Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Jateng Diprediksi Alami Kemarau Kering, BMKG: Saatnya Petani Simpan Air Hujan

Ilustrasi kemarau. Tanah tambak mengering di Kecamatan Mangara Bombang, Takalar, Sulawesi Selatan, Senin (2/9/2019) (ANTARA FOTO/Arnas Padda)

Semarang, IDN Times - Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang memperkirakan, sebagian besar wilayah Jawa Tengah mengalami musim kemarau dengan karakteristik curah hujan yang lebih kering ketimbang situasi tahun sebelumnya. Pasalnya, berdasarkan dinamika atmosfer terpantau pergerakan La Nina mulai melemah dan menuju normal. 

1. Kemarau tahun 2023 lebih kering dibanding tiga tahun lalu

ilustrasi tanah yang mengering akibat kemarau panjang (unsplash.com/adam_yod)

Sukasno, Kepala BMKG Klimatologi Kelas I Semarang, mengatakan dengan kondisi La Nina yang melemah maka curah hujan di Jawa Tengah cenderung berkurang. 

"Sehingga jika dilihat dari berbagai faktor variabel dinamika atmosfer intensitas curah hujannya tahun ini diprediksi menurun. Untuk analisa dari kami, musim kemarau tahun ini curah hujannya lebih kering ketimbang kondisi tiga tahun terakhir. Ini artinya hujan yang terjadi di Jawa Tengah tidak akan sebanyak tahun-tahun sebelumnya," kata Sukasno ketika dihubungi IDN Times, Jumat (27/1/2023).

2. Penetuan awal musim kemarau masih dibahas tim BMKG Klimatologi

Ilustrasi cuaca ekstrem ( ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

BMKG, katanya telah memperkirakan sepanjang tahun 2023 tidak akan mengalami hujan yang ekstrem. Kondisinya berbanding terbalik dengan tahun 2022 yang mana mayoritas kabupaten/kota mengalami hujan ekstrem. Bahkan, seperti wilayah pesisir selatan tidak terjadi kemarau karena selalu dilanda hujan ekstrem. 

Walau demikian, Sukasno menegaskan pihaknya belum bisa menentukan awal musim kemarau 2023. Ia mengaku masih harus menggelar rapat koordinasi dengan jajarannya guna menentukan jadwal awal musim kemarau. 

"Kita sedang rapat pembahasan untuk menentukan analisa awal musim kemarau 2023," tambahnya. 

3. Rembang mengalami kemarau paling awal

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua Dekranasda Jateng Siti Atikoh, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jateng Emma Rachmawati, serta Ketua Dekranasda Kabupaten Rembang Hasiroh Hafidz meluncurkan jenama Batik Lasemku. (dok. Humas Provinsi Jawa Tengah)

Menurutnya, dikatakan suatu wilayah mengalami kemarau jika selama tiga bulan berturut-turut curah hujannya kurang dari 150 milimeter per bulan atau per dasarian intensitas hujannya kurang dari 50 milimeter.

Lebih lanjut, ia menuturkan menilik pengalaman sebelumnya, biasanya daerah yang mengalami kemarau paling awal yaitu Kabupaten Rembang. 

Rembang, menurut Sukasno, memiliki karakteristik cuaca yang unik karena mengalami kemarau lebih awal dan mengalami musim penghujan paling akhir. Kemudian wilayah lain yang mengalami kemarau yakni sebagian pesisir utara Jawa Tengah. 

4. Para petani sebaiknya simpan air hujan sebagai cadangan air

gerimis atau drizzle (unsplash.com/Trey Musk)

Sebagai langkah menghadapi kemarau 2023, Sukasno mengimbau kepada para petani masing-masing kabupaten/kota sebaiknya berusaha menyimpan air hujan pada bakal penampungan. 

Menyimpan air hujan atau istilahnya memanen air hujan bisa menjadi langsung mitigasi dini agar petani terhindar dari kekeringan. 

"Kita imbau kepada para petani untuk tahun ini waktunya mengumpulkan atau istilahnya panen udan dengan menyimpan air hujan sebagai persiapan musim kemarau. Supaya para petani di setiap daerah tidak kekurangan suplai air. Maka mulai sekarang harus dilakukan," paparnya. 

Lalu yang kedua, Sukasno juga menyarankan para petani untuk menanam padi sebelum datangnya kemarau.

"Karena saat kemarau tahun ini curah hujannya lebih rendah," ujar Sukasno. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fariz Fardianto
Dhana Kencana
Fariz Fardianto
EditorFariz Fardianto
Follow Us