Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hal yang Terjadi pada Tubuhmu Jika Rutin Konsumsi Makanan Kalengan

ilustrasi sup kalengan (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi sup kalengan (pexels.com/Julia M Cameron)
Intinya sih...
  • Paparan BPA lebih tinggi dan efek pada hormon
  • Kandungan garam, gula, dan bahan tambahan yang tinggi
  • Risiko kontaminasi yang jarang tapi berbahaya
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Makanan kalengan memang praktis dan bisa jadi penyelamat ketika lagi sibuk atau malas masak. Tinggal buka, panaskan, dan selesai. Tapi pernahkah kamu bertanya-tanya, apa yang terjadi pada tubuh kalau kamu terlalu sering mengandalkan makanan dari kaleng? Ternyata, ada beberapa hal penting yang patut diperhatikan, mulai dari bahan kimia dalam kaleng, kadar garam yang tinggi, sampai risiko kesehatan jangka panjang.

Nah, ini dia 5 dampak utama yang bisa muncul, plus tips sederhana supaya kamu tetap bisa makan makanan kalengan dengan lebih aman. Yuk simak selengkapnya!

1. Paparan BPA lebih tinggi dan efek pada hormon

ilustrasi makanan kalengan (pexels.com/Michaela St)
ilustrasi makanan kalengan (pexels.com/Michaela St)

Salah satu hal yang sering luput dari perhatian adalah zat kimia bernama bisfenol A (BPA) yang ada di banyak lapisan kaleng. Hanya dalam 5 hari makan sup kalengan setiap hari, kadar BPA dalam tubuh bisa melonjak lebih dari 1.000 persen. Itu angka yang cukup gila, kan? BPA dikenal bisa meniru cara kerja hormon di tubuh dan sudah dikaitkan dengan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, gangguan reproduksi, serta masalah hormonal.

Lebih dari 90% kaleng yang diuji dalam penelitian besar ternyata masih mengandung BPA, walaupun ada produsen yang mulai beralih ke lapisan bebas BPA. Masalahnya, paparan BPA ini tidak langsung terasa, tapi efeknya bisa muncul pelan-pelan dalam jangka panjang. Jadi jangan heran kalau tubuh jadi lebih rentan terhadap gangguan kesehatan. Untuk tipsnya, kalau memang harus makan makanan kalengan, coba pilih yang labelnya jelas “BPA-free” atau cari alternatif lain seperti makanan segar, beku, atau produk yang dikemas dalam kaca.

2. Kandungan garam, gula, dan bahan tambahan yang tinggi

ilustrasi garam (pixabay.com/macroworlds)
ilustrasi garam (pixabay.com/macroworlds)

Kebanyakan makanan kalengan mengandung tambahan garam, gula, atau pengawet supaya rasanya lebih enak dan tahan lama. Sayangnya, kadar sodium yang terlalu tinggi bisa meningkatkan tekanan darah, yang pada akhirnya berisiko memicu serangan jantung atau stroke. Ditambah lagi, gula tambahan di dalam beberapa produk kaleng bisa berkontribusi pada kenaikan berat badan dan gangguan metabolisme.

Ada juga beberapa sup kalengan yang mengandung fosfat anorganik, yaitu zat tambahan yang bisa mengganggu fungsi hormon. Dalam jangka panjang, ini bisa berdampak buruk pada kesehatan tulang, ginjal, bahkan jantung. Jadi walaupun terlihat praktis, kandungan di balik labelnya bisa bikin tubuh bekerja lebih keras dari yang kamu kira.

Untuk tipsnya, saat memilih makanan kalengan, coba cari yang bertuliskan “low sodium” atau “no salt added.” Hindari juga yang direndam dalam sirup manis, lebih baik pilih yang dikemas dalam air atau jus alami. Jangan lupa, mencuci dan meniriskan makanan kaleng bisa membantu menurunkan kadar garam dan gula yang menempel.

