Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

8 Mindset yang Menjebak Orang Miskin Tetap Miskin

ilustrasi tak punya uang (pexels.com/Nicola Barts)
Intinya sih...
  • Pola pikir seseorang dipengaruhi oleh lingkungan dan berperan penting dalam kemiskinan.
  • Prinsip 'hidup untuk hari ini' cenderung membuat orang miskin terjebak dalam kemiskinan.
  • Orang miskin harus mengubah pola pikir, belajar ilmu marketing, dan keluar dari zona nyaman untuk meraih perubahan.

Mindset atau pola pikir adalah cara seseorang menerima informasi, memproses, dan akhirnya bertindak. Pola pikir seseorang bisa berubah tetapi bukan sesuatu yang bisa dilakukan secara instan. Umumnya mindset dipengaruhi oleh lingkungan seseorang dibesarkan, sehingga lebih mudah bagi seseorang mempertahankan status quo mereka daripada mengubahnya berdasarkan pola pikir yang sudah dimiliki.

Tidakkah kalian penasaran kenapa ada orang miskin yang bisa keluar dari kemiskinan mereka sementara yang lainnya tetap terjebak? Di luar faktor eksternal yang ikut andil, mindset yang dimiliki tiap individu juga memegang peranan penting dalam masalah tersebut. Artikel ini akan membahas 7 mindset yang menjebak orang miskin tetap miskin. Sadari dan segera ubah!

1. Hidup untuk hari ini

ilustrasi kredit konsumtif (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kalimat 'hidup untuk hari ini' mungkin terdengar keren dan all out. Namun sebenarnya kalimat itu juga memiliki makna bahwa seseorang yang mengatakannya tidak punya rencana maupun persiapan untuk kehidupannya esok hari. Orang yang memiliki pola pikir semacam ini juga cenderung ingin segera menikmati hasil kerjanya tanpa punya pemikiran menjadikan keuntungan netonya sebagai modal segar agar mendapatkan hasil yang lebih besar lagi.

Prinsip hidup semacam ini lebih cocok untuk mereka yang memiliki kelimpahan harta sehingga tak perlu memikirkan biaya kebutuhan untuk esok hari. Sebab uang sudah bekerja untuk mereka tanpa mereka perlu terlibat secara langsung lagi.

Efek yang lebih buruk dari prinsip 'hidup untuk hari ini' bagi orang miskin yaitu mereka malah mengambil lebih dulu hasil sebelum benar-benar menghasilkan. Contohnya mereka mengambil pinjaman untuk kebutuhan konsumtif hanya dengan keyakinan bisa mengambilnya dari penghasilan rutin padahal hidup tak selalu berjalan mulus.

2. Pasrah sebelum berusaha sebab katanya rezeki sudah ada yang mengatur

ilustrasi pasrah sebelum mencoba (pexels.com/Kaboompics.com)

Bagi orang-orang dengan kepercayaan tertentu, 'rezeki sudah ada yang mengatur' bukan pernyataan yang salah. Hanya saja mereka sering lupa bahwa kalimat itu juga didahului seruan untuk bekerja secara maksimal sebelum pasrah dengan hasilnya.

Usaha yang dilakukan sebelumnya inilah yang akan membedakan bagaimana seseorang melihat nilai suatu rezeki.

3. Termotivasi menghabiskan sebanyak orang kaya, bukan menghasilkan sebanyak orang kaya

ilustrasi menghamburkan uang (pexels.com/cottonbro studio)

Jebakan pola pikir yang melanggengkan kemiskinan yaitu keinginan untuk menghabiskan sebanyak orang kaya, bukan menghasilkan sebanyak orang kaya. Kata menghabiskan dan menghasilkan memiliki makna yang sangat bertolak belakang. Oleh sebab itu kamu yang kini masih miskin, coba analisis ulang tujuan hidupmu.

Kalau tujuanmu adalah menghabiskan sebanyak orang kaya, berapa pun harta yang akan kamu dapatkan nantinya, mereka tak akan bertahan lama dalam genggamanmu. Sangat berbeda jika tujuanmu adalah menghasilkan harta sebanyak yang dimiliki orang kaya. Kamu akan lebih menghargai hartamu dan menggunakannya dengan lebih bijak.

4. Menggunakan cara tak realistis untuk memenuhi ekspektasi

ilustrasi pesugihan (pexels.com/cottonbro studio)

Ingin kaya tanpa bekerja keras, tanpa ribet, tanpa pusing, tanpa risiko, tanpa modal, mau instan, dst. Jelas itu hanyalah angan-angan yang mustahil. Untuk mendapatkan sesuatu, tentu kita perlu menukarnya dengan sesuatu yang hampir sama nilainya.

Namun pertukaran yang dimaksud juga harus yang jelas dan terpercaya. Hanya karena pesugihan butuh tumbal, bukan berarti pesugihan termasuk cara yang realistis menjadi kaya. Hanya karena investasi bodong meminta modal, bukan berarti kamu bisa selamat dari modus penipuan.

