Aksi Nyata Pengentasan Gizi Buruk Lewat Ojek Makanan Balita

Selaras dengan program Presiden Jokowi memberantas stunting

Bandung, IDN Times - Mata Danti Siti Nur Rohmah tak lepas dari pandangan lalu lalang kendaraan yang melintas di depan rumah kontrakannya. Sejenak Oxcel Celia Salsabila, bayi mungil anak kedua yang ia gendong menarik baju wanita 24 tahun itu, seraya bertanya lirih dengan pengucapan seadanya “Mana bu, mana,”.

Baca Juga: Kenali, Ini 7 Tanda Kamu Mengalami Gizi Buruk yang Jarang Disadari

1. Makanan sehat Omaba untuk balita gizi kurang

Aksi Nyata Pengentasan Gizi Buruk Lewat Ojek Makanan BalitaIDN Times/Dhana Kencana

Ya, Danti dan Oxcel pada Kamis (14/3) pagi itu tengah menanti makanan balita (bawah lima tahun) yang diantarkan oleh ojek. Ojek pengantar makanan tersebut dikenal dengan nama Ojek Makanan Balita (Omaba).

Tak berselang lama, sayup-sayup dari kejauhan terdengar suara motor yang dikendarai Nok Sukaesih. Wajah Danti dan Oxcel pun berseri. Keduanya tersenyum lepas ketika Nok turun mengambil dan berjalan membawa kotak makanan Omaba menuju rumah yang ditempati bersama suami dan satu anaknya lagi itu.

Makanan olahan tersebut diberikan secara cuma-cuma kepada Oxcel. Bahkan dengan sikap manjanya, bayi berusia dua tahun itu tak sungkan meminta Nok agar bersedia menyuapinya untuk sarapan paginya.

Oxcel mendapatkan menu makanan khusus Omaba karena ia masuk dalam daftar balita gizi kurang di wilayah Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat. Hal itu diketahui berdasarkan grafik pertumbuhan Kartu Menuju Sehat (KMS) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat, dimana berat badan Oxcel mengalami penurunan.

2. Gejala gizi kurang bisa dilihat dari KMS

Aksi Nyata Pengentasan Gizi Buruk Lewat Ojek Makanan BalitaIDN Times/Dhana Kencana

KMS sendiri sudah digunakan di Indonesia sejak tahun 1970-an sebagai alat pemantauan tumbuh kembang anak. Pemantauan dilakukan semenjak anak lahir hingga usia lima tahun. Catatan grafik perkembangan anak tersebut diukur berdasarkan umur, berat badan, serta jenis kelamin.

Melansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan, pada KMS terdapat petunjuk grafik dengan tiga warna. Yaitu merah, kuning, dan hijau. Jika grafik anak pada KMS berada di bawah garis merah, maka menderita gizi kurang dengan kategori sedang sampai berat. Sementara jika grafik berada di warna kuning, anak mengalami gizi kurang ringan. Sedangkan pada grafik warna hijau, anak memiliki berat badan cukup atau berstatus gizi baik.

3. Keberadaan Omaba membantu anak-anak dari keluarga miskin

Aksi Nyata Pengentasan Gizi Buruk Lewat Ojek Makanan BalitaIDN Times/Dhana Kencana

Nasib Oxcel tidak seberuntung sang Kakak, Intan Nur Safitri, yang tak pernah mengalami gizi kurang. Dari pengakuan istri Didik Wisnu Pratama kepada IDN Times, Oxcel berada di garis kuning pada catatan grafik KMS karena berat badannya hanya berkutat di angka 7 kilogram selama kurun waktu 2018. Namun setelah pemberian makanan Omaba secara rutin mulai Oktober 2018, berat badannya terus naik dan sudah mencapai 9 kilogram pada Maret 2019.

"Dulu 7 kilogram. Sekarang sudah 9 kilogram di warna hijau (KMS). Dulu makan susah, kalau sekarang ada Omaba anak mau makan, walaupun sedikit. Dan juga dapat susu, yang bisa dikonsumsi sama anak," kata Danti yang kesehariannya bekerja sebagai penjual daring di rumah.

