Duduki Peringkat Ketiga Kota Toleran, Wali Kota Salatiga Sulit Ukur Kekurangan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Salatiga, IDN Times - Wali Kota Salatiga Yuliyanto mengaku sulit mengukur indikator kekurangan pada wilayahnya yang menduduki peringkat ketiga sebagai kota toleran. Dari hasil laporan tahunan Indeks Kota Toleran tahun 2021, Kota Salatiga berada pada posisi tiga besar di bawah Kota Manado, Sulawesi Utara dan Singkawang, Kalimantan Barat.
1. Yuliyanto bersyukur Salatiga masuk tiga besar
Menurut Yuliyanto, saban tahunnya Kota Salatiga selalu mengalami dimanika berbeda-beda sebagai kota yang dianggap punya sikap toleransi yang tinggi di Indonesia.
Peringkat Salatiga selalu naik turun mengikuti proses penilaian yang dilakukan Indeks Kota Toleran.
"Kalau saat ini Salatiga ada peringkat ketiga. Tetap bersyukur karena masih berada tiga besar," ungkapnya, Selasa (5/4/2022).
Baca Juga: Ribuan Knalpot Brong di Salatiga Dirazia, Kapolres: Biar Ramadan Khusyuk
2. Yuliyanto sulit ukur kekurangan wilayahnya
Ia menyampaikan, Salatiga pada tahun ini memperoleh skor penilaian 6,367. Skor tersebut masih kalah ketimbang Singkawang yang melesat dengan skor 6,48 dan Manado yang meraih skor 6,400.
Editor’s picks
Adanya penilaian tersebut tentunya menjadi pelecut semangat bagi Yuliyanto untuk membuktikan bahwa warga Salatiga memiliki sikap toleransi yang bagus di tengah keberagaman umat yang berkembang selama ini.
Terlebih lagi, dirinya cukup gembira dengan munculnya indikator penilaian kota toleran. Mulai dari rencana pembangunan sebanyak 10 persen, kebijakan diskriminatif 20 persen, peristiwa intoleransi 20 persen, dinamika masyarakat sipil 10 persen.
"Penilaian yang kalau dilihat dari segi ukurannya sangat subyektif. Maka dari itu, sulit bisa diketahui secara pasti dimana kekurangannya. Semua berlangsung alamiah," ujar Yuliyanto.
3. Perbedaan harus dimaknai sebagai kekayaan bangsa Indonesia
Tak cuma itu saja, ia juga melihat penilaian dari segi pernyataan pejabat publik setingkat pemerintah kota skornya 10 persen, tindakan nyata pemerintah 15 persen, heterogenitas agama 5 persen, dan inklusi sosial keagamaan 10 persen.
Ia mengungkapkan walau Salatiga dapat peringkat ketiga kota toleran, ke depan harus dimunculkan penguatan sikap kerukunan dan toleransi.
Baginya perbedaan agama dan latar belakang seseorang bukanlah sebuah penghambat. Melainkan menjadi pemersatu untuk mempererat tali persaudaraan.
"Perbedaan bukan untuk dibeda-bedakan tapi dimaknai sebagai kekayaan yang dimiliki bangsa yang saling menghargai dan menghormati," tandasnya.
Baca Juga: Sidak ke Salatiga, Airlangga Hartarto Temukan Minyak Goreng Masih Mahal