Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Bentuk Insecure yang Cuma Dipahami oleh Gen Z dan Bikin Overthinking

Ilustrasi seorang wanita (Pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Gen Z sering merasa insecure di media sosial karena standar sosial yang tidak realistis, namun bentuk insecure ini tidak selalu terlihat
  • Merasa minder karena belum memiliki personal branding atau overthinking postingan yang tidak mendapat engagement adalah hal penting untuk dibahas
  • Insecure juga muncul dari tekanan sosial untuk sukses sebelum usia 25, namun fokus pada progres pribadi lebih sehat daripada membandingkan diri dengan orang lain

Di era serba digital seperti sekarang, jadi Gen Z itu kadang kayak jalan di atas panggung tanpa tahu siapa aja yang lagi nonton. Kita tumbuh bareng algoritma, story Instagram, dan standar-standar sosial yang makin gak realistis. Di satu sisi, kita lebih melek soal kesehatan mental, self-love, dan boundaries. Tapi di sisi lain, kita juga makin sering merasa gak cukup—gak cukup keren, gak cukup sukses, gak cukup 'baik' jadi diri sendiri. Insecure bukan lagi sekadar soal penampilan, tapi juga menyangkut identitas, pilihan hidup, dan bahkan eksistensi di dunia maya.

Yang bikin unik, bentuk-bentuk insecure yang dialami Gen Z kadang gak kelihatan. Gak semua orang bakal mengerti rasanya minder karena belum punya personal branding, atau overthinking gara-gara postingan gak dapet engagement. Tapi justru itu yang penting buat dibahas. Supaya kamu tahu: kamu gak sendiri. Nah, berikut ini lima bentuk insecure yang cuma bisa benar-benar dipahami oleh kita—Gen Z—dan mungkin, selama ini kamu juga pernah atau sedang mengalaminya.

1. Insecure karena belum punya 'citra' diri di sosmed

Ilustrasi seorang wanita menggunakan ponsel (Pexels.com/mikoto.raw Photographer)

Kita hidup di zaman di mana "siapa kamu" sering kali ditentukan dari apa yang kamu tampilkan di media sosial. Tapi gimana kalau kamu belum tahu harus posting apa? Gimana kalau kamu merasa “gak punya niche”? Insecure ini datang pas kamu buka profil orang lain yang feed-nya rapi, vibes-nya aesthetic, dan caption-nya penuh value, sementara kamu masih mikirin mau share apa tanpa kelihatan try hard. Rasanya kayak ketinggalan identitas digital, padahal kita juga cuma ingin jujur jadi diri sendiri.

Masalahnya, sosial media sekarang udah jadi semacam CV kehidupan. Orang lain bisa aja nilai kamu dari postingan yang kamu buat—atau gak buat. Tapi tenang, punya atau gak punya ‘citra’ di sosmed itu bukan ukuran siapa kamu sebenarnya. Gak semua hal perlu dipamerkan untuk jadi berarti. Kadang, punya ruang pribadi yang gak semua orang bisa lihat justru jadi kekuatan yang gak dimiliki semua orang.

2. Insecure karena gak punya "prestasi besar" di usia muda

Ilustrasi seorang wanita (Pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Kamu mungkin pernah ngerasa gagal pas lihat teman-teman seangkatan udah punya usaha sendiri, jadi content creator sukses, atau kuliah di luar negeri. Padahal kamu masih struggling menentukan passion, ngerjain tugas kuliah, atau bahkan cari tahu siapa diri kamu sebenarnya. Insecure ini tuh datang dari tekanan sosial yang gak kelihatan tapi nempel terus: ekspektasi untuk make it big sebelum umur 25.

Tapi realitanya, hidup itu bukan lomba cepat-cepat sukses. Setiap orang punya waktu tumbuhnya sendiri, dan valid banget kalau kamu sekarang masih belajar sambil jalan. Fokus ke progres pribadi itu jauh lebih sehat daripada sibuk menghitung pencapaian orang lain. Kamu gak harus jadi “anak muda luar biasa” versi media untuk punya hidup yang bermakna. Cukup jadi kamu versi yang terus berkembang juga udah luar biasa kok.

