Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Dampak Buruk Sikap Ambisius dalam Hubungan, Jadi Perhitungan 

ilustrasi pasangan (pexels.com/İlkin Efendiyev)
Intinya sih...
  • Hubungan sehat dibangun dengan kebaikan tulus, bukan persaingan untuk mencapai skor tertinggi.
  • Sikap ambisius dan harga diri tinggi bisa menjadi musuh terbesar dalam hubungan, memicu konflik yang tidak perlu.
  • Membanding-bandingkan pencapaian dengan pasangan hanya menciptakan persaingan toksik dan membuat hubungan jadi tempat berkompetisi.

Setiap orang pasti punya ambisi. Dan itu tidak sepenuhnya buruk. Kamu tahu apa yang menjadi tujuan dan visimu, dan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai itu.

Namun, terlalu fokus pada ambisi sampai mengabaikan hal lain juga bukan hal baik. Kamu jadi pribadi yang egois, penuh gengsi, dan sulit berempati pada sekitar. Apalagi kalau sikap ini dibawa-bawa dalam relasi, bisa makin runyam. Mengapa demikian? Simak lima penjelasan di bawah.

1.Selalu menyimpan skor

ilustrasi wanita (pexels.com/Mikhail Nilov)

Hubungan yang sehat dibangun dengan kebaikan yang tulus; ketika kamu dan pasangan tahu kapan harus memberi dan menerima. Dengan demikian, kalian pun belajar untuk menguatkan satu sama lain.

Kamu jadi memandang kebaikan sebagai sebuah timbal balik alih-alih sesuatu yang memang tulus kamu lakukan karena kamu sayang pasanganmu. Tentu hubungan yang dibangun dengan cara ini akan membuatmu tidak bahagia. Kamu dan pasangan terus berlomba-lomba demi mencapai skor tertinggi, tanpa sungguh-sungguh mengambil waktu untuk menikmati kebaikan satu sama lain.

2.Rasa gengsi yang terlalu tinggi

ilustrasi wanita (pexels.com/Vlada Karpovich)

Salah satu musuh terbesar saat menjalin hubungan dengan orang lain adalah rasa gengsi atau harga diri tinggi. Orang dengan sikap ambisius biasanya sulit mengakui kekalahan atau kesalahan. Alih-alih meminta maaf, ia langsung berkelit bahkan tak segan menyalahkan orang lain.

Ini bisa menjadi bom waktu dalam relasi. Mungkin kelihatannya sekarang masih baik-baik saja, tapi bila kebiasaan buruk ini tidak segera diatasi, maka bisa mengundang beragam konflik yang tidak perlu.

3.Lebih sering membanding-bandingkan pencapaianmu dan pasangan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Samson Katt)

Banyak orang yang “tidak terima” ketika kalah saing dengan pasangan. Entah kalah posisi, kalah gaji, kalah dalam status sosial, atau lain-lain. Namun kamu menganggap serius ketimpangan ini karena merasa minder dengan pasangan.

Saat kamu membanding-bandingkan pencapaianmu dengan pasangan, hubungan tidak lagi jadi tempat aman untuk saling mendukung. Di dalamnya hanya penuh persaingan dan perlombaan untuk menjadi “yang terbaik”. Hati-hati, hubungan seperti ini bisa mengarah pada hal toksik.

4.Kehilangan makna dan keterbukaan dalam hubungan

ilustrasi pasangan (pexels.com/John Diez)

Siapa yang betah, sih, berada dalam hubungan yang fokusnya adalah untuk terus menang dan menang? Bukannya bisa jadi diterima apa adanya, kamu malah hanya fokus menunjukkan sisi baik di depan doi.

Tentu hal tersebut menjadi batu sandungan yang serius. Hubungan jadi tempat berkompetisi alih-alih bersikap terbuka dan apa adanya.

5.Mudah merasa minder dan tertekan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Alex Green)

Hubungan seharusnya bisa menjadi rumah yang memberi rasa aman dan nyaman. Namun bila di dalamnya hanya berisi persaingan, maka tak heran kamu akan selalu merasa rendah diri dan tertekan.

Sulit bagimu untuk menikmati ritme dan tempo dalam relasi. Kamu pun akan menganggap pasangan hanya sebagai kompetitor, bukannya orang yang bisa mendukungmu.

Sikap ambisius yang berlebihan dan tidak terkendali bisa menjadi bumerang dalam relasi. Bila kamu adalah orang ambisius, penting untukmu mencari waktu evaluasi. Jangan-jangan selama ini, kamu hanya fokus dengan ambisi dan melihat pasangan sebagai kompetitor alih-alih partner hidup.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Caroline Graciela Harmanto
EditorCaroline Graciela Harmanto
Follow Us