Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Profil Ki Anom Suroto, Maestro Dalang Solo yang Bawa Wayang Mendunia

Dalang Ki Anom Suroto. (Instagram.com/anomsuroto48)
Dalang Ki Anom Suroto. (Instagram.com/anomsuroto48)
Intinya sih...
  • Ki Anom Suroto, maestro dalang wayang kulit purwa, meninggal dunia pada Kamis (23/10/2025) setelah perawatan di RS dr Oen Kandang Sapi, Sukoharjo.
  • Bakat pedalangan ditempa oleh ayahnya dan beberapa dalang senior ternama. Ki Anom tampil di RRI pada tahun 1968 dan telah menjadi duta budaya Indonesia di lima benua.
  • Ki Anom Suroto menciptakan sejumlah gending dan lakon sanggit inovatif yang berakar pada filosofi Jawa klasik serta sering menyisipkan pesan sosial dan nasionalisme melalui kisah-kisah pewayangan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Dunia pedalangan Indonesia berduka. Kanjeng Raden Tumenggung Haryo Lebdo Nagoro atau Ki Anom Suroto, maestro dalang wayang kulit purwa yang dikenal luas sebagai ikon seni tradisi Jawa, meninggal dunia pada Kamis (23/10/2025) setelah menjalani perawatan di RS dr Oen Kandang Sapi, Sukoharjo.

Kiprah Ki Anom Suroto meninggalkan warisan besar bagi dunia seni pewayangan, kebudayaan nasional, dan diplomasi budaya Indonesia di kancah internasional.

1. Berlatar belakang seni

Dalang Ki Anom Suroto. (Instagram.com/anomsuroto48)
Dalang Ki Anom Suroto. (Instagram.com/anomsuroto48)

Ki Anom Suroto yang memiliki nama lengkap Kanjeng Raden Tumenggung Haryo Lebdo Nagoro lahir di Klaten, Jawa Tengah, pada 11 Agustus 1948. Ia tumbuh di lingkungan keluarga seniman dan mulai mengenal dunia wayang sejak usia 12 tahun.

Bakat pedalangannya ditempa oleh ayahnya, Ki Sadiyun Harjadarsana, serta diperkuat oleh bimbingan beberapa dalang senior ternama, termasuk Ki Nartasabdo.

Sejak muda, ia dikenal tekun dan haus ilmu. Ia memperdalam dunia pedalangan melalui berbagai lembaga pendidikan budaya bergengsi, seperti Himpunan Budaya Surakarta (HBS), Pasinaon Dalang Mangkunegaran (PDMN), Pawiyatan Kraton Surakarta, serta Habiranda Yogyakarta, di mana ia sempat menggunakan nama samaran Margono.

2, Karier dan kiprahnya di dunia internasional

Dalang Ki Anom Suroto saat pentas wayang kulit. (Instagram.com/anomsuroto48)
Dalang Ki Anom Suroto saat pentas wayang kulit. (Instagram.com/anomsuroto48)

Nama Ki Anom mulai dikenal publik ketika ia tampil di Radio Republik Indonesia (RRI) pada tahun 1968, setelah melewati seleksi ketat di antara ratusan dalang muda. Sepuluh tahun kemudian, pada 1978, dedikasinya terhadap seni pedalangan membuatnya dianugerahi gelar abdi dalem Penewu Anon-anon dengan nama kehormatan Mas Ngabehi Lebdocarito.

Seiring berjalannya waktu, Ki Anom menjelma menjadi duta budaya Indonesia. Ia telah tampil di lima benua, memperkenalkan wayang kulit sebagai warisan luhur bangsa kepada dunia.

Beberapa di antaranya termasuk penampilannya di Amerika Serikat (1991) dalam Pameran Kebudayaan Indonesia, serta di berbagai negara seperti Jepang, Spanyol, Jerman Barat, Australia, Rusia, India, Nepal, Thailand, Mesir, dan Yunani.

3. Maestro sanggit dan inovator gending Jawa

Dalang Ki Anom Suroto saat pentas wayang kulit. (Instagram.com/anomsuroto48)
Dalang Ki Anom Suroto saat pentas wayang kulit. (Instagram.com/anomsuroto48)

Selain dikenal karena kepiawaiannya dalam mendalang, Ki Anom Suroto juga merupakan pencipta sejumlah gending dan lakon sanggit yang inovatif namun tetap berakar pada filosofi Jawa klasik. Beberapa karya terkenalnya antara lain gending “Mas Sopir”, “Berseri”, dan “Satria Bhayangkara”, serta lakon populer seperti “Semar Mbangun Kahyangan” dan “Anoman Maneges.”

Inovasinya memperlihatkan kemampuannya menafsirkan nilai-nilai wayang secara kontekstual, menghadirkan pesan moral dan spiritual yang relevan dengan perkembangan zaman. Ia sering menyisipkan pesan sosial dan nasionalisme melalui kisah-kisah pewayangan, menjadikannya dalang yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan mencerdaskan publik.

Dedikasi panjangnya terhadap seni pedalangan membuahkan berbagai penghargaan. Salah satu yang paling prestisius adalah Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden Soeharto atas kontribusinya dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan nasional.

Selain itu, Ki Anom juga aktif dalam organisasi kebudayaan. Ia pernah menjabat sebagai Ketua III Pengurus Pusat Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) periode 1996–2001, di mana ia berperan dalam pengkaderan dalang muda dan diplomasi kebudayaan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us

Latest News Jawa Tengah

See More

Chiko Penyebar Video Porno Siswi SMAN 11 Semarang Dijerat UU ITE

23 Okt 2025, 14:55 WIBNews