Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Muncul Kasus Baru HIV/AIDS di Jateng, Tes dan Edukasi Harus Beriringan

kesadaran diri sendiri mengenai HIV/AIDS
kesadaran diri sendiri mengenai HIV/AIDS
Intinya sih...
  • Semakin banyak yang periksa, semakin cepat penularan diputus
  • Kasus HIV AIDS bisa jadi fenomena gunung es
  • Stigma dan diskriminasi jadi ganjalan pencegahan HIV AIDS
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Selama periode Januari hingga Juni 2025, tercatat 3.028 kasus baru penularan HIV/AIDS di Jawa Tengah. Mayoritas kasus baru tercatat pada kelompok Lelaki Seks Lelaki (LSL), dengan sekitar 73 persen penderitanya berada pada usia produktif 26–58 tahun.

Sementara juga ditemukan 22.410 Orang dengan HIV/AIDS (ODHIV) masih rutin mengakses pengobatan antiretroviral (ARV) hingga pertengahan tahun. 

1. Semakin banyak yang periksa, semakin cepat penularan diputus

5- paripurna.jpg
Setya Ari nugroho, Wakil Ketua DPRD Jateng dari FPKS saat rapat paripurna bersama pimpinan DPRD dan Sekda Jateng. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Setya Arinugroho, menyebut angka tersebut menjadi peringatan bahwa pencegahan belum berjalan efektif di lapangan.

Untuk mendukung pencegahan, Ari menilai perluasan layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) dan mobile VCT tetap harus diteruskan agar deteksi dini berjalan maksimal.

"Layanan tes dan edukasi harus berjalan beriringan. Semakin banyak yang berani memeriksakan diri, semakin cepat penularan bisa diputus," kata legislator dari PKS ini, Minggu (2/11/2025). 

2. Kasus HIV AIDS bisa jadi fenomena gunung es

Faktor risiko tinggi HIV/AIDS (IDN Times/M Shakti)
Faktor risiko tinggi HIV/AIDS (IDN Times/M Shakti)

Dirinya mengingatkan agar pemerintah daerah memastikan layanan tes mudah dijangkau oleh kelompok berisiko maupun masyarakat umum.

Selain itu, ia mengingatkan potensi fenomena gunung es, di mana jumlah kasus sebenarnya bisa lebih besar karena masih ada masyarakat yang enggan melakukan tes.

Lebih lanjut lagi, ia menganggap pencegahan harus menjadi perhatian utama agar penularan baru dapat ditekan, sekaligus mendukung target nasional Three Zero pada tahun 2030.

“Kasus baru masih terus bermunculan. Ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan belum sepenuhnya optimal. Pencegahan harus diperkuat agar laju penularan dapat ditekan,” ujarnya. 

3. Stigma dan diskriminasi jadi ganjalan pencegahan HIV AIDS

Gejala-gejala orang dengan HIV/AIDS (IDN Times/M Shakti)
Gejala-gejala orang dengan HIV/AIDS (IDN Times/M Shakti)

Meski sejumlah langkah penanganan telah berjalan, Setya Ari menilai stigma dan diskriminasi masih menjadi hambatan utama dalam pencegahan HIV/AIDS.

“Stigma membuat banyak orang takut memeriksakan diri atau menjalani pengobatan. Padahal keterbukaan adalah langkah awal pencegahan,” tegasnya.

Menurutnya, dukungan masyarakat sangat menentukan keberhasilan penanggulangan. Tanpa penerimaan sosial, upaya teknis di lapangan tidak akan berjalan maksimal.

4. Gus Yasin sepakat tes HIV AIDS harus merata

IMG-20251017-WA0015.jpg
Wagub Jateng Taj Yasin Maimoen atau Gus Yasin menekankan pentingnya memahami perilaku yang baik dalam menjual produk yang halal. (IDN Times/Dok Humas Pemprov Jateng)

Sementara itu, upaya pencegahan di tingkat daerah juga butuh sinergi lintas sektor. Hal ini juga yang diungkapkan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen

Gus Yasin, sapaan akrabnya mengatakan, pihaknya mendorong OPD bekerja sama dengan pegiat HIV/AIDS agar intervensi pencegahan lebih terarah hingga ke tingkat kabupaten/kota.

“Sinergi ini perlu diperluas agar persentase penderitanya semakin kecil,” ujar Gus Yasin dalam keterangan resmi yang diterima IDN Times. 

Diungkapkan pula perlunya penguatan koordinasi dan kelembagaan KPA di daerah untuk mendukung program pencegahan, edukasi, dan layanan di lapangan.

Menutup penyampaiannya, Ari menekankan pentingnya konsistensi program pencegahan, perluasan tes, dan edukasi antistigma agar masyarakat dapat hidup berdampingan tanpa diskriminasi.

“ODHIV berhak atas layanan kesehatan dan kehidupan sosial tanpa stigma. Dengan langkah pencegahan yang kuat, ditopang edukasi dan tes yang merata, mata rantai penularan bisa diputus,” pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fariz Fardianto
Dhana Kencana
Fariz Fardianto
EditorFariz Fardianto
Follow Us

Latest News Jawa Tengah

See More

Wapres Gibran Minta Sinergi Pusat dan Daerah Tangani Banjir Semarang

02 Nov 2025, 19:48 WIBNews