Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Alasan Mengapa Banyak Orang Susah Menamatkan Buku Self Improvement 

ilustrasi wanita sedang membaca buku self improvement (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi wanita sedang membaca buku self improvement (pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Buku self-improvement penuh dengan informasi yang sulit untuk dicerna dalam waktu singkat, membuat pembaca kehilangan fokus dan semangat membaca.
  • Kurangnya keterlibatan emosi dan relevansi dengan masalah pribadi membuat pembaca kehilangan minat pada buku self-improvement.
  • Kebiasaan membaca yang tidak konsisten, gaya bahasa kurang menarik, dan ekspektasi yang terlalu tinggi membuat orang sulit menamatkan buku self-improvement.

Banyak orang semangat membeli buku self-improvement dengan harapan bisa mengubah hidup menjadi lebih baik secara instan. Namun, kenyataannya banyak pembaca yang hanya membaca beberapa bab di awal, lalu bukunya dibiarkan begitu saja.

Padahal, isi buku ini penuh dengan wawasan berharga yang bisa membantu dalam pengembangan diri. Lalu, kenapa sih banyak orang kesulitan menamatkannya? Ternyata, ada beberapa alasan yang membuat buku self-improvement terasa sulit untuk diselesaikan.

Mulai dari terlalu banyak informasi yang diterima, kurangnya relevansi dengan kehidupan pribadi, hingga ekspektasi yang terlalu tinggi. Kalau kamu juga sering mengalami hal ini, jangan khawatir! dalam artikel ini akan dibahas beberapa alasannya. Penasaran? Yuk, simak lima alasan utamanya di bawah ini ya!

1. Terlalu berusaha untuk mencerna semua hal yang tertulis sekaligus

ilustrasi membaca buku (pexels.com/Monstera Production)
ilustrasi membaca buku (pexels.com/Monstera Production)

Buku self-improvement sering kali dipenuhi dengan konsep-konsep menarik, strategi efektif, dan berbagai teori tentang pengembangan diri. Namun, banyak orang malah merasa terjebak dalam keinginan untuk memahami semuanya sekaligus, seolah-olah harus langsung menguasai setiap poin dalam satu kali baca.

Padahal, jika kamu terlalu banyak mencerna informasi dalam waktu singkat justru bisa membuat otak lelah dan sulit memprosesnya secara dalam dan detail. Bukannya mendapatkan manfaat, kamu malah akan lebih mudah untuk kehilangan fokus dan merasa kewalahan dengan begitu banyaknya hal yang harus dipraktikkan. Akibatnya, semangat membaca mulai menurun dan buku pun terbengkalai sebelum selesai dibaca.

2. Kurangnya keterlibatan emosi dan relevansi dengan masalah pribadi

ilustrasi wanita sedang membaca buku (pexels.com/George Milton)
ilustrasi wanita sedang membaca buku (pexels.com/George Milton)

Salah satu alasan utama mengapa orang sulit menamatkan buku self-improvement adalah kurangnya keterlibatan emosi dan relevansi dengan masalah pribadi. Banyak buku menawarkan strategi yang terdengar bagus secara teori, tetapi jika pembaca tidak merasa terhubung dengan isinya, pembaca akan cenderung kehilangan minatnya begitu saja.

Tanpa adanya pengalaman pribadi yang berkaitan, setiap konsep yang dibaca terasa abstrak dan sulit diterapkan dalam kehidupan nyata. Akibatnya, buku hanya menjadi sekadar bacaan tanpa makna mendalam dan bukan sesuatu yang menginspirasi perubahan.

3. Kebiasaan membaca yang tidak konsisten

ilustrasi wanita sedang membaca buku (pexels.com/George Milton)
ilustrasi wanita sedang membaca buku (pexels.com/George Milton)

Banyak orang memulai membaca buku self-improvement dengan semangat baca yang tinggi, tetapi lambat laun kamu bisa kehilangan momentum karena kebiasaan membaca yang tidak konsisten.

Mungkin kamu bisa membaca beberapa halaman pertama dengan penuh antusiasme, lalu terhenti karena kesibukan atau tergoda oleh hiburan lain yang lebih instan, seperti media sosial atau tontonan streaming. Akibatnya, ketika mencoba kembali membaca buku setelah beberapa hari atau minggu, kamu sudah lupa dengan isi sebelumnya dan merasa malas untuk mengulang lagi.

4. Gaya bahasa yang kurang menarik

ilustrasi wanita sedang membaca buku (pexels.com/George Milton)
ilustrasi wanita sedang membaca buku (pexels.com/George Milton)

Salah satu alasan banyak orang sulit untuk menamatkan buku self-improvement adalah karena gaya bahasa yang kurang menarik. Beberapa buku ditulis dengan bahasa yang terlalu akademis, kaku, atau penuh istilah teknis, sehingga terasa berat untuk dipahami.

Bukannya menginspirasi, buku semacam ini justru akan membuat pembaca cepat bosan dan kehilangan minat. Selain itu, ada juga buku self-improvement yang terkesan terlalu bertele-tele atau berulang-ulang dalam menyampaikan ide atau gagasan sehingga membuat pembaca merasa tidak ada hal baru yang didapat seiring berjalannya halaman.

5. Ekspektasi yang terlalu tinggi

ilustrasi membaca buku (pexels.com/Yaroslav Shuraev)
ilustrasi membaca buku (pexels.com/Yaroslav Shuraev)

Banyak orang mulai membaca buku self-improvement dengan harapan besar bahwa isinya akan langsung mengubah hidup secara instan. Kamu juga akan membayangkan bahwa setelah menamatkan buku tersebut, kamu akan langsung menjadi pribadi yang lebih sukses, disiplin, atau bahagia tanpa perlu usaha yang terlalu besar.

Namun, ketika perubahan yang diharapkan tidak terjadi dengan cepat, rasa kecewa pun muncul, dan motivasi untuk melanjutkan membaca perlahan memudar. Padahal, buku self-improvement bukanlah solusi instan, melainkan panduan yang perlu diterapkan secara bertahap dalam kehidupan sehari-hari.

Ekspektasi yang terlalu tinggi ini sering kali membuat pembaca kehilangan kesabaran dan merasa bahwa isi buku tidak efektif, padahal mungkin banyak pembaca hanya belum memberi waktu yang cukup untuk menerapkan konsep yang diajarkan dari buku tersebut.

Menamatkan buku self-improvement bukan hanya tentang menyelesaikan halaman terakhir, tetapi juga tentang bagaimana kamu menyerap dan menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membaca secara konsisten, memilih buku yang relevan, dan memiliki ekspektasi yang realistis, proses membaca akan terasa lebih menyenangkan dan bermakna.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Firda Fortuna Nasich
EditorFirda Fortuna Nasich
Follow Us