Manfaat pemberian Omaba turut dirasakan anak pertama pasangan Ica Sonia (24) dan Asep Yusuf (27), Al Farizi. Berat badan Fariz menurun drastis karena di usianya 3 tahun, hanya mencapai 7 kilogram sepanjang 2018. Pemberian Omaba secara berkala sejak Oktober 2018, cukup membantu menaikkan berat badan Fariz. Ketika IDN Times menyambangi mereka, berat badan Fariz sudah mencapai 10 kilogram.

"Harusnya 13 kilogram. Sekarang (Maret 2019) 10 kilogram, memang masih kurang, tapi sudah Alhamdulillah. Omaba sangat membantu. Karena selain diberikan makanan, kami (para orang tua) juga diberikan penyuluhan soal makanan yang bergizi serta pola hidup sehat dan bersih," ungkap Ica.

4. Program Omaba sukses mencegah stunting

Aksi Nyata Pengentasan Gizi Buruk Lewat Ojek Makanan BalitaIDN Times/Dhana Kencana

Program Omaba dirintis oleh ibu-ibu dari kelompok Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Aster di Rukun Warga (RW) 11 Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung sejak 2012 silam. Kemunculannya merupakan wujud kepedulian bersama terhadap kesehatan anak dan menjadi langkah efektif dalam upaya penanganan kasus gizi buruk.

Lebih jauh, kehadiran Omaba selaras dengan program Presiden Joko Widodo dalam pengentasan angka stunting di Indonesia.

Mengutip data Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting Indonesia berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2016 mencapai 27,5 persen. Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap kronis bila prevalensi stunting lebih dari 20 persen. Dengan demikian, secara nasional masalah stunting di Indonesia tergolong kronis, terlebih terjadi di 14 provinsi, yang prevalensinya melebihi angka nasional.

Dengan pengentasan balita gizi kurang dan gizi buruk, secara tidak langsung turut mencegah terjadinya stunting. Sebab kala itu, merujuk data Puskesmas Gedebage terdapat 23 balita yang menderita gizi buruk di Kecamatan Gedebage, Kota Bandung.

Dari jumlah tersebut, 17 balita diantaranya terdapat di Kelurahan Cisaranten Kidul. Kemunculan Omaba menjadi jawaban lantaran telah berhasil mengentaskan balita gizi buruk di kelurahan tersebut, dalam kurun waktu tiga tahun, atau selama tahun 2014 hingga 2017.

"Pada saat itu sepakat menangani kasus balita gizi buruk lewat program lengkap, mulai dari pembuatan makanan sehat hingga dikirim ke keluarga-keluarga miskin," jelas Vita Fatimah (54) yang waktu itu menjadi Ketua Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung.

5. Makanan Omaba tanpa bahan pengawet dan perasa

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Aksi Nyata Pengentasan Gizi Buruk Lewat Ojek Makanan BalitaIDN Times/Dhana Kencana

Selama operasional tersebut, program Omaba mendapatkan dukungan dari PT Pertamina (Persero) melalui Terminal BBM (TBBM) Bandung Group, berupa pelatihan pendampingan mengenai pembuatan variasi menu dan makanan sehat bagi balita. Seperti pembuatan kue kering, stik keju, nugget, dan puding.

Tidak hanya itu, Pertamina juga membuatkan dapur khusus Omaba, yang berukuran sekitar 2,5 x 10 meter. Dapur yang bersebelahan dengan Gedung Serbaguna Rukun Warga setempat itu digunakan untuk masak dan pembuatan makanan sehat bagi balita gizi kurang, sampai sekarang.

Makanan Omaba yang dibuat berasal dari bahan-bahan segar, baik sayuran, buah, daging, maupun ikan dan tidak menggunakan bahan pengawet serta perasa.

Setelah makanan selesai dibuat, dimasukkan pada kotak makanan khusus. Setiap harinya, bagian pengantaran atau yang kerap dilakoni oleh Nok Sukaesih, mengantar hingga 11 kotak makanan. Isi makanan terdiri nasi dan lauk pauk, susu, hingga cemilan berupa puding.

6. Setiap hari makanan Omaba diantar ke rumah masing-masing

Aksi Nyata Pengentasan Gizi Buruk Lewat Ojek Makanan BalitaIDN Times/Dhana Kencana

Tak kurang lebih dari 20 kilometer setiap hari harus Nok tempuh, untuk mengantar makanan Omaba sampai ke rumah masing-masing balita penderita gizi kurang. Ia memulai aktivitas pengantaran pada pukul 08.00 WIB hingga 11.00 WIB.