3. Insecure karena merasa "kurang produktif" di hari-hari biasa

Ilustrasi seorang pria (Pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Scroll TikTok dikit, langsung muncul video “productive 5 AM morning routine” yang bikin kamu mikir, “Kok hidup orang lain tertata banget, ya?” Sementara kamu baru bangun jam 10, sarapan ngopi doang, terus bingung mau ngapain. Insecure karena merasa mager, padahal semua orang kayaknya lagi hustle dan glow up tiap hari. Rasanya kayak gagal jadi versi ‘ideal’ dari diri sendiri.

Padahal, produktivitas itu bukan tentang seberapa sibuk kamu kelihatannya, tapi tentang seberapa jujur kamu sama kebutuhan diri sendiri. Gak apa-apa kok kalau hari ini kamu butuh istirahat, atau cuma bisa mengerjakan satu hal kecil. Yang penting, kamu tahu kapasitasmu dan belajar untuk tetap konsisten walau pelan. Karena hidup bukan maraton sprint, tapi perjalanan panjang yang perlu ritme yang kamu sendiri tentukan.

4. Insecure karena merasa 'ketinggalan' di hubungan percintaan

Ilustrasi seorang wanita (Pexels.com/cottonbro studio)

Di usia 20-an, banyak dari kita mulai mempertanyakan: “Kenapa aku masih single?” atau “Kok hubungan aku gak kayak mereka yang kelihatan bahagia banget di story?” Insecure ini bisa muncul gara-gara kamu merasa gak cukup menarik, gak cukup dewasa, atau bahkan takut untuk memulai karena trauma masa lalu. Ditambah, semua orang kayaknya udah punya “the one” dan kamu masih scroll aplikasi dating dengan setengah hati.

Tapi kamu juga perlu tahu: hubungan itu bukan soal siapa yang lebih dulu, tapi siapa yang tepat. Gak ada gunanya buru-buru ke hubungan cuma karena takut kelihatan sendirian. Sering kali, justru saat kamu nyaman sama diri sendiri dan tahu apa yang kamu butuh, hubungan yang sehat bakal datang tanpa harus dipaksa. Jadi jangan bandingin progress kamu dengan hubungan orang lain. Fokus aja sama prosesmu sendiri, karena yang tahu jalan kamu ya cuma kamu.

5. Insecure karena takut gak dianggap 'relevan'

Ilustrasi seorang pria (Pexels.com/Andres Ayrton)

Zaman sekarang, semuanya cepet banget berubah. Ada tren baru tiap minggu, bahasa slang berganti tiap bulan, dan konten viral datang silih berganti. Kadang kamu jadi takut ketinggalan update, takut gak nyambung kalau ngobrol, atau takut dibilang ‘kudet’. Insecure ini bisa nyelinap diam-diam dan bikin kamu merasa asing di tengah keramaian digital, seolah kamu harus terus ikut arus biar tetap “masuk” di lingkungan sosial.

Tapi jadi relevan itu bukan soal tahu semua tren atau harus aktif 24/7 di internet. Relevansi yang paling penting adalah tentang tetap terhubung sama nilai diri sendiri. Kamu tetap bisa jadi bagian dari dunia ini dengan caramu sendiri—yang mungkin lebih tenang, lebih selektif, dan lebih mindful. Dunia digital emang seru, tapi bukan berarti kamu harus kehilangan dirimu demi terus dianggap ‘update’.

Insecure itu manusiawi, apalagi di zaman sekarang yang serba bisa dibandingin dan serba cepat. Tapi penting buat kamu ingat, rasa gak aman itu bukan tanda kelemahan—justru itu bisa jadi titik awal buat kamu lebih kenal diri sendiri. Gak semua hal harus kamu pamerkan, capai, atau punya hari ini juga. Yang penting kamu terus jalan, terus belajar, dan terus sayang sama diri sendiri meskipun pelan.

Jadi, kalau kamu lagi overthinking gara-gara hal-hal di atas—take a breath. Kamu gak sendirian, dan kamu sedang tumbuh. Dan itu lebih dari cukup.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us