Menyibak Sisa Kejayaan Stasiun Trem Kudus, Punya Panjang Rel 87,2 Km

- Jalur trem Kudus panjangnya mencapai 87,2 km dan dibangun perusahaan swasta SJS pada abad ke-19.
- Stasiun Kudus dulunya dikenal sebagai Stasiun Kliwon dekat Alun-Alun dan Pabrik Gula Rendeng, kemudian dipindahkan ke Wergu tahun 1919.
- KAI Daop 4 Semarang dan komunitas berharap kegiatan ini dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian situs sejarah perkeretaapian di Kudus.
Kudus, IDN Times - Semarang yang pada masa kolonial Belanda memiliki banyak gedung perkeretaapian lengkap dengan jalur trem. Namun tak banyak yang tahu bahwa Kabupaten Kudus juga punya jalur trem yang serupa. Letak jalur trem Kudus ada di Kelurahan Wergu.
Para pecinta kereta api yang tergabung dalam Indonesian Railways Preservation Society (IRPS) pun mengajak serta komunitas Kereta Anak Bangsa (KAB), Komunitas Cerita Kudus Kota dan Lelana Walking Tour untuk menyusuri jejak jalur trem di Kota Kretek tersebut.
Saat berjalan-jalan menyusuri Kelurahan Wergu, sejumlah anggota komunitas tersebut masih bisa melihat jelas sisa bantalan rel yang digunakan sebagai jalur trem di masa lampau.
"Banyak yang tidak tahu kalau dulu di sini ada jalur kereta api aktif, bahkan stasiun besar yang kini masih ada bekasnya," kata Ketua IRPS Korwil Semarang, Bachtiar Yosanto, Senin (23/6/2025).
Jalur trem Kudus dibangun perusahaan swasta SJS

Dari keterangan pihak KAI Daop 4 Semarang, jalur trem di Kudus pertama kali dibangun abad ke-19. Semula perusahaan trem swasta bernama Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) yang mengembangkan jalur trem tersebut.
Kemudian atas inisiasi perusahaan trem SJS itu, dibangunlah jalur trem yang melintang dari Semarang menuju Joana (sekarang Juwana Pati) lalu mengitari Demak, Kudus yang panjangnya sampai 87,2 kilometer.
Stasiun Kudus lalu diresmikan bersamaan dengan pembukaan lintas Demak-Kudus pada 15 Maret 1884.
Yang dimaksud Stasiun Kudus ini dulunya dikenal dengan sebutan Stasiun Kliwon. Letaknya dekat Alun-Alun dan Pabrik Gula Rendeng.
Berdasar pengakuan pihak Daop 4 Semarang, dulunya stasiun trem Kudus tersebut awalnya terbuat dari potongan kayu sederhana. Karena dekat dengan pabrik gula, maka SJS punya strategi menghubungkan pusat produksi gula dengan pelabuhan ekspor.
Seiring pertumbuhan kota, jalur trem dan stasiun dipindahkan ke Wergu tahun 1919 dengan bangunan baru yang lebih megah.
Bekas bangunan stasiun trem tersisa kanopi raksasa

Para anggota komunitas IRPS pun masih bisa menengok jejak stasiun trem Kudus. Mereka berjalan sejauh 2 kilometer dari kawasan eks Stasiun Kliwon yang jadi stasiun kereta api pertama menuju eks Stasiun Wergu.
Bekas stasiun trem Kudus masih tersisa bentuk bangunan kanopi raksasa lengkap dengan ornamen kaca patri warna warni yang melingkari seluruh sudutnya.
Setelah masa kejayaannya berangsur surut, perlahan-lahan aktivitas perkeretaapian di Kudus menurun. Hingga akhirnya stasiun trem berhenti beroperasi pada 1980-an.
"Ini aset sejarah yang sangat layak untuk diangkat kembali, baik sebagai bahan edukasi, wisata sejarah, maupun bagian dari identitas kota Kudus," jelas Bachtiar.
Banyak warga Kudus belum tahu sisa jalur trem

Sedangkan melalui kegiatan ini, KAI Daop 4 Semarang dan komunitas berharap dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian situs sejarah perkeretaapian.
Manager Humas KAI Daop 4 Semarang, Franoto Wibowo mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen KAI untuk menggali, melestarikan, sekaligus mengedukasi masyarakat mengenai sejarah panjang perkeretaapian di Tanah Air, khususnya Kabupaten Kudus.
"Banyak generasi muda maupun warga Kudus sendiri yang belum mengetahui daerah ini dulu memiliki jaringan kereta trem yang cukup maju dan bahkan memiliki stasiun besar yang menjadi denyut transportasi dan perekonomian. Melalui kegiatan ini, kami ingin membuka kembali ingatan sejarah itu agar tidak hilang ditelan zaman," paparnya.
Ia berharap kegiatan seperti ini bisa dilaksanakan berkala dan melibatkan lebih banyak pihak, termasuk pemerintah daerah dan generasi muda. "Agar sejarah panjang perkeretaapian Indonesia tetap hidup dan memberi manfaat bagi masyarakat luas," urainya.