Tiga Tahun Terakhir Kasus HIV di Semarang Meningkat, Ini Penyebabnya

- Kasus HIV di Semarang meningkat dalam 3 tahun terakhir
- Pada tahun 2024 mencapai 691 kasus, naik dari 601 kasus pada tahun 2022
- Penyebab peningkatan kasus HIV perlu diteliti lebih lanjut oleh Dinas Kesehatan
Semarang, IDN Times - Dinas Kesehatan Kota Semarang mencatat jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) meningkat dalam tiga tahun terakhir. Terakhir pada tahun 2024, kasus HIV di Ibu Kota Jawa Tengah mencapai 691.
Peningkatan itu sejak tahun 2022 yang mencapai 601 kasus HIV, lalu di tahun 2022 meningkat menjadi 689 kasus.
1. Bertambahnya jumlah layanan tes HIV

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam mengatakan, meningkatnya jumlah kasus HIV ini bukan karena perilaku berisiko di masyarakat saja. Akan tetapi, karena dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah layanan tes HIV yang tersedia dan aktifnya kegiatan skrining di lapangan.
"Peningkatan kasus HIV terjadi seiring meningkatnya jumlah layanan tes HIV di Kota Semarang. Saat ini ada sejumlah 79 layanan tes yang tersebar di puskesmas, rumah sakit, Balkesmas, dan klinik PKBI," katanya, Kamis (24/7/2025).
2. Populasi LSL bertambah banyak

Kemudian, faktor lain adalah kelompok populasi kunci seperti laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) juga menunjukkan peningkatan jumlah. Kondisi ini berdampak pada naiknya angka penemuan kasus HIV.
"Jumlah populasi kunci terutama LSL yang bertambah banyak," ujar Hakam.
Selanjutnya, kemudahan akses terhadap tes HIV juga menjadi faktor tingginya angka kasus. Apalagi, kini sebanyak 21 puskesmas di Kota Semarang membuka layanan malam hari khusus untuk pemeriksaan dan pengobatan HIV.
Hakam menjelaskan, layanan ini ditujukan untuk menjangkau warga yang tidak bisa datang di jam kerja atau tergolong dalam kelompok rawan.
3. Rutin adakan layanan VCT mobile

"Ditambah lagi, kami juga rutin mengadakan layanan VCT mobile di tempat-tempat berisiko seperti tempat karaoke, spa, panti pijat, hotel, dan kos-kosan," terangnya.
Sementara itu, meski tren tahunan menunjukkan kenaikan, pihaknya mengklaim penemuan kasus baru sejak akhir 2023 justru mulai menurun.
Hal ini diyakini sebagai dampak dari program pencegahan seperti PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis) yang ada di Semarang.
"Layanan PrEP di Kota Semarang ada mulai akhir tahun 2023," tandasnya