5 Kucing Liar yang Terancam Punah, Wajib Dijaga Kelestariannya!

- Kucing liar populer di hutan Asia Tenggara, termasuk kucing kepala datar dan kucing andes yang terancam punah.
- Populasi kucing kepala datar dan macan dahan terus menurun akibat perburuan liar, kerusakan habitat, polusi, dan deforestasi hutan.
- Kucing andes hanya tersisa sekitar 2,000 individu di alam liar, sedangkan populasi kucing merah bahkan hanya sekitar 2,200 individu.
Kucing domestik atau kucing feral memang cenderung memiliki populasi yang melimpah dan mudah ditemukan dimanapun. Bahkan kucing domestik juga jadi salah satu peliharaan yang paling populer. Sayangnya ketenaran dan populasi yang melimpah tersebut tidak dimiliki oleh kucing liar. Jangankan dipelihara atau punya populasi melimpah, untuk menemukan kucing liar di alam saja cukup sulit. Bahkan beberapa dari mereka sampai masuk ke daftar hewan terancam punah, lho.
Spesies kucing liar yang masuk daftar hewan terancam punah juga tak sedikit, beberapa diantaranya adalah kucing kepala datar, macan dahan, kucing pemancing, kucing andes, dan kucing merah. Beberapa dari mereka mulai diperhatikan oleh banyak pihak sehingga populasinya mulai membaik. Sayangnya tak sedikit juga yang tidak mendapat perhatian, akhirnya populasinya terus menurun dan sangat memprihantinkan. Nah, untuk menambah pengetahuanmu, kali ini kita akan membahas kelima kucing liar tersebut secara mendalam!
1. Kucing kepala datar

Dilansir Ecologyasia, kucing dengan nama ilmiah Prionailurus planiceps ini dapat ditemukan di hutan Asia Tenggara. Malaysia, Thailand, Sumatra, dan Kalimantan jadi wilayah penyebaran alaminya. Dahulu hewan ini juga menghuni Singapura, sayangnya populasinya di Singapura sudah punah. Bahkan di wilayah lain populasi kucing seberat 5 kilogram ini juga mulai menurun. Menyandang status endangered atau terancam, para ahli berspekulasi kalau jumlah individu hewan ini di alam liar tidak lebih dari 2,499 ekor.
Kucing kepala datar sendiri termasuk kucing hutan yang mendiami hutan, pepohonan, dan area lembab. Ia cukup mudah dikenali dari kepalanya kecil, datar, kaki pendek, dan bulu berwarna cokelat dan kemerahan. Tak seperti kucing domestik, kucing kepala datar tidak takut dengan air dan bahkan ia mampu memasukan kepala sedalam 12 centimeter ke dalam air dalam upaya menangkap krustasea dan ikan yang jadi salah satu makanan utamanya.
2. Macan dahan

Tercatat terdapat dua spesies macan dahan, yaitu Neofelis diardi dan Neofelis nebulosa. Namun walau punya dua spesies keduanya sama-sama termasuk sebagai hewan yang terancam punah. Jika melihat data IUCN Red List, kedua spesies tersebut masuk ke kategori vulnerable atau terancam dan diperkirakan hanya tersisa 3,000 sampai 5,000 individu di alam liar. Sayangnya populasi macan dahan terus menurun dan hal tersebut disebabkan oleh perburuan liar, kerusakan habitat, polusi, dan deforestasi hutan.
Jika dibadingkan kucing liar lain, macan dahan jadi spesies dengan ukuran yang cukup besar. Tercatat, panjang rata-rata hewan ini ada di angka 68 sampai 106 centimeter dan bobot maksimalnya bisa mencapai 26 kilogram. Perawakannya juga sangar dengan badan panjang, pola tutul yang besar, gigi yang tajam, kaki yang panjang, dan kepala yang besar. Ia juga sangat pandai memanjat dan karena hal tersebut terkadang orang-orang mengira kalau hewan ini adalah macan tutul karena mereka punya kebiasaan dan ciri fisik yang serupa.
3. Kucing andes

