Kawah Kesongo di Blora Meletus, Tinggi 40 meter, Warga Keracunan Gas

Kerugian letusan di Blora ini mencapai seperempat miliar

Blora, IDN Times - Letusan Kawah Oro-oro kesongo di Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora menggegerkan warga setempat. Letusan pertama terjadi pada Kamis (27/8/2020) pukul 05.30 WIB. Kawah Oro-oro Kesongo merupakan salah satu wisata geologi yang ada di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

1. Tinggi letupan mencapai 40 meter

Kawah Kesongo di Blora Meletus, Tinggi 40 meter, Warga Keracunan GasIDN Times/Widyo Atmojo

Kepala Desa Gabusan, Parsidi mengatakan letusan pertama mengeluarkan material lumpur bercampur gas. Tinggi letusan tersebut tingginya mencapai hampir 40 meter. 

"Suara dentumannya sangat keras, dan tinggi letusan capai 40 meter," katanya.

Ia menyebut sepanjang tahun biasanya kawah tersebut hanya meletus sebanyak dua kali. Namun letusan kali ini terbilang paling besar dibanding letusan-letusan sebelumnya. 

"Ini yang paling tinggi, sebelumnya tidak setinggi ini," tuturnya. 

2. Terdapat 4 warga setempat mengalami keracunan

Kawah Kesongo di Blora Meletus, Tinggi 40 meter, Warga Keracunan GasIDN Times/Widyo Atmojo

Dampak dari kejadian tersebut, sedikitnya empat orang warga setempat yang sedang mengembala hewan ternak di sekitar lokasi mengalami keracunan gas yang disemburkan saat letusan.

"Keempat warga langsung dilarikan ke Puskesmas Jati. Alhamdulillah keadaannya semakin membaik," terangnya.

Keempat orang tersebut juga sudah kembali ke rumah masing-masing.

Kawah Oro-oro Kesongo adalah kawasan yang mempunyai fenomena alam unik, hampir menyerupai Bleduk Kuwu yang terdapat di Kabupaten Grobogan. 

Baca Juga: Tak Dapat BLT DD, 61 Petani Pinggir Hutan di Blora Geruduk Balai Desa

3. Ada 19 hewan ternak milik warga setempat tertimbun

Kawah Kesongo di Blora Meletus, Tinggi 40 meter, Warga Keracunan GasIDN Times/Widyo Atmojo

Pada hari-hari biasa, kawasan tersebut biasa digunakan warga untuk mengembala hewan ternak. Nahas, saat kejadian letusan ada 19 hewan ternak kerbau ikut tertimbun material letusan. Untuk kerugian ditaksir mencapai sekitar Rp270 juta, dimana harga satu kerbau sekitar Rp15 juta.

"Dari 19 hewan yang tertimbun itu, 18 hewan dinyatakan hilang dan satu berhasil diselamatkan," ungkap Parsidi.

Ia menyatakan sebelumnya tidak ada tanda-tanda akan terjadi letusan.

"Tahu-tahu terdengar suara gemuruh dari dalam tanah. Sehingga warga tidak berhasil menyelamatkan hewan ternaknya," jelasnya. 

4. Letusan 7 tahun yang lalu menewaskan satu orang

Kawah Kesongo di Blora Meletus, Tinggi 40 meter, Warga Keracunan GasIlustrasi jenazah. IDN Times/Mardya Shakti

Terpisah, Anggota Polisi Hutan RPH Padas, Agus Rimbawanto menyatakan meletusnya Kesongo sempat membuat warga takut. Saat kejadian, dirinya berada kurang lebih sekitar stu kilometer dari lokasi. 

"Saya takut mas, saya sampai pegangan kayu jati," kata Agus ketika dihubungi IDN Times

Agus menyampaikan letusan Kesongo pertama terjadi selama 10 menit. Dia bilang, letusan yang sama juga pernah terjadi beberapa waktu lalu, hanya saja tak sekeras pada saat ini.

"Awalnya suaranya bergemuruh, dan langsung meletus mengeluarkan lumpur dan gas," paparnya.

Ia menuturkan sekitar 3 tahun yang lalu, letusan di Kesongo sempat menewaskan satu orang. Terbaru hari ini, meski tak memakan korban jiwa, beberapa orang diketahui keracunan akibat kejadian tersebut.

Kepala cabang Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah wilayah Kendeng Selatan, Teguh Yudi Pristiyanto, menyampaikan, hasil penelitian saat ini menyebutkan jika fenomena tersebut adalah Gunung Api Lumpur atau yang biasa disebut dengan Mud Volcanoes. Gunung Api Lumpur adalah sebuah fenomena ekstrusi cairan seperti hidrokarbon dan gas seperti methane.

