Pentingnya Uji Tanah, Solusi Pemupukan Tepat bagi Petani
- Mobil Uji Tanah (MUT) gratis dari PT Pupuk Indonesia membantu petani meningkatkan hasil pertanian dan mencegah degradasi tanah.
- Alih fungsi lahan dan keterbatasan akses teknologi menyulitkan petani dalam mengelola lahan dan menentukan dosis pupuk yang tepat.
- MUT memberikan analisis, rekomendasi pertanian, edukasi, dan konseling bagi petani untuk pemupukan berimbang dan pengelolaan tanah secara berkelanjutan.
Sebuah kendaraan roda empat berwarna cerah melintas perlahan di tengah hamparan sawah yang hijau di perbatasan Kabupaten Kendal dan Kota Semarang. Kendaraan ini bukan sekadar mobil biasa, melainkan Mobil Uji Tanah (MUT), inovasi dari PT Pupuk Indonesia (Persero) yang menawarkan layanan uji kesuburan tanah secara gratis kepada para petani.
Mobil tersebut menarik perhatian para petani yang sedang bekerja di lahan mereka, pagi itu. Tak sedikit dari mereka yang menghentikan aktivitasnya untuk melihat bagaimana layanan Mobil Uji Tanah dapat membantu meningkatkan hasil pertanian mereka.
Sebagaimana diketahui, sektor pertanian di Indonesia, termasuk di daerah pinggiran, menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah penurunan kesuburan tanah.
Kepala Balai Pengujian Standar Instrumen Tanah dan Pupuk, Badan Standardisasi Instrumen Pertanian Kementerian Pertanian, Ladiyani Retno Widowati mengatakan, salah satu penyebab utama degradasi tanah adalah alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan secara langsung ikut menurunkan kesuburan tanah dan produktivitas pertanian.
“Indonesia kehilangan sekitar 96.500 hektare (ha) lahan pertanian setiap tahun akibat alih fungsi lahan. Hal itu menyebabkan penurunan produksi hingga 1 juta ton per tahun,” katanya dalam webinar Kondisi Lahan Pertanian Indonesia Saat Ini, Rabu (30/10/2024).
Kondisi tersebut diperparah dengan keterbatasan akses petani terhadap teknologi dan informasi mengenai kualitas tanah. Akibatnya, banyak petani hanya mengandalkan perkiraan-perkiraan semata dalam mengelola lahan mereka.
Situasi itu menyulitkan petani untuk menentukan jenis dan dosis pupuk yang tepat untuk lahan pertanian mereka. Sebab, kesalahan dalam pemupukan tidak hanya menurunkan hasil panen tapi juga menyebabkan kerugian ekonomi bagi petani.
“Sebagian besar lahan sawah (irigasi) di Indonesia memiliki kandungan bahan organik yang rendah, kurang dari 2 persen, padahal kondisi idealnya minimal 3 persen. Rendahnya kandungan bahan organik menunjukkan penurunan kesuburan tanah yang signifikan,” kata Ladiyani.
Penggunaan pupuk yang tidak terkendali ikut menjadi masalah serius. Peneliti World Resources Institute (WRI) Indonesia, Sri Noor Chalidah dan Eristyana Sari menyebutkan, pemakaian pupuk, terutama yang berjenis anorganik, dalam jumlah berlebihan dan dalam jangka waktu lama berkontribusi menurunkan kesuburan tanah serta mencemari air dan ekosistem. Sayang, kebiasaan tersebut telah mengakar dan sering kali tidak disadari oleh petani di Indonesia.
Kedua peneliti itu menegaskan, pengelolaan unsur hara yang tepat dapat meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan produksi tanaman, serta berkontribusi dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
“Tanaman hanya membutuhkan pupuk dalam jumlah sedikit. Intervensi pemerintah idealnya berfokus pada perbaikan kesuburan tanah karena pemerintah turut berperan dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman untuk bertumbuh serta menjadi bergizi tinggi dan berkualitas baik” ujar mereka, sebagaimana dilansir laman resmi WRI Indonesia.
Keberadaan Mobil Uji Tanah menjadi solusi atas permasalahan tersebut. Mobil dengan dua agronomis itu memberikan layanan untuk menguji tingkat kesuburan tanah, sekaligus memberikan analisis dan rekomendasi pertanian. Pasalnya, tidak sedikit petani yang kesulitan untuk mengecek atau memeriksa kandungan tanahnya lantaran tidak mempunyai alat penguji dan berada di lokasi yang jauh dari laboratorium pertanian.