Wanita 55 tahun itu berkisah kepada IDN Times dimana dia ikut senang bisa membantu mengantarkan makanan kepada anak-anak gizi kurang. Tidak hanya itu, bahkan Nok dengan senang hati juga kerap diminta untuk menyuapi, sebagaimana yang diminta oleh Oxcel.

"Sukanya melihat dan mereka bisa tersenyum. Untuk dukanya paling saat cuaca panas, hujan, banjir, dan ban bocor. Saya pernah mendorong motor karena ban bocor tidak ketemu tambal ban," papar ibu tiga anak itu.

Agar makanan tidak cepat dingin dan masih tetap enak dinikmati, terkadang Nok harus rela berbagi tugas dengan rekan lainnya, untuk pembagian wilayah pengantaran serta sebarannya.

7. Omaba memenuhi kebutuhan gizi balita keluarga miskin

Aksi Nyata Pengentasan Gizi Buruk Lewat Ojek Makanan BalitaIDN Times/Dhana Kencana

Keberadaan Omaba diyakini Vita, mantan Ketua PKK Kelurahan Cisaranten Kidul cukup membantu dalam pemenuhan gizi bagi balita keluarga miskin. Selain makanan sehat, Omaba juga memberikan asupan berupa susu, sebagai pengganti susu formula pemberian pemerintah yang kerap dijual oleh mereka.

Praktek jual susu formula hasil subsidi pemerintah, ungkap Vita, tidak sedikit dilakukan oleh masyarakat miskin, guna memenuhi kebutuhan makan anak mereka setiap hari. Hal itulah yang menjadi salah satu faktor munculnya kasus gizi kurang atau gizi buruk pada anak.

”Beberapa kali mendapati keluarga miskin menjual susu formula yang diberikan dari pemerintah. Setelah dijual mereka langsung membuat nasi untuk makan anak mereka. Lauknya lagi-lagi pakai kerupuk. Lantas dari mana mereka mendapatkan perbaikan gizi untuk anak mereka,” ucap ibu tiga putri dan dua putra itu kepada IDN Times.

Selain memberikan makanan, program Omaba ini turut melakukan pengecekan berat badan dan tinggi badan balita penderita gizi buruk ataupun gizi kurang, sebagai bagian dari pemulihan.

Saat ini, Omaba masih terus menyalurkan makanan sehat. Namun dikhususkan bagi balita gizi kurang, seperti yang dialami Oxcel dan Fariz.

"Sekarang fokus untuk balita-balita kurus dan kurus sekali," aku Vita.

8. Omaba telah mandiri secara penghasilan

Aksi Nyata Pengentasan Gizi Buruk Lewat Ojek Makanan BalitaIDN Times/Dhana Kencana

Lebih dari itu, Omaba kini telah berkembang, mempunyai beragam produk makanan dan telah memiliki label Produk Industri Rumah Tangga (PIRT) sejak 2017.Produk-produk tersebut meliputi kue-kue kering serta aneka makanan, bermerek Omaba.

Kondisi tersebut membuat ibu-ibu kader Posyandu Aster mempunyai penghasilan sendiri yang membuat mereka mandiri. Sebagai contoh, mereka berhasil meraup omset yang lumayan besar saat momen Hari Raya Idul Fitri 2018 lalu. Penjualannya tembus mencapai Rp45 juta.

Hebatnya lagi, produk mereka dijajakan pada minimarket-minimarket yang dikelola oleh Pertamina serta dijual di beberapa sentra makanan di Bandung.

"Setelah program CSR selesai pada 2016, kami dibuatkan dapur (oleh Pertamina) agar bisa mencari sumber dana sendiri. Harapannya Omaba tetap bisa berjalan memberikan makanan sehat bagi balita gizi kurang," ujar Vita.

Bagi mereka, penghasilan tersebut bukan semata-mata mencari laba. Tapi mereka gunakan kembali untuk membiayai operasional pembuatan makanan sehat Omaba bagi balita gizi kurang, yang sampai saat ini masih terus dilakukan.

Omaba sukses menciptakan generasi penerus bangsa yang bebas dari malnutrisi dan stunting serta berdikari.

Baca Juga: 76 Balita Stunting di Batang Diintervensi Pemberian Makanan Tambahan

Topik:

  • Dhana Kencana
  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya