Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

X-Ray AI Keliling Semarang, Jemput Bola Skrining Kasus Tuberkulosis

Kegiatan Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF) untuk skrining kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)
Kegiatan Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF) untuk skrining kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)
Intinya sih...
  • 27 orang positif TBC di Kota Semarang dari 2.700 yang diperiksa sejak Maret 2025
  • Program Penemuan Kasus Aktif (ACF) menggunakan X-ray portabel dengan teknologi AI untuk skrining TBC
  • Pasien TBC akan mendapatkan pemantauan pengobatan selama enam bulan penuh dari Puskesmas setempat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times – Tuberkulosis (TBC) masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Global TB Report 2023 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), estimasi kasus TBC baru di Indonesia berkisar antara 1.060.000 hingga 1.090.000, dengan angka kematian mencapai 125.000 hingga 134.000 jiwa setiap tahunnya.

Status Indonesia sebagai negara dengan kasus TBC terbanyak kedua di dunia, setelah India, mendorong pemerintah untuk terus mengintensifkan upaya penanggulangan.

1. Revolusi skrining TBC

Kegiatan Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF) untuk skrining kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)
Kegiatan Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF) untuk skrining kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Salah satu inisiatif kunci yang menunjukkan hasil signifikan adalah Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF). Program tersebut berupaya secara proaktif untuk menemukan individu dengan TBC yang belum terdiagnosis atau belum mencari pengobatan.

Berbeda dengan penemuan kasus pasif di mana pasien datang ke fasilitas kesehatan karena gejala, ACF melibatkan skrining sistematis di komunitas atau kelompok berisiko tinggi, seperti kontak serumah pasien TBC.

"Dengan menjemput bola, kami berharap dapat menemukan pasien TBC yang tersembunyi. Saat mereka segera diobati, risiko penularan ke orang lain bisa ditekan seminimal mungkin," kata Ketua Tim Kerja Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) Dinas Kesehatan Kota Semarang, Anggun Dessita Wandastuti, kepada IDN Times Kamis (22/5/2025).

Pada tahun 2025, program ACF di Kota Semarang mendapat bantuan satu unit X-ray portabel dari Uni Emirat Arab (UEA). Alat itu dilengkapi dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang menjadikannya sebagai terobosan signifikan dalam skrining TBC.

Menurut Anggun, alat portabel tersebut jauh lebih ringkas dibandingkan X-ray statis di rumah sakit, karena memiliki radiasi yang minimal dan dapat digunakan di berbagai lokasi—bahkan di ruangan biasa dengan jarak aman minimal dua meter.

Keunggulan lainnya adalah hasil pemeriksaan dapat langsung keluar dalam format digital (Portable Document File/PDF), tanpa perlu dicetak, dan secara otomatis terhubung dengan Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB), sistem pemantauan nasional.

"Dulu, di tahun 2024, kami harus menyewa mobil khusus berpelindung radiasi, dan interpretasi hasil X-ray sepenuhnya bergantung pada dokter radiologi. Kini, dengan AI, hasilnya bisa langsung diketahui. Jika diperlukan konsultasi lebih lanjut, barulah dokter radiologi dihubungi," ungkap Anggun, menyoroti efisiensi dan kecepatan yang ditawarkan teknologi baru itu.

2. Hasil yang menjanjikan di lapangan

Kegiatan Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF) untuk skrining kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)
Kegiatan Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF) untuk skrining kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Sejak Maret 2025, Anggun bersama timnya telah mengadakan 30 kegiatan skrining ACF gratis di 16 kecamatan se-Kota Semarang. Setiap bulannya, rata-rata ada 10 kali kegiatan yang dilakukan mereka, dengan target 100 sasaran per kegiatan. Artinya, total sudah 3.000 orang ditargetkan untuk menjalani pemeriksaan tersebut.,

Hingga pertengahan Mei 2025, dari 2.700 orang yang telah diperiksa. Hasilnya, sekitar 1 persen atau 27 individu terbukti positif TBC di Kota Semarang.

