Paman GRO Sebut Polisi Minta Keluarga Buat Video Untuk Ikhlaskan Korban

Semarang, IDN Times - Fakta-fakta kasus penembakan siswa SMKN 4 Semarang berinisial GRO terus bermunculan tepat sepekan pasca kasus itu bergulir. Pihak keluarga korban mengungkap jajaran Polrestabes Semarang yang disebut mereka berusaha mengintervensi.
Paman korban penembakan, Agung berkata dirinya curiga saat mendapat kabar bahwa keponakannya tersebut dinyatakan meninggal dunia. Pasalnya, pihaknya baru mendapatkan kabar kalau keponakannya meninggal Minggu siang.
Padahal kenyataannya pihak kepolisian menyebutkan jika keponakannya sudah meninggal pada Minggu pagi hari.
"Jadinya saya kaget begitu dapat kabar duka. Soalnya meninggalnya pagi kok baru dikabarin Minggu siangnya. Ini ada apa. Pas saya kroscek ke kepolisian katanya mereka sulit mendeteksi sidik jari korban. Sidik jari baru muncul jam 10," kata Agung, Selasa (3/12/2024).
Di samping itu, pihaknya juga tak menyangka kedatangan Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar dan jajarannya di rumah duka pada malam hari pasca kejadian, nyatanya punya niatan yang berbeda.
Kapolrestabes, katanya datang bersama Kasatreskrim, Kasatnarkoba dan seorang wartawan. Saat menyambangi dan masuk ke rumah duka, Agung semula melihat niatan baik dari Kapolrestabes dan jajarannya.
"Saat masuk ke dalam rumah, saya lihat sendiri ada Pak Kapolres yang duduk di sampingnya Pak Kasatreskrim, Kasatnarkoba dan satu orang wartawan. Cirinya kulit putih, tubuh gempal kaos biru. Gak bilang dari media mana. Saya kaget kok ada wartawan boleh masuk. Karena awalnya dikasih tahu kalau pertemuan dengan Kapolres dilakukan tertutup. Ada dua wartawan mau masuk ke dalam aja diusir, ini kok ada satu wartawan boleh," ujarnya.
Lebih jauh lagi, dalam pertemuan dengan Kapolres, jajaran pihaknya diminta berkali-kali membuat video pernyataan untuk mengikhlaskan korban dan tidak membuat pernyataan karena akan dibuat pernyataan resmi oleh Polrestabes Semarang.
"Tiga kali diminta buat video pernyataan saya tolak terus. Terus pas di rumah juga perwakilan Polrestabes memberi uang. Itu dua kali. Pertama pas siangnya datang Kasatreskrim. Kedua malamnya pas ada Kapolres. Uangnya dibungkus kertas kalau saya pegang sebendel," ungkapnya.
Menurut Agung uang yang semula dikira sebagai uang layat atau uang ungkapan duka cita justru kenyatannya berbeda. Agung bilang beberapa hari kemudian kepolisian bilang telah menyerahkan uang santunan kepada keluarga korban.
"Begitu dengar uang yang diserahkan ke saya itu disampaikan sebagai santunan ya langsung saya kembalikan. Saya kaget tak kirain itu uang layatan kok dibuat pernyataan sebagai santunan. Ada dua bendel uang. Isinya gak tahu karena belum saya buka sama sekali," ujar Agung.