3. Risiko kontaminasi yang jarang tapi berbahaya

ilustrasi makanan kalengan (pexels.com/Andrea Davis)
ilustrasi makanan kalengan (pexels.com/Andrea Davis)

Walaupun jarang terjadi, makanan kalengan tetap punya risiko kontaminasi berbahaya. Kalau proses pengalengan tidak sempurna, bisa muncul bakteri Clostridium botulinum, penyebab botulisme. Penyakit ini termasuk langka, tapi sangat berbahaya karena bisa mengancam nyawa. Gejalanya mulai dari mual, muntah, hingga kelumpuhan otot.

Kalau kamu melihat kaleng makanan yang bentuknya menggembung, penyok parah, retak, atau bocor, sebaiknya jangan ambil risiko. Makanan di dalamnya mungkin sudah tidak aman lagi untuk dikonsumsi. Lebih baik buang daripada menyesal belakangan. Untuk tipsnya, selalu periksa kondisi kaleng sebelum dibuka. Kalau ragu dengan keamanannya, jangan coba-coba dimakan. Ingat, keselamatan lebih penting daripada sekadar menghemat satu kaleng makanan.

4. Nutrisi bisa tetap terjaga, bahkan ada yang meningkat

ilustrasi makanan kalengan (pexels.com/Magda Ehlers)
ilustrasi makanan kalengan (pexels.com/Magda Ehlers)

Kabar baiknya, tidak semua tentang makanan kalengan itu buruk. Proses pengalengan justru bisa membantu menjaga nutrisi tertentu. Misalnya, tomat kalengan ternyata mengandung lebih banyak likopen, yaitu antioksidan kuat yang bermanfaat untuk kesehatan jantung dan bisa membantu melawan kanker. Jadi, ada juga sisi positif dari mengonsumsi makanan kalengan dengan cara yang tepat.

Beberapa penelitian bahkan menemukan bahwa orang yang rutin makan makanan kalengan punya asupan serat, protein, vitamin, dan mineral yang lebih tinggi dibanding mereka yang jarang mengonsumsinya. Produk seperti kacang-kacangan, ikan, dan sayuran kaleng bisa jadi sumber nutrisi yang cukup bagus, apalagi kalau kamu sedang menghemat waktu atau biaya. Untuk tipsnya, pilih makanan kalengan yang memang bernutrisi, seperti tomat, kacang-kacangan, atau ikan. Dengan begitu, kamu tetap bisa mendapatkan manfaatnya tanpa harus terlalu khawatir.

5. Risiko paparan merkuri dari tuna kalengan

ilustrasi makanan kalengan (pexels.com/Karen Laårk Boshoff)
ilustrasi makanan kalengan (pexels.com/Karen Laårk Boshoff)

Kalau kamu suka makan tuna kalengan, hati-hati dengan satu hal ini, yaitu merkuri. Zat beracun ini bisa menumpuk di dalam tubuh dan berbahaya, terutama bagi anak-anak dan ibu hamil. Sebuah laporan dari Prancis bahkan menemukan bahwa 1 dari 10 produk tuna kalengan melebihi batas aman kadar merkuri yang ditetapkan Uni Eropa.

Untungnya, ada upaya dari para peneliti untuk mengurangi kadar merkuri dalam tuna kalengan, salah satunya dengan teknik pengemasan baru yang bisa menurunkan kadar merkuri hingga 35%. Meski begitu, untuk sekarang kamu tetap perlu bijak dalam mengonsumsinya. Untuk tipsnya, batasi konsumsi tuna kalengan, terutama jika kamu masuk dalam kelompok rentan. Sebagai gantinya, coba pilih ikan lain seperti salmon atau sarden kalengan yang umumnya lebih rendah kandungan merkurinya.

Makanan kalengan memang praktis, terjangkau, dan kadang justru bernutrisi. Tapi kalau terlalu sering mengandalkannya, ada risiko yang bisa muncul diam-diam dan berdampak pada kesehatan dalam jangka panjang. Bukan berarti kamu harus berhenti total, tapi lebih ke pintar-pintar memilih dan menyeimbangkannya dengan makanan segar atau beku. Dengan sedikit perubahan sederhana, kamu tetap bisa menikmati kepraktisan makanan kalengan tanpa harus mengorbankan kesehatan tubuhmu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us

Latest Food Jawa Tengah

See More

5 Hal yang Terjadi pada Tubuhmu Jika Rutin Konsumsi Makanan Kalengan

18 Sep 2025, 11:00 WIBFood