Ekonomi Jateng Tumbuh 5,28 Persen, Berkat Ditopang Industri Pengolahan

- Pertumbuhan ekonomi Jateng mencapai 5,28 persen, tertinggi sejak 2023
- Industri pengolahan berkontribusi sebesar 33,34 persen terhadap pertumbuhan ekonomi di Jateng
- Jateng menjadi penyumbang terbesar keempat perekonomian di Pulau Jawa selama triwulan II 2025 dengan kontribusi mencapai 14,43 persen
Semarang, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Provinsi Jawa Tengah pada triwulan II 2025 tumbuh sebesar 5,28 persen (year on year). Secara struktur, industri pengolahan masih berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Jateng.
1. Pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak 2023

Plt Kepala BPS Jateng, Endang Tri Wahyuningsih mengatakan, perekonomian Jateng pada triwulan II 2025 berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp483.260,03 miliar.
‘’Pertumbuhan ekonomi Jateng di triwulan II 2025 merupakan yang tertinggi sejak 2023. Sedangkan, jika dibanding triwulan I 2025, perekonomian Jateng tumbuh 1,87 persen,’’ ungkapnya dalam siaran pers secara daring, Selasa (5/8/2025).
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Informasi dan Komunikasi yang tumbuh sebesar 9,97 persen.
2. Industri pengolahan berkontribusi sebesar 33,34 persen

Sementara dari sisi pengeluaran, komponen yang mengalami kenaikan paling tinggi terjadi pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa (termasuk Ekspor Antar Daerah) sebesar 11,98 persen.
Selanjutnya, Endang menjelaskan, secara struktur, perekonomian Jawa Tengah masih ditopang oleh industri pengolahan yang memberi kontribusi sebesar 33,34 persen.
3. Jateng penyumbang terbesar keempat di Pulau Jawa

Sedangkan, di sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga memberi kontribusi tersebut yang mencapai 61,56 persen.
‘’Secara umum, Jateng menjadi penyumbang terbesar keempat perekonomian di Pulau Jawa selama triwulan II 2025 dengan kontribusi mencapai 14,43 persen,’’ tandasnya.
Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi Jateng masih berada di bawah Banten dan Yogyakarta, namun lebih tinggi jika dibanding DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur.