PGRI Jateng Sebut Nadiem Makarim Gak Mau Dikritik di Proyek Chromebook

Pimpinan Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGRI) Jawa Tengah menyatakan kasus korupsi pengadaan laptop chromebook yang menjerat bekas Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim bisa menjadi pelajaran bagi pejabat negara untuk senantiasa mendengarkan saran-saran dari masyarakat di daerah.
Musababnya, dalam kasus korupsi chromebook tersebut, Nadiem terbukti tidak pernah mendengarkan masukan dari satuan kerja guru terutama saat dikritik oleh PGRI Jawa Tengah.
1. Ketua PGRI Jateng: Dia kurang sekali mendengar

Ketua PGRI Jawa Tengah, Dr Muhdi mengemukakan ketika Nadiem memutuskan mengadakan proyek chromebook, pihaknya yang pertama kali mengkritik alasan pemilihan laptop merek tersebut.
"PGRI dulu pernah mempermasalahkan pilihannya kenapa chromebook. Tapi dia kurang sekali mendengar," kata Ketua Komite I DPD RI itu saat dikonfirmasi di kantor PGRI Jateng, kompleks gedung perkuliahan Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Sabtu (13/9/2025).
2. Proyek chromebook era Nadiem memicu pro kontra

Ia menyebut spek laptop chromebook memang tidak disarankan untuk digunakan di Indonesia. Pasalnya, Muhajir Effendy sebagai Mendikbud era sebelum Nadiem sudah menolak tawaran Google Indonesia untuk membeli laptop chromebook.
Ia memuji sikap Muhajir yang berani menolak tawaran pengadaan laptop chromebook. Apalagi laptop chromebook tidak cocok digunakan untuk pembelajaran siswa wilayah tertinggal, terdepan, terluar (3T) di Indonesia.
"Pertama saya pasti sebagai Ketua PGRI Jateng, sebagai penyelenggara pendidikan, prihatin lah dengan status Nadiem jadi tersangka. Walaupun memang kami tahu sejak pengadaan pro kontra. Sekali lagi, kementerian era sebelum Nadiem juga sudah ada penawaran yang sama tetapi menteri pendidikan waktu tidak tidak tanggapi karena uji cobanya tidak bisa manfaatkan di seluruh wilayah, apalagi prirotiasnya 3T," jelasnya.
3. PGRI curiga ada indikasi mark up harga chromebook

Oleh karenanya ia menyoroti kasus korupsi yang menjerat Nadiem karena pihaknya mensinyalir ada indikasi mark up harga dalam pengadaan barang tersebut.
Nilai pengadaan proyek chromebook yang menyentuh angka Rp1,2 triliun, menurutnya terlalu tinggi mengingat harga laptop itu di pasaran Indonesia tergolong murah.
"Dengan pengadaan chromebook, yang dia sudah mengambil barang itu, sebenarnya barang itu (harganya) bisa lebih murah lagi dari harga sekarang. Info yang saya terima begitu," akunya.
4. Stafsus Kemendikbudristek sesatkan Nadiem

Pihaknya juga melihat kemungkinan staf khusus (stafsus) Nadiem di Kemendikbudristek telah menyesatkan. Ini jadi resiko seorang menteri yang terlalu percaya pada stafsus. Sehingga banyak menteri yang akhirnya terjerat korupsi lantaran terlalu percaya dengan stafsusnya.
"Ternyata stafsus ini menyesatkan. Bisa jadi. Saya melihat banyak menteri, banyak terjerat kasus karena terlalu percaya dengan stafnya. Kalau itu diserahkan ke stafnya maka jadinya kayak gini. Maka kasihan juga," ungkapnya.
Pihaknya berkata saat ini tinggal pengadilan apakah mampu membuktikan bahwa Nadiem Makarim telah memperkaya diri atau orang lain dalam kasus korupsi chromebook.
Segala pembuktian perlu dilakukan untuk melihat rekam jejak pengadaan chromebook selama Nadiem jadi Mendikbudristek.
"Yang sekarang perlu dibuktikan apakah sekarang dia tahu dan ada niat memperkaya orang lain," urainya.