"Mud Volcanoes merupakan sebuah fenomena ekstrusi cairan seperti hidrokarbon dan gas seperti methane," kata Teguh Yudi saat dihubungi detikcom, Kamis (27/08/2020).

Teguh menyampaikan, saat ini letusan tersebut telah berhenti. Letusan yang sama juga terjadi pada 7 tahun yang lalu tepatnya pada 2013.

"Lokasi titik letusannya sama seperti yang terjadi pada tahun 2013," kata Teguh.

5. Sejarah masa lalu terjadinya kawah Kesongo karena konspirasi perebutan kekuasaan

Kawah Kesongo di Blora Meletus, Tinggi 40 meter, Warga Keracunan GasIDN Times/Widyo Atmojo

Pemerhati Sejarah Kabupaten Blora, Eko Arifianto menceritakan soal asal-usul Kawah Oro-oro Kesongo di Blora. Berdasarkan catatan buku babat Kanung, sejarah perjalanan orang Jawa 230 Sebelum Masehi-1292 Masehi, dahulu pada tahun 725 Masehi ada tokoh muda yang bijaksana yang berasal dari Medang Kamulaan, Teluk Lusi Blora. Ia masih mempunyai garis keturunan Datsu Dewi Simaha. Pemuda tampan dan berkarisma tersebut bernama Hang Sanjaya.

Eko mengatakan, Sanjaya adalah anak dari pasangan Sanaha dan Saladu. Ia dilahirkan di Sucen, Doplang atau sekarang dikenal Kecamatan Jati, Blora, Jawa Tengah atau dahulu disebut Medang Pakuwon pada akhir abad ke-7 Masehi.

Pada kala itu, pamannya yakni bernama Sana baru saja diangkat menjadi datu di Galuh Kerajaan Tarunanegara. Namun tak selang berapa lama, Sana meninggal secara tiba-tiba.

"Sana meninggal dunia akibat diracun oleh konspirasi yang terjadi di istana Galuh karena perebutan kekuasaan," tandasnya.

Pangeran dari Kerajaan Tarumanegara ini ingin merebut tahta dari tangan Sana, lalu ia dibantu istrinya berhasil meracun Sana.

Mayat Sana oleh para pengikutnya dibalsam supaya tidak menimbulkan bau tidak sedap. Kemudian mayatnya dibawa pulang ke kampung halamannya di Sucen, Doplang, Medang Pakuwon, Blora.

"Ia diantar oleh sembilan orang pengawalnya dan seorang pekathik (red: pelayannya yang bertugas memelihara kuda)," ungkap Eko.

Namun sesampainya di Medang Pakuwon kakak perempuan Sana yang bernama Sanaha menjadi murka dan memerintahkan 9 orang pengawalnya dibunuh karena dianggap tidak mampu melindungi keselamatan adiknya. Hanya satu orang yang dibiarkan tetap hidup yakni seorang pemelihara kuda yang dianggap orang kecil dan tidak tahu duduk perkaranya.

"Dari situ muncul kisah cerita tutur tentang Kesongo, yaitu matinya sembilan orang yang tragis dan dramatis," jelasnya.

Tempat 9 orang pembantu Sana dibunuh sekarang dinamakan Kesongo, yang sekarang oleh warga disebut Oro-oro Kesongo, di Desa Gabus, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora. Tempat terbunuhnya 9 orang sekarang berupa hamparan dataran rendah dengan tanah berlumpur.

"Di tempat itu ada tanah berlumpur yang sering menyemburkan lumpur yang disertai gas belerang yang menyebabkan banyak burung dan hewan mati karena keracunan. Semburannya bisa setinggi 3 meter," terangnya. 

Akibat semburan lumpur dengan bau gas belerang tersebut, banyak hewan mati dan penduduk tidak perlu susah-susah berburu mencari makanan.

Eko mengatakan, Pada tahun 416 M, Keraton Medang Kamulyan di hilir sungai Lusi Blora sudah padat penduduknya. Sebagian penduduk berpindah ke arah Barat Daya menyusuri Sungai Lusi hingga mencapai hutan jati di wilayah Blora Selatan. Para pendatang membangun pemukiman baru. Wilayah tersebut diberi nama Pakuwuan atau Pakuwon dengan lokasi kedaton di Sucen.

Kedaton dipimpin oleh seorang perempuan bernama Sanaha. Sanaha adalah kakak perempuan Sana penguasa Galuh Kerajaan Tarumanegara yang merupakan garis keturunan Kandayun.

"Medang Pakuwon sekarang terletak di Desa Kesongo, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Sanaha menjadi jatuh di Medang Pakuan pada tahun 696 Masehi," pungkas Eko.

Baca Juga: Foto Jadul Jokowi yang Viral Saat Sedang Mencari Kayu Jati di Blora

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya