Stasiun Alastua, Pintu Baru Transportasi dan Investasi di Timur Semarang

- Stasiun Alastua menjadi simpul transportasi penting di wilayah timur Kota Semarang
- Melayani dua layanan kereta utama, KA Kedungsepur dan KA Banyubiru, dengan peningkatan konektivitas dan minat masyarakat yang tinggi
- Stasiun Alastua memiliki peran strategis bagi pengembangan jaringan transportasi perkotaan dan kawasan industri serta berpotensi dikembangkan sebagai kawasan investasi baru
Semarang, IDN Times - Stasiun Alastua kini menegaskan perannya sebagai simpul transportasi penting di wilayah timur Kota Semarang. Berada di jalur utara Jawa yang memiliki nilai historis dan strategis, stasiun tersebut tidak hanya menjadi penghubung mobilitas masyarakat, tetapi juga mulai dilirik sebagai kawasan potensial untuk investasi dan pengembangan ekonomi regional.
Meskipun berstatus sebagai stasiun kecil, Stasiun Alastua menyimpan potensi besar. Dengan luas aset mencapai 90.250 meter persegi, kawasan itu berpeluang besar untuk dikembangkan, baik dalam peningkatan layanan transportasi maupun pemanfaatan lahan secara produktif.
Lokasinya yang berada di ketinggian +6 meter di atas permukaan laut juga menjadikan stasiun tersebut titik akses penting menuju Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, dan Kabupaten Jepara.
1. Simpul baru mobilitas dan perekonomian

Sebagai bagian dari jaringan KAI Daop 4 Semarang, Stasiun Alastua kini melayani dua layanan kereta utama, yaitu KA Kedungsepur relasi Semarang Poncol – Ngrombo dan KA Banyubiru relasi Semarang Tawang – Solo Balapan. Penambahan layanan Banyubiru sejak September 2024 sukses memperluas jangkauan mobilitas warga Semarang bagian timur.
Menurut Manager Humas KAI Daop 4 Semarang, Franoto Wibowo, kehadiran KA Banyubiru terbukti disambut positif masyarakat.
“Dalam satu tahun pengoperasian, volume naik-turun penumpang KA Banyubiru di Stasiun Alastua telah mencapai 10.534 penumpang. Angka ini menunjukkan peningkatan konektivitas dan minat masyarakat yang tinggi terhadap layanan transportasi berbasis rel di kawasan timur,” katanya dilansir keterangan resmi yang diterima IDN Times, Kamis (23/10/2025).
Ia menambahkan, keberadaan Stasiun Alastua sangat strategis karena berdekatan dengan kawasan industri Genuk dan memiliki akses langsung ke wilayah pantai utara (Pantura) Jawa Tengah.
“Stasiun Alastua memiliki peran strategis bagi pengembangan jaringan transportasi perkotaan dan kawasan industri. Dengan luas aset yang signifikan dan lokasi yang dekat dengan area industri, stasiun ini sangat potensial dikembangkan sebagai simpul transportasi dan kawasan investasi baru,” ujarnya.
2. Perpaduan sejarah dan potensi modern

Tidak hanya bernilai ekonomi, Stasiun Alastua juga menyimpan nilai sejarah yang tinggi. Stasiun ini merupakan bagian dari jalur kereta api pertama di Indonesia, yakni lintas Semarang Tawang – Tanggung yang diresmikan pada tahun 1867 oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Jalur itu menjadi tonggak awal perkembangan perkeretaapian nasional.
Franoto menyebut kombinasi antara heritage bersejarah, posisi strategis, dan luas lahan yang memadai menjadi faktor penting dalam strategi pengembangan Stasiun Alastua.
“KAI Daop 4 Semarang melihat Stasiun Alastua sebagai aset potensial untuk dikembangkan, baik dari sisi layanan transportasi maupun pemanfaatan lahan. Kami juga membuka peluang kerja sama dengan pihak swasta dan pemerintah daerah untuk menjadikan kawasan ini sebagai titik pertumbuhan ekonomi baru,” tambahnya.
3. Mendorong investasi dan optimalisasi aset

Dalam konteks pengelolaan aset, KAI saat ini tengah menjalankan strategi optimalisasi aset produktif dan berkelanjutan. Melalui program ini, KAI berupaya menghadirkan nilai tambah tidak hanya bagi perusahaan, tetapi juga bagi masyarakat sekitar dan pemerintah daerah.
Langkah itu sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mendorong konektivitas antarkawasan industri dan kota penyangga melalui transportasi publik yang efisien. Dengan lokasi Stasiun Alastua yang berada di jalur lintas utara, potensi integrasi transportasi antarmoda menjadi salah satu faktor pengungkit utama bagi investasi di kawasan timur Semarang.
“Ke depan, kami berharap Stasiun Alastua tidak hanya menjadi tempat naik turun penumpang, tetapi juga tumbuh sebagai kawasan yang hidup dan bernilai ekonomi tinggi bagi masyarakat Semarang bagian timur,” aku Franoto.
Dengan luas lahan lebih dari 9 hektare (ha), Stasiun Alastua berpotensi dikembangkan menjadi kawasan terpadu yang menggabungkan fungsi transportasi, logistik, dan perdagangan. Posisinya yang strategis menjadikannya gerbang utama bagi distribusi barang dan mobilitas pekerja dari dan ke wilayah industri sekitar Semarang.


















