau justru menjadi bahan gosip di kantor.

Padahal, salah itu bagian dari proses belajar, sekalipun rasanya tetap tidak nyaman. Tidak jarang di awal-awal kamu merasa bingung dengan yang harus dilakukan. Ingin terlihat aktif mengerjakan pekerjaan, tapi takut salah. Pada akhirnya menunggu arahan sambil mengerjakan jobdesk nya secara pelan-pelan yang penting selesai.

2. Bingung menyesuaikan diri dengan budaya kantor

ilustrasi belajar di rumah (pexels.cpm/MART PRODUCTION)
ilustrasi belajar di rumah (pexels.cpm/MART PRODUCTION)

Setiap kantor mempunyai budaya kerja yang berbeda, dan sebagai orang baru, adaptasinya kadang-kadang membuat stres. Mau terlalu aktif takut dianggap sok asik, terlalu pasif malah dibilang tidak niat dan kurang serius bekerja. Ternyata ada banyak aturan tidak tertulis di kantor tersebut yang pada akhirnya selalu membuat first jobber serba salah.

Proses adaptasi ini sangat mungkin bisa memakan waktu dan energi yang tidak sedikit. Namun, bukan berarti kamu jadi overthinking sendiri. Semua perlu proses, dan tugas kamu adalah menikmati setiap proses yang mau tidak mau harus dialami di tempat kerja tersebut.

3. Merasa canggung saat harus bertanya atau minta bantuan

ilustrasi anak bertengkar dengan orangtua (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi anak bertengkar dengan orangtua (pexels.com/Timur Weber)

Sebagai first jobber, ada rasa tidak nyaman di hati jika harus bertanya terus-menerus ke rekan kerja. Takut dianggap tidak berusaha mandiri atau terlalu banyak bertanya kesannya jadi mengganggu pekerjaan mereka. Tapi di sisi lain, kalau tidak bertanya justru menjadikan pekerjaan makin lama selesai.

Dilema yang justru menjadikan pekerjaan terasa penuh tekanan batin, padahal niatnya hanya ingin belajar. Hal ini wajar dan bukan sebuah kesalahan, jika kamu merasakan di posisi ini cobalah untuk memahami cara kerja masing-masing rekan kerja terlebih dahulu. Perlahan namun pasti, kamu bisa tahu bagaimana cara kerja yang lebih baik dan bertanya lebih efektif.

4. Gaji pertama langsung habis sebelum tanggal gajian selanjutnya

ilustrasi uang receh (unsplash.com/Christian Dubovan)
ilustrasi uang receh (unsplash.com/Christian Dubovan)

Gaji pertama seringkali menjadi pelampiasan setelah bertahun-tahun kuliah dan berjuang skripsian. Membeli beragam hal dengan niat memberikan hadiah dan apresiasi kepada diri sendiri. Namun, tanpa sadar dompet menipis dalam beberapa minggu kemudian. Terasa makin panik saat mendekati tanggal tua, dan kebutuhan lainnya masih belum sempat dibeli.

Pada momen seperti inilah yang akhirnya membuat first jobber mulai sadar betapa pentingnya manajemen keuangan. Karena kalau tidak begitu, hari-hari terasa dikejar deadline dan kurang memahami pentingnya mengatur keuangan. Jangan hanya mengikuti ambisi pribadi yang ingin membeli berbagai barang secara konsumtif, tapi prioritaskan mana yang lebih penting dan menjadikan kamu makin produktif.

5. Overthinking setelah pulang kerja

ilustrasi sedang bersikap menutup diri (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi sedang bersikap menutup diri (pexels.com/Alex Green)

Meski sudah berada di rumah, pikiran masih teringat dengan pekerjaan di kantor. Entah belum selesai, atau bahkan teringat deadline yang tinggal beberapa hari lagi. Tidak hanya itu, seringkali masih terpikirkan dengan sikap diri sendiri kepada rekan ataupun atasan yang takut tidak sopan dan berlebihan.

Overthinking seperti ini sering menjadikan first jobber kesulitan untuk tidur atau merasa cemas berlebihan. Proses transisi dari dunia kuliah ke tempat kerja memang tidak semudah yang dibayangkan. Namun, begitulah realitanya yang harus siap kamu hadapi. Perlahan namun pasti kamu juga bisa menjadikan itu semua sebagai pengalaman dan evaluasi.

Perasaan tidak nyaman saat menjadi first jobber itu wajar dan bukan berarti kamu gagal. Justru dari fase ini kamu bisa belajar banyak hal, mulai dari adaptasi, komunikasi, sampai cara mengelola ekspektasi. Kalau sedang mengalami hal-hal ini, kamu tidak sendirian. Terus semangat, karena setiap langkah kecilmu hari ini akan jadi bekal besar untuk karier ke depannya. Semangat terus, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us