5 Fakta Ilmiah Mengenai Bahaya Burung Hantu, Bukan Hewan Jinak!

- Burung hantu merupakan pemangsa aktif dengan cakar dan paruh tajam, mampu membunuh mangsanya dalam waktu singkat.
- Burung hantu bisa memangsa hewan kecil penting dalam ekosistem, mengganggu keseimbangan rantai makanan, dan dapat menimbulkan luka serius pada manusia.
- Burung hantu bisa menjadi pembawa patogen berbahaya bagi manusia dan hewan peliharaan serta rentan terpapar pestisida di pertanian atau pemukiman.
Burung hantu kerap dianggap sebagai hewan yang memiliki simbol kebijaksanaan dalam berbagai budaya, namun di sisi lain ada juga berbagai mitos dan anggapan bahwa burung ini dapat membawa bahaya. Sebetulnya dari sudut pandang ilmiah, burung hantu dianggap memiliki berbagai karakteristik yang bisa dianggap berbahaya, entah itu bagi manusia atau lingkungan yang ada di sekitar.
Tidak heran apabila burung hantu bukanlah hewan yang tepat untuk dijadikan hewan peliharaan, sehingga harus mempertimbangkan banyak hal terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk memeliharanya. Berikut ini merupakan lima fakta ilmiah mengenai potensi bahaya yang dimiliki burung hantu, sehingga nantinya tidak sembarangan dalam berinteraksi dengan hewan tersebut.
1. Burung hantu merupakan predator puncak di ekosistemnya

Burung hantu ternyata merupakan pemangsa yang sangat aktif karena memiliki cakar yang kuat dan juga paruh yang tajam, sehingga mampu membunuh mangsanya dalam waktu yang sekejap. Biasanya burung hantu kerap berburu tikus, reptil, burung kecil, hingga serangga dengan menggunakan teknik berburu yang senyap, namun tetap terasa mematikan.
Meski burung hantu dianggap bermanfaat untuk mengontrol populasi hama tikus, namun hewan tersebut tetap bisa memangsa hewan-hewan kecil yang memiliki peran penting dalam ekosistem, seperti burung penyebar biji. Ketidakseimbangan dalam rantai makanan tersebut tentu akan membawa dampak yang kurang baik terhadap keanekaragaman hayati pada suatu wilayah.
2. Dapat menyerang manusia jika merasa terancam

Burung hantu pada umumnya tidak agresif terhadap kehadiran manusia, namun mereka tetap memiliki potensi untuk menyerang jika merasa terganggu atau terancam. Biasanya burung hantu akan lebih agresif untuk menyerang pada saat musim kawin atau ketika sedang melindungi sarang dan anak-anaknya, sehingga tidak boleh sembarangan diganggu.
Serangan burung hantu ternyata dapat menimbulkan luka serius, sebab bagian cakarnya terlihat sangat tajam dan kuat. Pada beberapa kasus justru serangan burung hantu terhadap manusia telah banyak dilaporkan, terutama ketika seseorang tanpa sengaja berusaha mendekati sarang mereka yang terdapat di alam liar.
3. Berpotensi menularkan penyakit

Seperti spesies burung liar lainnya, ternyata burung hantu juga bisa menjadi pembawa berbagai patogen yang berbahaya bagi manusia dan juga hewan peliharaan lain. Kotoran burung hantu ternyata mengandung adanya bakteri, seperti salmonella atau jamur penyebab penyakit pernapasan seperti histoplasmosis.
Perlu diingat bahwa burung hantu merupakan hewan yang aktif berburu hewan pengerat, sehingga dapat berpotensi terpapar virus atau parasit dari mangsa yang dikonsumsinya dan menyebarkannya ke lingkungan sekitar. Oleh karena itu, melakukan kontak secara langsung dengan burung hantu liar sebaiknya dapat diminimalisir dengan cermat.
4. Suara dan mitosnya bisa menimbulkan kecemasan

Burung hantu dikenal sebagai hewan yang memiliki suara serak atau melengking, sehingga terdengar cukup menyeramkan terutama di malam hari. Pada beberapa budaya ternyata suara pada burung hantu kerap dianggap sebagai pertanda buruk atau kematian, meski sebetulnya hal ini banyak dianggap sebagai mitos belaka.
Meski tidak berbahaya secara langsung, namun sebetulnya suara burung hantu yang ada di sekitar pemukiman dapat memicu adanya ketakutan atau kecemasan bagi beberapa orang. Hal ini biasanya berlaku bagi orang-orang yang masih percaya pada tahayul atau memang memiliki gangguan kecemasan terkait suara-suara asing di malam hari.
5. Rentan terhadap akumulasi racun dari lingkungan

Burung hantu yang hidup di area dekat pertanian atau pemukiman ternyata sangat rentan sekali terpapar pestisida dan juga racun tikus yang kerap digunakan oleh manusia. Zat kimia tersebut ternyata bisa terakumulasi di dalam burung hantu dan pada akhirnya bisa masuk ke dalam rantai makanan, sehingga inilah yang berbahaya.
Jika manusia atau hewan peliharaan melakukan kontak secara langsung dengan burung hantu yang terkontaminas,i maka ada risiko paparan zat yang berbahaya. Selain itu, burung hantu yang teracuni biasa saja mengalami gangguan saraf atau reproduksi, sehingga pada akhirnya mengganggu keseimbangan dari ekosistem.
Burung hantu ternyata memiliki peran penting dalam ekosistem, namun ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan mengenai keberadaannya. Perlu diingat bahwa sebagai predator puncak tentu burung hantu bukanlah burung yang jinak untuk diajak berinteraksi secara langsung, sehingga sebaiknya dapat dihindari. Selama manusia tidak mengganggu habitatnya, maka burung hantu tidak akan menimbulkan ancaman serius!