6 Ciri Terselubung Orang yang Kesepian meski Hidupnya Terlihat Ramai

- Kesepian bisa memengaruhi kualitas tidur seseorang, meningkatkan rasa lelah di pagi hari.
- Orang kesepian seringkali memiliki jadwal padat untuk menutupi perasaan kosong dan kurang terkoneksi secara emosional.
- Media sosial yang penuh dengan foto kebahagiaan bisa menjadi tanda seseorang butuh validasi dan rendahnya rasa terhubung secara sosial.
Pernahkah kamu bertemu dengan seseorang yang terlihat sangat sosial, punya banyak teman, dan jadwalnya selalu penuh, tapi ada sesuatu yang terasa “kosong” dari mereka? Hidup yang terlihat “rame” dan penuh keramaian ternyata gak selalu identik dengan perasaan terhubung dan dipahami, lho.
Kesepian sebenarnya bukan tentang berapa banyak orang di sekitar kamu, melainkan tentang jurang antara hubungan sosial yang kamu miliki dan hubungan yang benar-benar kamu rindukan. Orang bisa saja merasa sangat sendirian justru di tengah keramaian.
Lalu, bagaimana caranya mengenali tanda-tanda terselubung ini, baik pada orang lain maupun mungkin dalam dirimu sendiri? Yuk, simak beberapa cirinya berikut ini.
1. Tidur sering berantakan

Kesepian ternyata bisa memengaruhi kualitas tidur seseorang, lho. Menurut penelitian dalam Ecological Momentary Research, meningkatnya rasa kesepian setiap hari bisa menyebabkan kualitas tidur menurun dan rasa lelah berlebih di pagi hari.
Jadi kalau seseorang sering mengeluh susah tidur, sering terbangun di malam hari, atau bangun dengan perasaan lelah padahal sudah tidur cukup, bisa jadi ada faktor emosional di baliknya. Tidur yang tidak nyenyak sering kali menjadi refleksi dari pikiran yang gak tenang dan perasaan kosong yang tidak tersampaikan.
2. Jadwal padat tapi hati tetap kosong

Pernah lihat orang yang hampir setiap hari punya agenda, tapi tetap bilang hidupnya terasa “kosong”? Bisa jadi mereka mencoba menutupi kesepian dengan kesibukan.
Laporan dari Harvard tahun 2024 menemukan banyak orang dewasa yang kesepian menggambarkan hidup mereka sebagai “sibuk tapi tidak terkoneksi.” Mereka selalu mengisi waktu dengan kegiatan sosial agar tak sempat merasa sepi, padahal yang dibutuhkan sebenarnya bukan aktivitas, tapi makna dalam hubungan. Terlalu banyak kesibukan bisa jadi cara halus untuk menghindari diri sendiri.
3. Media sosial terlihat sempurna

Feed media sosial penuh foto pesta, olahraga, dan momen seru bisa jadi tanda seseorang butuh validasi, bukan sekadar berbagi kebahagiaan. Beberapa studi menunjukkan bahwa kebiasaan mengunggah foto berlebihan untuk membangun citra ideal sering kali berkaitan dengan tingkat kesepian dan rendahnya rasa terhubung secara sosial.
Semakin keras seseorang berusaha terlihat bahagia di dunia maya, bisa jadi semakin hampa yang dirasakan ketika layar ponsel dimatikan. Dunia digital memang bisa memperlihatkan “kehidupan ramai”, tapi tidak selalu berarti kehidupan nyata terasa hangat.
4. Sering menjadikan diri sendiri bahan lelucon

Sedikit bercanda soal diri sendiri memang lucu, tapi kalau terus-menerus dilakukan, bisa jadi tanda rendahnya rasa percaya diri. Data menunjukkan sekitar 62% anak muda yang kesepian mengalami penurunan kepercayaan diri dan sering menggunakan humor untuk menutupi rasa tidak aman.
Saat seseorang sering merendahkan diri dengan dalih bercanda, itu bisa jadi bentuk perlindungan dari rasa takut ditolak atau tidak diterima. Mereka lebih memilih menertawakan diri sendiri sebelum orang lain melakukannya.
5. Sulit menolak permintaan orang lain

Orang yang kesepian sering kali takut kehilangan koneksi, sekecil apa pun itu. Karena itu, mereka cenderung sulit berkata “tidak” walaupun sudah kelelahan.
Berdasarkan laporan dari U.S. Surgeon General tahun 2023, kesulitan menetapkan batas adalah reaksi umum terhadap diskoneksi sosial. Orang seperti ini sering menuruti semua permintaan hanya agar tetap diterima dalam lingkaran pergaulan. Sayangnya, semakin sering mereka menekan diri demi orang lain, semakin jauh mereka dari perasaan benar-benar terhubung.
6. Terlihat ceria di pesta, tapi merasa kosong setelahnya

Kamu mungkin pernah kenal seseorang yang jadi pusat perhatian di setiap acara, tapi kemudian mengaku merasa “aneh” atau “turun mood” setelah pulang. Fenomena ini dikenal sebagai efek lonely extrovert, yakni seseorang tampak penuh energi dan ramah di depan banyak orang, tapi sesudahnya justru merasa lelah dan kesepian.
Menurut penjelasan dari platform kesehatan mental Calm, kondisi ini muncul karena energi sosial yang tinggi sering kali tidak diimbangi dengan kedekatan emosional yang nyata. Akibatnya, setelah euforia sosial berlalu, mereka justru kembali pada perasaan hampa yang menekan.
Kesepian bisa menyamar dalam banyak bentuk, mulai dari jadwal padat, tawa di media sosial, hingga candaan ringan yang menyakitkan diri sendiri. Dunia modern membuatmu mudah terlihat bahagia di luar, tapi sulit jujur dengan perasaan di dalam.
Kalau kamu merasa beberapa tanda di atas ada pada dirimu, itu bukanlah kelemahan. Justru itu tanda bahwa kamu butuh hubungan yang lebih bermakna, bukan sekadar ramai. Kadang langkah pertama untuk keluar dari kesepian bukan mencari lebih banyak teman, tapi mulai membuka diri dan jujur tentang apa yang kamu rasakan.