Jateng Krisis Sopir Truk, 800 Truk Angkutan Barang Nganggur

- Aptrindo mengakui krisis sopir truk di Jawa Tengah
- 800 truk angkutan barang menganggur di garasi
- Kekurangan sumber daya pengemudi menjadi penyebabnya
Semarang, IDN Times - Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) mengakui saat ini terjadi krisis sopir truk atau angkutan barang. Bahkan di Jawa Tengah, 800 truk milik pelaku usaha angkutan barang menganggur di garasi karena tidak ada sumber daya pengemudi.
1. Sebanyak 20 persen armada truk tidak beroperasi

Ketua DPP Aptrindo, Gemilang Tarigan mengatakan, banyak armada truk milik anggota Aptrindo berhenti beroperasi karena tidak ada sopir.
“Kondisi sekarang ini kami kekurangan jumlah pengemudi. Ada 20 persen armada kami menganggur di garasi karena tidak ada sopirnya. Ini karena pekerjaan sopir dianggap pilihan terakhir,” ungkapnya pada acara Rakerda DPD Aptrindo Jateng-DIY dan Rakercab DPC Aptrindo Tanjung Emas Semarang, Kamis (20/11/2025).
Berdasarkan pengamatan Aptrindo, setiap pengemudi truk memiliki kualitas yang beragam dan dan sebagian belum memenuhi standar kompetensi. Sedangkan, sebagian besar pengemudi berpengalaman justru memilih bekerja ke luar negeri.
“Yang ada sekarang dan kami rasakan, kualitas sopir ini sangat rendah. Maka, kami berharap bantuan pemerintah untuk memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para sopir angkutan barang. Pemerintah paling tidak bisa menjembatani ini agar bisa menciptakan lapangan kerja,’’ katanya.
2. Sering terjadi rebutan sopir antar pengusaha

Senada dengan DPP Aptrindo, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Aptrindo Jateng-DIY, Bambang Widjanarko mengungkapkan, dari 4.000 unit truk di Jateng, sekitar 800 unit berhenti beroperasional karena terkendala SDM sopir yang kompeten.
“Makanya, sering terjadi rebutan sopir antar pelaku usaha di satu kota, malah bukan rebutan muatan,’’ ujarnya.
Tidak beroperasinya ratusan armada angkutan barang di Jateng karena kekurangan sopir kompeten itu berdampak pada kerugian materil pengusaha truk.
‘’Kerugiannya ya bisa ratusan juta per hari. Kalau satu unit truk bisa dapat untung Rp1 juta per hari, berarti dihitung saja jika ada 800 truk menganggur di Jateng,’’ kata Bambang.
Menurut dia, untuk mendapatkan sopir truk yang kompeten itu tidak mudah. Sebab, pengusaha angkutan barang tidak bisa merekrut secara asal-asalan.
‘’Nanti dampaknya juga bisa macam-macam kalau asal ada sopir. Bisa-bisa malah menimbulkan masalah ke depannya seperti kecelakaan, pencurian onderdil truk, sopir kena narkoba, dan lainnya,’’ terangnya.
3. Dishub Jateng sediakan berbagai program pelatihan

Dengan demikian, DPD Aptrindo Jawa Tengah dan DIY juga meminta pemerintah untuk terlibat dalam mendorong kompetensi sopir truk. Seperti memberikan pelatihan dan meringankan biaya sertifikasi atau kompetensi bagi pengusaha truk.
Menanggapi keluhan pengusaha truk tersebut, Kepala Bidang Lalu Lintas Jalan Dinas Perhubungan Jateng, Erry Derima Ryanto menyampaikan, peningkatan kompetensi pengemudi truk merupakan kebutuhan mendesak mengingat tingginya nilai investasi kendaraan dan risiko operasional di lapangan.
‘’Kami telah menyediakan beberapa program pelatihan, termasuk melalui Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan Tegal dan program provinsi seperti pemilihan Abdiyasa Teladan. Kemudian, pelatihan kompetensi untuk sopir truk juga cukup banyak,’’ katanya.
Erry mengakui, sejauh ini ini para pengemudi truk masih belajar secara autodidak. Mereka sebagian memulai dari kernet hingga naik bertahap menjadi sopir dan memperoleh SIM.
‘’Karena truk ini merupakan aset dengan nilai investasi besar, maka harus dioperasikan oleh pengemudi yang kompeten,’’ tandasnya.

















