2.300 Pasien TBC di Semarang Belum Sembuh, Dinkes Gencarkan Terapi

- Dinas Kesehatan Kota Semarang gencar melakukan terapi pencegahan TBC selama 12 minggu ke depan.
- Upaya ini dilakukan karena masih ada 2.300 pasien TBC yang belum sembuh di Semarang.
- Tujuannya adalah untuk memastikan pasien TBC dapat sembuh dan mencegah penyebaran lebih lanjut.
Semarang, IDN Times - Dinas Kesehatan Kota Semarang menggencarkan terapi pencegahan tuberkulosis (TBC) selama 12 minggu ke depan. Upaya ini dilakukan karena masih ada 2.300 pasien yang masih menjalani pengobatan atau belum sembuh dari TBC.
1. Sasar 10 ribu warga

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam mengatakan, sepanjang tahun 2025 ini terdapat 3.300 pasien TBC di Kota Semarang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.300 pasien belum sembuh.
‘’Saat ini kami tengah menggencarkan program Terapi Pencegahan TBC (TPT) yang dilakukan selama 12 minggu. Sebab, pasien harus konsumsi obat sekali dalam seminggu, dan pengobatan TBC itu membutuhkan waktu 6 bulan," ungkapnya, Minggu (7/9/2025).
Adapun, program terapi ini menyasar ribuan warga melalui pemeriksaan awal. Dari 10 ribu sampel pada pemeriksaan awal di tiga puskesmas itu, baru dua orang yang terdeteksi positif.
2. Kasus TBC tertinggi di Gunungpati dan Ngaliyan

Hakam menjelaskan, kasus TBC ditemukan melalui tahapan pemeriksaan gejala awal, seperti batuk dua minggu berturut-turut, penurunan berat badan, dan nafsu makan turun. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan X-ray dan swab dahak untuk mendeteksi infeksi.
“Kalau dari hasil X-ray ada bintik-bintik putih, dilanjutkan dengan swab. Kalau positif, dilanjutkan pemeriksaan PCR,” jelasnya.
Untuk diketahui, wilayah dengan kasus TBC tertinggi di Kota Semarang saat ini berada di wilayah Gunungpati dan Ngaliyan.
‘’Tingginya kasus TBC di dua kecamatan itu karena rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan. Atas kejadian ini, kami berharap masyarakat proaktif memeriksakan diri, terutama bagi yang memiliki riwayat batuk berkepanjangan atau kebiasaan merokok,’’ tandasnya.
3. Layanan satu atap TBC di 3 puskesmas

Sementara, Pemerintah Kota bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia meluncurkan Studi Pra-Pilot Layanan Satu Atap (One Stop Service/OSS) Tuberkulosis di tiga puskemas, yakni Bangetayu, Ngaliyan dan Gunungpati.
Melalui program OSS Tuberkulosis, warga akan mendapatkan layanan inovatif, yang pertama Tes Cepat Molekuler menggunakan usap dahak atau usap lidah, dengan hasil pemeriksaan hanya dalam hitungan menit.
Kedua, rontgen pintar berbasis kecerdasan buatan (AI), yang mampu membaca foto toraks secara otomatis untuk mendeteksi kelainan paru. Semua layanan tersedia di satu Puskesmas tanpa rujukan, sehingga pasien langsung mendapatkan pelayanan komprehensif dan gratis. Adapun, program ini menargetkan 10 ribu peserta Cek Kesehatan Gratis Plus (CKG Plus).