Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Buku Kakap di Indonesia: Upaya Dorong Pengelolaan Laut Berbasis Ilmiah

ilustrasi ikan kakap (pexels.com/kindelmedia)
ilustrasi ikan kakap (pexels.com/kindelmedia)
Intinya sih...
  • Indonesia luncurkan buku Kakap di Indonesia untuk mendukung transformasi sistem pangan biru nasional.
  • Kompleksitas pengenalan spesies kakap menjadi tantangan, namun buku ini menyajikan eksplorasi ilmiah spesies kakap yang ada di Indonesia.
  • Buku disusun berdasarkan data yang dikumpulkan sejak 2015 oleh YKAN melalui program Collaborative Data Recording System (CODRS).

Semarang, IDN Times — Indonesia kembali menegaskan komitmennya dalam memperkuat tata kelola perikanan yang berkelanjutan melalui pendekatan ilmiah. Pada Kamis (31/7/2025), dalam ajang internasional The 5th International Conference on Integrated Coastal Management & Marine Biotechnology (ICMMBT) di Yogyakarta, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama Yayasan Rekam Nusantara (Rekam) meluncurkan buku berjudul Kakap di Indonesia.

Buku tersebut merupakan hasil kerja kolaboratif yang mengupas secara mendalam 65 spesies ikan kakap yang hidup di perairan Indonesia. Peluncuran tersebut sekaligus menjadi tonggak penting dalam mendukung transformasi sistem pangan laut berkelanjutan atau pangan biru nasional.

1. Potensi besar tapi tantangan tidak kecil

ilustrasi kepala ikan kakap merah (pexels.com/Mitchell Luo)
ilustrasi kepala ikan kakap merah (pexels.com/Mitchell Luo)

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki sumber daya laut yang melimpah. Sektor perikanan menjadi penopang ekonomi dan ketahanan pangan nasional, termasuk melalui komoditas unggulan seperti ikan kakap dan kerapu.

Menurut data, kakap dan kerapu menyumbang sekitar 9 persen dari total produksi perikanan nasional dan 43 persen dari pasokan kebutuhan pasar global untuk kedua komoditas tersebut. Lebih dari 10.000 kapal dan 200 perusahaan aktif terlibat dalam rantai nilai perikanan.

Namun, kompleksitas pengenalan spesies kakap menjadi tantangan tersendiri. FAO mencatat ada lebih dari 100 jenis kakap yang diperdagangkan di dunia, banyak di antaranya memiliki bentuk mirip. Hal itu kerap menimbulkan kesalahan identifikasi (misidentification) dan penamaan yang keliru (mislabelling), yang dapat berdampak pada keakuratan data dan pengelolaan stok ikan.

“Buku ini menyajikan eksplorasi ilmiah spesies kakap yang ada di Indonesia, berangkat dari kebutuhan mendasar untuk memperbaiki sistem pendataan, identifikasi, dan pengelolaan stok perikanan,” kata Manajer Senior Perikanan Berkelanjutan YKAN, Glaudy Perdanahardja.

2. Dibangun dari data dan dorongan kolaborasi

ilustrasi ikan kakap merah (pixabay.com/scottbgardner)
ilustrasi ikan kakap merah (pixabay.com/scottbgardner)

Buku tersebut disusun berdasarkan data yang dikumpulkan sejak 2015 oleh YKAN melalui program Collaborative Data Recording System (CODRS), yang berhasil mendokumentasikan lebih dari 7 juta spesimen kakap dan kerapu dalam bentuk foto dan ukuran tubuh dari 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI).

Bersamaan dengan peluncuran buku, YKAN dan Rekam juga menyerahkan laporan kajian stok kakap dan kerapu dari 11 WPPNRI kepada Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan (Komnas KAJISKAN).

Kajian disusun bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan sejumlah unit teknis di Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Kajian juga menggunakan data sejak 1990 hingga 2023, dan memanfaatkan model biomassa terkini untuk mengevaluasi kondisi stok ikan di tiap wilayah.

“Laporan ini memberi dasar ilmiah untuk menyusun kebijakan, menentukan kuota tangkap yang adil dan lestari, serta mendukung penelitian lanjutan,” tegas Glaudy.

Langkah itu menunjukkan bahwa solusi pengelolaan laut tidak lagi bersifat reaktif, tetapi progresif, ilmiah, dan kolaboratif.

“Pengelolaan perikanan harus dibangun dari data yang kuat dan pemahaman yang benar. Inilah saatnya kita mengelola laut secara bijak, untuk masa depan yang lestari,” imbuh Glaudy.

3. Menuju pangan biru yang adil dan lestari

ilustrasi ikan kakap (unsplash.com/@supardisign)
ilustrasi ikan kakap (unsplash.com/@supardisign)

Direktur Fisheries Resource Center of Indonesia (FRCI) Rekam, Heidi Retnoningtyas menyampaikan, buku dan laporan diharapkan bisa menjadi landasan pengambilan keputusan oleh pemerintah.

“Ini bagian dari dukungan ilmiah mitra dalam memperkuat tata kelola perikanan berkelanjutan di Indonesia. Basis data kuat akan menghasilkan kebijakan yang tepat sasaran,” ujarnya.

Hal tersebut diamini Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan KKP, Syahril Abd. Rauf. Ia menyebut bahwa informasi hasil kajian sangat penting dalam pelaksanaan Penangkapan Ikan Terukur (PIT) berbasis kuota.

“Data potensi stok, estimasi tangkapan yang diperbolehkan, serta tingkat pemanfaatannya merupakan instrumen kunci dalam implementasi PIT,” jelas Syahril.

Peluncuran buku dan laporan itu sejalan dengan tema besar ICMMBT 2025, yakni Blue Food Nexus: Harnessing Solutions for Global Food Security and Ocean Health. YKAN, Rekam, dan mitra lainnya menegaskan komitmennya untuk terus mendorong transformasi pangan biru yang inklusif dan berbasis ilmu pengetahuan.

Langkah tersebut diyakini akan memberikan dampak besar tidak hanya pada konservasi sumber daya laut, tetapi juga pada keadilan ekonomi, terutama bagi nelayan skala kecil dan pelaku perikanan di wilayah pesisir Indonesia.

Dengan kehadiran buku Kakap di Indonesia dan kajian stok yang berbasis data jangka panjang, Indonesia semakin siap menghadapi tantangan dalam pengelolaan perikanan secara modern dan berkelanjutan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us