Melihat Desa Inklusi yang Bina ODGJ di Klaten, Mentas jadi Waras

Sampai ada Posyandu GEMAS KETAWA

Klaten, IDN Times - Desa Kranggan, Polanharjo, Klaten pada Desember 2022 secara resmi dinobatkan sebagai Desa Inklusi oleh Komisi Nasional Disabilitas Republik Indonesia. Status itu diserahkan oleh Komisioner Dante Rigmalia dan diterima oleh Bupati Klaten, Sri Mulyani dan Camat Polanharjo.

Apresiasi tersebut diberikan kepada Klaten karena kolaborasi aktif dalam mengembangkan lingkungan kondusif dan kesempatan yang sama pada disabilitas untuk mendapatkan akses yang sama sebagai warga Negara Indonesia.

1. Rawat puluhan ODGJ

Melihat Desa Inklusi yang Bina ODGJ di Klaten, Mentas jadi WarasIlustrasi pemasungan orang dengan gangguan kejiwaan (ODGJ). Foto Antara

Komitmen sebagai Desa Inklusi tersebut dibuktikan dengan memanusiakan disabilitas Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di desa tersebut. Saat ini di Desa Kranggan terdapat 20 penyandang disabilitas ODGJ yang sudah didampingi selama enam bulan pada setiap hari Jumat yang diadakan di Posyandu Jiwa Kantor Desa Kranggan.

Ketua Inklusi Center Kecamatan Karanganom-Bhakti Negeri (ICKK-BN), Srimulyo mengatakan, pihaknya terus berusaha agar para ODGJ ini bisa mendapat perlindungan dan terapi sehingga bisa diterima lagi di masyarakat.

“Tidak hanya itu, kita juga berusaha untuk mendorong sampai ke tingkat kemandirian mereka secara ekonomi agar memiliki masa depan,” katanya, Rabu (23/9/2023).

Lebih lanjut, Srimulyo menjelaskan, para penyandang disabilitas ODGJ di Desa Kranggan ini kebanyakan diakibatkan stress karena masalah-masalah ekonomi keluarga, putus cinta, dan faktor keturunan.

"Kita terus lakukan pendekatan dengan pengembangan pelayanan anak dengan gangguan ODGJ. Yang kita lakukan salah satunya adalah penguatan kapasitas untuk pengembangan ekonomi untuk kemandirian para ODGJ dan juga untuk kesehatannya,” ujarnya.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Tempat Wisata Air di Klaten yang Wajib Dikunjungi, Segar

2. Ada Posyandu GEMAS KETAWA

Melihat Desa Inklusi yang Bina ODGJ di Klaten, Mentas jadi WarasPengurua Desa Inklusi di Desa Kranggan, Polanharjo, Klaten. (Dok/Istimewa)

Sementara itu, Dokter Resita Optiana dari Puskesmas Polanharjo, yang turut serta sebagai pendamping dari tenaga kesehatan untuk memeriksa kesehatan para ODGJ di Posyandu GEMAS KETAWA (Gerakan Masyarakat Sadar Kesehatan Jiwa) Desa Kranggan Polanharjo mengatakan kondisi kesehatan fisik para ODGJ baik-baik saja.

”Mereka umumnya hanya menderita stress saja yang membuat mereka akhirnya menutup diri dan tidak mau bersosialisasi dengan yang lain. Karenanya, mereka di Posyandu Jiwa ini dibimbing untuk bisa beradaptasi dengan menyelesaikan masalahnya sendiri. Untuk itu, mereka butuh dukungan orang lain,” katanya.

Dokter Resita bersama beberapa karyawan Puskesmas dari bidan desa memberikan pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan lain-lain.

”Kalau ada keluhan penyakit, biasanya mereka akan diberikan obat dan juga konseling kejiwaan. Jadi pendekatannya seperti itu. Dan setiap bulannya akan ada seperti buku jurnal untuk mencatat perkembangan jiwa mereka seperti apa,” tuturnya.

Dia mengutarakan hingga saat ini dari 20 penyandang disabilitas ODGJ yang dilayani di Posyandu GEMAS KETAWA (Gerakan Masyarakat Sadar Kesehatan Jiwa) Desa Kranggan, Polanharjo ini, sudah 50 persennya terlihat lebih bagus perkembangan kejiwaannya dan 3 orang sudah pulih dari gangguan kejiwaannya.