Adapun, pasien yang terdiagnosis TBC dapat segera mendapatkan pemantauan pengobatan selama enam bulan penuh dari Puskesmas setempat. Pemantauan ketat tersebut menjadi vital untuk memastikan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat.

"Jika pasien tidak patuh minum obat—misalnya karena merasa sudah sehat—tim akan tetap memantau dan memastikan mereka menyelesaikan pengobatan. Ini sangat penting untuk menghindari resistensi obat, yang akan membuat pengobatan TBC menjadi jauh lebih sulit," tegas Anggun.

3. Fokus pencegahan dari kontak erat sampai kelompok berisiko

Kegiatan Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF) untuk skrining kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)
Kegiatan Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF) untuk skrining kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Selain menemukan kasus aktif, program ACF juga menitikberatkan pada upaya pencegahan. Bagi individu yang hasil X-ray-nya negatif TBC atau tidak bergejala, namun memiliki riwayat kontak erat dengan pasien TBC, mereka akan direkomendasikan untuk menerima terapi pencegahan TBC.

Anggun menjelaskan, pentingnya langkah itu karena infeksi TBC dapat bersifat dorman (tidak aktif) dan berpotensi aktif sewaktu-waktu jika daya tahan tubuh menurun. Dengan terapi tersebut, diharapkan kuman TBC dalam tubuh bisa mati sebelum infeksi berkembang.

Pemeriksaan awal melalui tes Mantoux juga dilakukan untuk mendeteksi infeksi. Pasalnya, kelompok sasaran skrining ACF beragam, mencakup kontak erat pasien TBC, pasien diabetes melitus, pasien HIV, perokok aktif, hingga penderita masalah gizi.

"Perokok aktif, misalnya, memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular TBC," tambah Anggun. Apabila hasil rontgen menunjukkan kelainan lain, seperti pembengkakan organ, pasien akan segera dirujuk untuk tindak lanjut penanganan di rumah sakit.

4. Tantangan pendanaan pada teknologi canggih

Kegiatan Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF) untuk skrining kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)
Kegiatan Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF) untuk skrining kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Salah satu tantangan utama program ACF adalah keterbatasan cakupan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Anggun menjelaskan, JKN hanya memfasilitasi pemeriksaan bagi pasien yang sudah menunjukkan gejala sakit atau terkonfirmasi TBC.

"Kami mengusulkan program ACF ini karena kontak erat tanpa gejala tidak bisa diperiksa X-ray menggunakan fasilitas JKN," ungkapnya.

Untungnya, biaya terapi pencegahan TBC ditanggung oleh program APBN.

Seperti diketahui, Kota Semarang merupakan satu dari 25 daerah di 8 provinsi di Indonesia yang ditunjuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menjalankan program ACF.

Anggun berharap pemerintah daerah--Pemkot Semarang--dapat memiliki alat X-ray portabel sendiri. Sebab, harga per unit alat X-ray portabel itu tidak murah dan diperkirakan mencapai Rp3–4 miliar.

"Jika di puskesmas ditemukan kontak serumah yang memerlukan pemeriksaan X-ray, namun tidak dapat dirujuk melalui JKN, kami berharap alat ini bisa dimanfaatkan langsung oleh masyarakat," harapnya.

Antusiasme terhadap program itu terlihat dari respons warga. Jonathan (42), salah seorang warga Kota Semarang, menyampaikan apresiasinya.

"Saya penasaran ingin memeriksakan. Karena sempat ada masalah dada, Saya periksa, dan hasilnya cepat pakai alat X-ray, langsung tahu TBC atau tidak. Layananya juga gratis dan tidak sulit, bisa daftar cuma pakai KTP saja," akunya yang merasa lega dengan hasil pemeriksaan cepat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us