“Petani cukup membawa sampel tanah dari lahan mereka. Dalam waktu singkat, mereka bisa mengetahui analisis kandungan tanahnya dan mendapatkan rekomendasi pemupukan yang sesuai. Dengan layanan Mobil Uji Tanah, kami membantu mereka," kata Agronomis Mobil Uji Tanah, Fahmi Hidayat, saat ditemui IDN Times di salah satu lokasi pengujian tanah di Kota Semarang, Rabu (12/2/2025).
Kondisi tersebut memengaruhi pola pikir (mindset) petani. Sebagai contoh, sebagian besar petani lebih berfokus pada jumlah pupuk yang diberikan tanpa mempertimbangkan tingkat keasaman (pH) tanah. Padahal, pH tanah yang tidak seimbang dapat menghambat penyerapan nutrisi oleh tanaman.
“Banyak lahan pertanian di (Semarang dan Jawa Tengah) sini memiliki tingkat keasaman tinggi, yang menghambat pertumbuhan tanaman. Jika pH tanah terlalu asam, nutrisi dari pupuk tidak akan terserap optimal. Makanya, kami menyarankan petani melakukan pengapuran untuk menetralkan keasaman. Pengapuran menjadi langkah penting untuk menyesuaikan pH tanah agar unsur hara dalam pupuk terserap secara maksimal. Oleh karena itu, edukasi mengenai hal itu juga sangat penting bagi petani,” ujar Fahmi.
Pendekatan holistik
Layanan Mobil Uji Tanah tidak hanya berhenti pada sekadar alat penguji atau menganalisis tanah. Mobil itu menawarkan pendekatan holistik dengan ikut memberikan edukasi tentang pemupukan berimbang, fungsi unsur hara, dan cara mengenali pupuk palsu yang marak beredar di pasaran.
Informasi tersebut membantu petani menentukan jenis tanaman yang sesuai dan dosis pupuk yang efisien.
"Kami ingin petani tidak hanya panen lebih banyak, tapi juga bisa bertani dengan cara yang ramah lingkungan. Program ini selaras dengan visi pemerintah untuk memperkuat sektor agraria dan ketahanan pangan nasional secara holistik,” aku Fahmi.
Rekan sejawat Fahmi, Fandi Kurniawan Widodo menjelaskan, timnya juga menyediakan layanan konseling bagi para petani. Menurutnya, pemahaman petani mengenai fungsi pupuk juga masih minim di kalangan petani.
“Banyak petani sudah lama menggunakan pupuk seperti urea atau Phonska, tetapi tidak memahami peran nitrogen, fosfor, dan kalium dalam pertumbuhan tanaman,” ungkapnya.
Melalui konseling dan edukasi yang diberikan tim Mobil Uji Tanah, petani diajak memahami pentingnya kombinasi pupuk organik dan anorganik untuk menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang. Dengan pemahaman yang baik, petani dapat menghemat penggunaan pupuk tanpa mengorbankan hasil panen.
“Kami ingin petani memahami pentingnya pemupukan berimbang, yaitu dengan menggabungkan pupuk organik dan anorganik. Salah satu produk (Pupuk Indonesia) yang kini kembali disubsidi adalah Petroganik, yang dapat diakses petani untuk meningkatkan kesuburan tanah mereka,” ujar Fandi.
Kebiasaan petani yang menginginkan hasil instan tanpa proses bertahap, sering kali menjadi hambatan saat sosialisasi layanan Mobil Uji Tanah. Namun, Fandi tetap optimistis dengan peran yang dijalankannya bersama Fahmi melalui layanan Mobil Uji Tanah.
“Petani yang sudah memahami pentingnya keseimbangan tanah melaporkan peningkatan hasil panen yang signifikan. Harapannya, edukasi ini terus berlanjut agar makin banyak petani yang peduli terhadap pengelolaan tanah secara berkelanjutan,” ujarnya.
Widi Kaharyanto, seorang petani di Semarang, menjadi salah satu saksi hidup dari kebermanfaatan layanan Mobil Uji Tanah. Sebelum mengenal program tersebut, ia mengaku sering kali menebak-nebak dosis pupuk yang dibutuhkan lahannya.
"Kadang hasilnya bagus, kadang buruk. Saya tidak tahu pasti apa yang dibutuhkan tanah saya," katanya.
Setelah menggunakan layanan Mobil Uji Tanah, Widi memperoleh analisis tanah yang akurat serta rekomendasi pemupukan yang tepat. Hasilnya? "Panen saya meningkat sekitar 20 persen, sementara biaya pupuk justru lebih hemat 15 persen,” ujarnya dengan tersenyum lebar.
Pengalaman Widi bukanlah hal baru. Banyak petani yang sebelumnya menggunakan pupuk berlebihan atau justru kurang dari kebutuhan karena ketidaktahuan mereka. Akibatnya, hasil panen tidak optimal dan biaya produksi membengkak.
Dengan rekomendasi spesifik dari Agronomis Mobil Uji Tanah, petani bisa memangkas pengeluaran untuk pupuk yang tidak perlu hingga 15 persen. Widi pun kini mengerti akan pentingnya menyesuaikan pemupukan dengan kondisi tanah dan jenis tanaman.
"Pelatihan seperti ini sangat penting. Petani sering putus asa karena hasil panennya tidak kunjung membaik. Salah satu penyebabnya adalah pemupukan yang tidak sesuai dan salah sasaran. Banyak petani masih menggunakan metode tradisional, padahal setiap tanaman memiliki kebutuhan yang berbeda. Pupuk seperti NPK atau urea harus disesuaikan dengan kondisi tanah” ungkap Widi.
Kisah Widi bukan satu-satunya. Banyak petani yang sebelumnya menggunakan pupuk secara berlebihan atau kurang dari kebutuhan akhirnya menyadari pentingnya pemupukan yang tepat.
“Dengan rekomendasi dari agronomis Mobil Uji Tanah, saya bisa menghemat biaya produksi tanpa mengorbankan hasil panen. Apalagi sudah tahu, fungsi dari pupuk urea, bagaimana kalau tanamannya kurang tegak, apa treatment-nya,” aku Shochib, petani lain yang masih satu Kelompok Tani (Keltan) dengan Widi.
Berikut simulasi perbandingan perhitungan pemupukan pada lahan petani yang belum diuji tanahnya dengan yang sudah diuji oleh Mobil Uji Tanah.
Mobil Uji Tanah bukan sekadar inovasi teknologi, melainkan ikut menjadi jembatan yang menghubungkan petani dengan praktik pertanian modern. Dengan dukungan semua pihak, inisiatif tersebut berpotensi merevolusi sektor pertanian Indonesia menuju masa depan yang berkelanjutan.
Sejak diluncurkan pada tahun 2015, sebanyak 26 unit Mobil Uji Tanah telah beroperasi di 21 provinsi. Kendaraan tersebut kini menjadi Mobil Uji Tanah Next Generation (MuGen), yang dilengkapi peralatan canggih seperti alat uji tanah digital, drone, serta videotron sehingga mampu menganalisis tanah secara lebih presisi.
Di Jawa Tengah saja, sepanjang 2024, Mobil Uji Tanah telah melakukan sekitar 1.000 kali pengujian dan sosialisasi kepada petani.
Junior Officer Pendukung Pemasaran & Penjualan Wilayah 1 PT Pupuk Indonesia (Persero), Hasan Ubaidillah mengungkapkan, pada 2025, pihaknya menargetkan 800 titik kegiatan dengan fokus memperluas edukasi dan pendampingan bagi petani.
“Di Jawa Tengah dan Yogyakarta, empat unit Mobil Uji Tanah aktif melayani petani, terutama untuk komoditas bersubsidi seperti padi, jagung, kedelai, kopi, dan singkong. Setiap pengujian menganalisis unsur hara makro—nitrogen, fosfor, kalium—serta pH tanah. Banyak petani masih menggunakan metode turun-temurun yang belum tentu sesuai dan cocok dengan kondisi tanah mereka. Melalui uji tanah, mereka bisa mengetahui kebutuhan lahan secara akurat," kata Hasan kepada IDN Times.
Tantangan tetap ada. Keterbatasan teknologi uji tanah yang canggih dan gangguan faktor eksternal, seperti bencana alam, kerap menghambat proses edukasi kepada petani. Meski demikian, alat yang digunakan Mobil Uji Tanah telah bersertifikasi Balai Pengujian Standar Instrumen Tanah dan Pupuk Kementerian Pertanian sehingga hasil pengujian tetap terjamin akurasinya untuk kebutuhan petani.
“Layanan ini tidak hanya praktis, tapi juga gratis sebagai bentuk komitmen perusahaan dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Kami ingin petani dapat mengelola lahan mereka dengan baik tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan untuk uji tanah. Ini juga mendukung efisiensi penggunaan pupuk serta pertanian yang lebih ramah lingkungan,” ujar Hasan.