Profil dan Sejarah Kreak di Semarang yang Sudah Ada Sejak 1930

- Istilah "kreak" muncul di Semarang, merujuk pada kelompok pemuda dengan perilaku kriminal dan kekerasan.
- Karakteristik kreak: arogan, kasar, tawuran antarkelompok, membawa senjata, sering menjadi pelaku tindak kriminal.
- Faktor-faktor pendorong fenomena kreak: kesulitan ekonomi, kesenjangan sosial, FOMO, dan tekanan gaya hidup.
Semarang, IDN Times - Belakangan ini sering muncul istilah kreak yang populer di Semarang. Kreak merujuk pada sekelompok pemuda atau remaja yang memiliki perilaku negatif dan sering terlibat dalam tindakan kriminal. Sebenarnya apa itu kreak dan bagaimana sejarahnya bisa muncul istilah tersebut?
1. Asal usul nama kreak

Kreak berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Jawa. Yakni dari kata Kere yang berarti miskin dan Mayak yang berarti sok-sokan atau belagu.
Awalnya istilah kreak digunakan untuk menggambarkan orang yang berpenampilan norak atau tidak sesuai. Seperti orang desa yang mencoba bergaya modern namun terkesan berlebihan.
Seiring berjalannya waktu, makna dari kreak berkembang dan kini lebih sering digunakan untuk menggambarkan kelompok remaja atau pemuda yang terlibat dalam perilaku kriminal dan kekerasan.
2. Karakteristik dan dampak sosial kreak

Beberapa karakteristik yang sering dikaitkan dengan kreak antara lain:
- Perilaku arogan dan kasar
- Kecenderungan untuk bertindak sesuka hati tanpa mempertimbangkan orang lain
- Terlibat dalam tawuran antarkelompok
- Membawa senjata tajam
- Melakukan aksi konvoi dengan kendaraan bermotor berknalpot keras
- Sering menjadi pelaku tindak kriminal.
Fenomena kreak telah menjadi masalah sosial yang meresahkan warga Semarang dan sekitarnya, bahkan di daerah lain. Tindakan mereka sering kali mengakibatkan korban, baik dari kelompok yang berlawanan maupun warga yang tidak bersalah.
Kasus-kasus pembacokan dan tawuran yang melibatkan kreak telah menjadi sorotan media dan polisi.
Penting untuk dicatat bahwa penggunaan istilah kreak bersifat stereotip dan dapat menimbulkan stigma negatif terhadap remaja atau pemuda tertentu. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif dalam menangani masalah sosial tersebut, termasuk upaya pencegahan dan pembinaan terhadap remaja yang berisiko terlibat dalam perilaku negatif.
3. Sejarah dari kreak

Fenomena kreak sebenarnya sudah ada sejak dekade 1930an, ketika Semarang mengalami perkembangan pesat sebagai kota industri. Perkembangan tersebut menimbulkan permasalahan sosial seperti kesenjangan dan munculnya gelandangan yang dianggap sebagai sampah masyarakat.
Pemberontakan gelandangan pada masa itu menjadi cikal bakal terciptanya fenomena kreak di Semarang.
Beberapa faktor yang mendorong perkembangan kreak di Semarang antara lain:
- Kesulitan ekonomi dan kurangnya peluang pekerjaan bagi remaja
- Kecemburuan sosial dan kesenjangan ekonomi yang masih terjadi di masyarakat
- Pengaruh FOMO (Fear of Missing Out) dan tekanan gaya hidup yang mendorong remaja mencari validasi sosial melalui tindakan negatif.
4. Eksistensi kreak di media sosial

Meski demikian, fenomena kreak makin berkembang seiring dengan kemajuan media sosial. Sebab, tawuran dan aksi kekerasan kreak kerap didokumentasikan dan dibagikan di platform seperti Instagram, TikTok, atau Facebook.
Selain itu, remaja mencari perhatian dan ketenaran dengan melakukan aksi kekerasan yang berbahaya dan membagikannya di media sosial tersebut.
Secara umum, fenomena tersebut menunjukkan adanya masalah sosial yang lebih dalam yang perlu ditangani secara komprehensif dengan bersama-sama oleh berbagai pihak.