Dilansir iNaturalist, Leopardus jacobita atau kucing andes merupakan hewan endemik Pegunungan Andes dan ia juga mampu hidup di dataran tinggi yang dingin. Tercatat, kucing sepanjang 85 centimeter ini mampu hidup di ketinggian yang mencapai 4,000 meter di atas permukaan laut. Nah, untuk bertahan di wilayah Andes yang dingin dan berbatu maka kucing andes mengembangkan beberapa adaptasi. Pertama, ia memiliki bulu lebat yang bisa menghangatkan tubuh. Kakinya juga kuat dan ekornya panjang yang mana berguna untuk melompat, menyeimbangkan tubuh, dan memanjat bebatuan.
Kucing andes sendiri masuk ke kategori endagered atau terancam dan di alam liar hanya tersisa sekitar 2,000 individu saja. Populasinya juga terus menurun dan karena hal tersebut hewan ini menjadi hewan yang dilindungi di beberapa daerah, seperti di Bolivia, Argentina, Chile, dan Peru. Kucing andes juga merupakan predator oportunis, artinya ia bisa memakan apapun, mau itu burung, mamalia, kadal, amfibi, bahkan serangga.
4. Kucing merah

Laman Animal Diversity Web menjelaskan kalau Catopuma badia atau kucing merah adalah hewan endemik Pulau Kalimantan. Habitatnya mencakup beberapa tempat, yaitu hutan, daerah berbatu, daerah lembab, sampai dataran tinggi. Di daerah-daerah tersebut kucing merah mampu mencari makan dengan mudah. Makanannya sendiri cukup beragam karena terdiri dari serangga, ikan, mamalia, burung, dan bahkan bangkai hewan. Seperti namanya, ia punya bulu kemerahan yang digunakan untuk berkamuflase di tanah, bebatuan, atau di sekitar batang kayu, khususnya kamuflase tersebut sangat berguna pada malam hari.
Sayangnya kucing merah termasuk hewan yang sangat sulit ditemukan, alhasil sangat sedikit yang diketahui tentangnya. Reproduksinya, kebiasaannya, sifatnya, dan ukurannya belum banyak diulik dan diketahui oleh para ahli. Namun yang pasti kucing merah masuk ke kategori endangered atau terancam. Populasinya juga terus menurun dan diperkirakan hanya tersisa sekitar 2,200 individu di alam liar.
5. Kucing pemancing

Seperti namanya, Prionailurus viverrinus atau kucing pemancing sama sekali tidak takut air dan bahkan ia sering ditemukan di pinggir sungai dan danau. Tak cuma berjalan atau bersantai di pinggir sungai, kucing dengan panjang maksimal 78 centimeter ini bahkan juga bisa berenang dengan jarak yang jauh, jelas Thai National Parks. Kemampuan berenang tersebut sangat berguna untuk beberapa hal, seperti mencari mangsa, kabur dari predator, atau sekadar berpindah tempat. Kucing pemancing juga termasuk hewan endemik Asia dan dapat ditemukan di beberapa negara, seperti Kamboja, Thailand, Sri Lanka, dan Myanmar.
Saat ini kucing pemancing masuk dalam kategori vulnerable atau rentan dan populasinya terus menurun. Sayangnya tidak ada data pasti mengenai populasinya yang mana hal ini cukup gawat karena membuat risiko kepunahannya semakin besar. Untungnya beberapa negara sudah melakukan upaya konservasi yang cukup serius. Namun jika tidak dilakukan secara berkepanjangan upaya-upaya tersebut bisa jadi sia-sia dan bisa saja tidak membuat perubahan berarti.
Jika dibandingkan dengan kucing domestik populasi kucing liar tentunya sangat mengkhawatirkan. Diantara mereka ada yang hanya tersisa 5,000, 3,000, bahkan 2,000 individu di alam liar. Populasi kucing liar juga terus menurun yang mana jika dibiarkan kucing-kucing tersebut bisa punah dalam waktu dekat. Oleh karena itu kamu harus mulai peduli dan menjaga kelestarian kucing liar. Karena pada kenyataannya kucing liar juga berhak hidup nyaman, sama seperti kucing domestik atau kucing kampung yang sering kamu jumpai.