Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Peringatan Hari Nelayan di kawasan pesisir Demak. (Dok. LBH Semarang)

Semarang, IDN Times - Masih teringat dalam benak Zaidun, warga Dukuh Mondoliko, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Pada tahun 1997 di kampungnya di kawasan pesisir Demak mulai ada pembangunan seperti infrastruktur dan industri.

1. Kampung pesisir Demak mengalami abrasi air laut

Desa tenggelam banjir rob di Demak. (IDN Times/Dhana Kencana)

Dampaknya kampung di pesisir Pantai Utara Jawa (Pantura) itu mengalami abrasi air laut dan mulai menenggelamkan dukuh-dukuh di Desa Bedono. Sebut saja Dukuh Tambaksari  pada tahun 1998, Dukuh Senik tahun 2000, Dukuh Bedono dan Dukuh Mondoliko tahun 2005. Kemudian, menyusul di Desa Timbulsloko Kecamatan Sayung ada empat dukuh yang terancam tenggelam, bahkan Dukuh Timbulsloko sudah tenggelam karena dampak abrasi mulai tahun 2010 hingga tahun 2022. 

Zaidun mengatakan, saat ini desa di kawasan pesisir Kecamatan Bonang dan Kecamatan Wedung pun juga terancam tenggelam karena air rob semakin hari semakin tinggi.

"Akibat abrasi tersebut sawah, ladang, tambak, pantai tempat mata pencaharian kami hilang karena rata menjadi lautan. Kami yang dulunya hidup sejahtera sebagai petani, nelayan, petambak sekarang harus memilih alih profesi menjadi buruh bangunan, buruh pabrik dan lainnya," tuturnya pada peringatan Hari Nelayan di Kawasan Pesisir Demak, Rabu (6/4/2022). 

Tidak hanya kehilangan mata pencaharian, derita warga semakin bertambah karena lahan mereka yang sudah tenggelam dibeli oleh oknum dengan berbagai tipu daya seharga Rp 2.000 hingga Rp 4.000 per meter. Bahkan, berdasarkan informasi lahan tersebut sudah dimiliki oleh pihak asing. Kondisi itu membuat akses mereka semakin sempit dan sulit untuk beraktivitas. 

2. Proyek tol tanggul laut Semarang-Demak membuat kampung tenggelam

Editorial Team

Tonton lebih seru di