Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

6 Perilaku Anak yang Tidak Boleh Diabaikan Orangtua

ilustrasi anak tidak hormat (pexels.com/Kindel Media)
Intinya sih...
  • Anak dengan kontrol impuls buruk bisa menunjukkan perilaku agresif dan kesulitan mengikuti aturan di lingkungan sosial dan sekolah.
  • Kurangnya perhatian anak dapat menjadi indikasi masalah seperti ADHD, yang mempengaruhi kemampuannya untuk fokus dan belajar.
  • Perilaku tidak menghormati, merengek berlebihan, atau kemarahan tanpa alasan jelas dapat menjadi tanda adanya masalah serius pada anak.

Sebagai orangtua, kamu memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik dan membimbing anak. Setiap tahap perkembangan anak membawa tantangan dan kebutuhan yang berbeda. Memahami perilaku anak adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan mendukung pertumbuhannya.

Namun, tidak semua perilaku anak dapat dianggap sepele. Ada beberapa perilaku yang perlu diperhatikan secara serius, karena ini dapat membantumu menilai apakah perilaku tersebut normal atau tidak. Oleh karena itu, berikut enam perilaku anak yang tidak boleh diabaikan karena mungkin bisa menjadi tanda adanya masalah serius.

1. Kontrol impuls yang buruk

ilustrasi anak memiliki kontrol impuls buruk (pexels.com/Kindel Media)

Anak dengan kontrol impuls yang buruk sering kali bertindak tanpa mempertimbangkan konsekuensinya yang dapat mengakibatkan perilaku agresif terhadap teman atau hewan. Anak mungkin kesulitan mengikuti aturan di lingkungan sosial dan sekolah yang menyebabkan dia bertentangan dengan teman sebaya atau guru.

Perilaku ini juga dapat mencerminkan masalah emosional yang lebih dalam, seperti kecemasan atau frustrasi. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memberikan bimbingan dan strategi agar anak dapat belajar mengelola emosi serta meningkatkan kontrol dirinya.

2. Kurangnya perhatian

ilustrasi anak kurang perhatian (freepik.com/freepik)

Anak yang menunjukkan kurangnya perhatian ditandai dengan kesulitan dalam berkonsentrasi pada tugas-tugas yang diberikan, seperti pekerjaan rumah atau kegiatan belajar di sekolah. Dia mungkin juga sering melupakan instruksi penting, yang dapat mengganggu proses pembelajaran.

Jika anak menunjukkan perilaku tersebut, ini bisa menjadi indikasi adanya masalah, seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau masalah emosional lainnya yang mempengaruhi kemampuannya untuk fokus. Jika perilaku ini tidak diperhatikan dengan baik oleh orang tua atau guru, anak dapat menghadapi kesulitan di sekolah, termasuk penurunan prestasi akademis. Oleh karena itu, penting untuk mengambil langkah-langkah sedini mungkin, seperti melalui pengobatan atau terapi, agar anak dapat lebih mudah fokus.

3. Tidak menghormati orangtua dan orang lain

ilustrasi anak tidak hormat (pexels.com/Kindel Media)

Jika anak menunjukkan perilaku tidak menghormati, seperti berbicara kasar, mengabaikan perintah, atau menunjukkan sikap yang menantang, orangtua perlu memberikan perhatian serius. Sikap-sikap ini dapat mencerminkan bahwa anak mungkin belum memahami pentingnya menghargai orang lain dan berinteraksi sosial dengan baik.

Selain itu, perilaku tersebut juga bisa menjadi pertanda bahwa anak mengalami kesulitan dalam mengelola emosi atau merespons situasi dengan tepat. Oleh karena itu, orangtua harus memberikan bimbingan yang konsisten mengenai nilai-nilai sikap hormat, serta menjadi contoh perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

4. Merengek secara berlebihan

ilustrasi anak merengek (pexels.com/Keira Burton)

Merengek secara berlebihan dapat menjadi sinyal bahwa anak merasa tidak didengar atau diperhatikan oleh orangtua. Perilaku ini sering kali mencerminkan kesulitan anak dalam mengelola emosi, sehingga dia menggunakan merengek sebagai cara untuk mengekspresikan kebutuhannya.

Jika dibiarkan, merengek bisa berkembang menjadi kebiasaan manipulatif, di mana anak belajar bahwa perilaku ini efektif untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Selain itu, merengek yang berlebihan juga bisa menunjukkan adanya masalah kesehatan atau stres yang tidak diungkapkan. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memahami akar penyebab perilaku ini dan memberikan bimbingan yang tepat untuk membantu anak belajar mengekspresikan keinginan dan emosinya dengan cara yang lebih konstruktif.

5. Sering mengamuk

ilustrasi anak mengamuk (pexels.com/mohamed abdelghaffar)

Setiap anak yang sehat akan menunjukkan kemarahan ketika merasa ada kebutuhan yang tidak terpenuhi atau akibat kecemasan. Namun, jika anak sering mengamuk tanpa alasan yang jelas, hal ini bisa menjadi indikator bahwa anak sedang menghadapi masalah yang lebih serius. Penting bagi orangtua untuk menggali penyebab di balik kemarahan tersebut, apakah berkaitan dengan tekanan dari teman, masalah akademis, atau isu kesehatan yang lebih serius.

Dengan memberikan dukungan emosional dan mengajarkan teknik pengelolaan emosi, orangtua dapat membantu anak belajar mengekspresikan perasaannya dengan cara yang lebih sehat. Mengabaikan perilaku ini dapat menyebabkan masalah lebih lanjut, seperti kesulitan dalam hubungan sosial dan perkembangan emosional yang tidak seimbang.

6. Tidak berprestasi di sekolah

ilustrasi anak tidak berprestasi (pexels.com/BOOM 💥)

Tidak berprestasi di sekolah dapat menjadi indikator adanya masalah yang lebih serius pada anak. Hal ini bisa mencakup kesulitan belajar yang memerlukan perhatian khusus agar anak dapat memahami materi pelajaran dengan baik.

Selain itu, faktor emosional seperti stres dan kecemasan juga dapat memengaruhi konsentrasi dan motivasi anak untuk belajar. Kurangnya dukungan dari orangtua dan guru bisa membuat anak merasa tertekan dan kehilangan rasa percaya diri. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memperhatikan kinerja akademis anak dan mencari bantuan jika diperlukan, agar dia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di lingkungan pendidikan.

Sebagai orangtua, penting untuk tidak mengabaikan perilaku anak seperti yang telah dijelaskan di atas. Mengabaikan perilaku-perilaku ini dapat mengakibatkan masalah yang lebih besar di kemudian hari.

Komunikasi yang terbuka dan dukungan emosional akan membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang sehat dan bahagia. Jika perilaku anak semakin tidak terkontrol, segera berkonsultasi dengan profesional untuk membantu menemukan solusinya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Meyendah Lestari
EditorMeyendah Lestari
Follow Us