Pelajari dasar-dasar ekonomi dan bagaimana cara uang bekerja dalam suatu industri. Dengan bekal pengetahuan semacam itu kamu akan tahu mana tawaran yang menjanjikan, mana tawaran pancingan dari para penipu andal di luar sana. Punya ekspektasi realistis yang diraih dengan cara tak realistis jauh lebih berbahaya daripada punya ekspektasi tak realistis yang diraih dengan cara realistis.

5. Gengsi mengakui kemiskinan

ilustrasi foya-foya karena gengsi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Hal yang sering terjadi di kalangan orang miskin yaitu mereka malu mengakui kemiskinannya. Bukan berarti artikel ini menganjurkan untuk bangga dengan kemiskinan. Poin utama yang dimaksud artikel ini adalah jangan sampai termakan gengsi.

Sudah tahu pendapatan harian tak menentu, tak punya dana darurat, apalagi tabungan, eh, begitu ada uang lebih malah dipakai foya-foya. Biar tak diejek tetangga, katanya. Apakah itu tindakan yang bijak? Memaksakan diri demi pencitraan atau mengikuti standar orang lain tak akan pernah ada habisnya. Lebih baik fokus pada kehidupan sendiri dibandingkan mengikuti omongan orang lain.

6. Termakan strategi marketing

ilustrasi kalap diskon (pexels.com/Max Fischer)

Setiap penjualan produk maupun jasa, pastilah disertai cara-cara tertentu untuk menarik minat konsumen. Ada yang menggunakan hard sell maupun soft sell. Keduanya bisa sama-sama berhasil mempengaruhi konsumen tergantung dari target pasarnya.

Sayangnya tak banyak konsumen yang sadar saat mereka sedang dipengaruhi. Jadi agar uang yang sudah kamu dapatkan dengan setengah mati tak lenyap dalam keadaan setengah sadar, kamu perlu belajar sedikit mengenai ilmu marketing. Dengan begitu kamu tak akan lagi mudah tergoda dengan segala iming-iming para penjual produk atau jasa.

7. Enggan meninggalkan zona nyaman

ilustrasi enggan meninggalkan zona nyaman (pexels.com/Acharaporn Kamornboonyarush)

Melakukan sesuatu yang sudah dikuasai dan biasa dilakukan tentu lebih mudah daripada mencoba hal baru. Namun jika kegiatan yang selama ini kamu kerjakan tak membawamu ke mana-mana, mungkin sudah saatnya kamu keluar dari zona nyaman. Tak ada perubahan besar yang terlahir dari aktivitas berulang.

Jika kamu masih terlalu takut dengan perubahan besar secara mendadak, setidaknya kamu bisa mengubahnya sedikit demi sedikit. Bisa mulai dengan mengurangi jam tidur, kemudian gunakan waktu tambahan tersebut untuk mempelajari hal baru. Upgrade skill kamu. Jika kamu ingin keluar dari kemiskinan, tak seharusnya kamu melakukan hal-hal yang selalu dilakukan orang miskin.

8. Lebih suka mencela mimpi orang dan diri sendiri dibandingkan mencari tahu cara meraihnya

sibuk mendikte dan mencela mimpi orang lain (pexels.com/Yan Krukau)

Bagi orang miskin, mimpi itu tak gratis. Sebab mereka tahu akan ada banyak konsekuensi dan pengorbanan untuk meraihnya, besarnya rasa kecewa yang muncul saat langkah mereka terhalang keterbatasan, juga cemoohan yang menyertai jika berita kegagalan mereka tersebar.

Para orang dewasa di lingkungan masyarakat miskin akhirnya berlomba-lomba memberi petuah pada setiap anak kecil untuk sadar diri saat menargetkan mimpi. Tujuannya baik, memperlihatkan kenyataan akan kerasnya dunia dan menghindarkan para anak mereka dari rasa sakit.

Namun petuah semacam itu bukanlah support system yang sempurna bagi seorang anak miskin yang ingin kaya. Orang miskin yang ingin kaya harus lebih fokus mencari cara meraih mimpi besarnya serta cara untuk kembali bangkit saat terjatuh dalam prosesnya. Mengatakan bahwa sesuatu mustahil diraih sebelum mencobanya hanya akan membelenggu seseorang terus berada dalam keadaan yang sama. Seseorang harus berani mencoba dan belajar dari kesalahan untuk meraih perubahan.

Banyak kemiskinan terjadi akibat masalah struktural dan bukan serta merta karena kesalahan per individu. Oleh sebab itu, tak memiliki satu pun mindset di atas tak lantas secara instan mengeluarkanmu dari kemiskinan. Namun setidaknya dengan menghindari cara berpikir di atas, kamu tak terjebak dengan tipe pemikiran yang akan mempertahankan kemiskinanmu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us