”Saya lihat sudah ada peningkatan banyak, cuma memang masih ada yang berhalusinasi dan itu hanya satu dua orang saja,” ucapnya.

3. Gotong royong warga Desa sembuhkan warga yang ODGJ

Melihat Desa Inklusi yang Bina ODGJ di Klaten, Mentas jadi WarasKecamatan Polanharjo. (Dok/Disperkim Klaten)

Kepala Desa Kranggan, Gunawan Budi Utomo mengungkapkan, pendampingan terhadap penyandang ODGJ di desanya bertujuan agar masyarakat yang mengalami kesehatan jiwa tersebut memiliki kegiatan yang positif.

”Karena, kalau mereka dikasih kegiatan yang positif, otomatis mindset mereka juga nanti akan positif juga. Dengan seringnya bersosialisasi di Posyandu, kepercayaan diri mereka akan terbangun kembali seperti halnya Mbak Erna dan Mbak Umi,” ujarnya.

Menurut Gunawan, orang yang mengalami gangguan jiwa sebaiknya jangan di-judge bahwa mereka itu orang gila. Karena, makin di-judge sebagai orang gila, mereka itu akan semakin jatuh mentalnya.

”Nah, karena itulah kami membentuk Posyandu Jiwa ini untuk membuat bagaimana caranya agar mereka para ODGJ itu bisa tetap bersosialisasi dan bisa memfungsikan dirinya sebagai masyarakat,” tukasnya.

Para relawan di Posyandu itu juga dituntut untuk melakukan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM). Artinya, harus peduli kepada saudara-saudara yang mengalami gangguan jiwa dan bisa merasakan apa yang dialami oleh para ODGJ.

”Salah satunya di sini yang sudah ada adalah RBM SEHATI,” ucap Gunawan.

Untuk mencegah agar para ODGJ yang sudah sembuh tidak sampai kambuh lagi, Gunawan mengatakan kepada mereka akan diberikan stimulan.

”Jadi, mereka pengennya usaha apa, pengen cari hiburan apa, kita akan bantu. Ada yang pengen melihara ayam, kambing, kita kasih. Jadi, mereka tidak mempunyai pikiran yang nganggur dan mempunyai aktivitas,” akunya.

4. Kebanyakan stres karena ekonomi

Melihat Desa Inklusi yang Bina ODGJ di Klaten, Mentas jadi WarasIkustrasi salah satu ODGJ. (doc.Istimewa)

Stakeholder Relation Manager AQUA Klaten Rama Zakaria mengatakan, pasca gempa Yogya, beberapa tahun lalu, anggota masyarakat disekitar pabrik Aqua yang mengalami gangguan jiwa meningkat.

Melalui Corporate Social Responsibility (CSR), pihaknya mendukung pengembangan ekonomi yang dilakukan Inklusi Center Kecamatan Karanganom-Bhakti Negeri (ICKK-BN) bisa membantu masyarakat desa untuk menanggani disabilitas ODGJ.

”Bersama ICKK-BN dan Lurah Kranggan, kemudian AQUA Klaten mengembangkan program pendampingan bagi ODGJ” kata Rama.

Salah satu penyandang disabilitas ODGJ yang sudah merasakan manfaat dari pendampingan dan pembinaan yang dilakukan ICKK-BN yang sudah berjalan selama enam bulan di Desa Kranggan Polanharjo ini adalah Erna Yulianti.

Wanita 32 tahun itu sudah memiliki dua anak yang mengalami ODGJ akibat himpitan ekonomi keluarga yang dialaminya bersama suami. Kondisinya saat ini sudah mulai pulih kembali.

”Saya stres karena tekanan ekonomi keluarga yang kurang. Akibatnya, saya sering hanya merenung sendiri dan kalau sudah marah tidak bisa mengontrol diri saya. Apalagi suami saya yang pekerjaannya hanya seorang pembuat pisau saja belum bisa memberikan apa-apa untuk keluarga,” pungkasnya.

Baca Juga: Mantap! Petani di Klaten Bikin Relawan Irigrasi untuk Atasi Kekeringan

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya