Gerakan Wegah Nyampah Tekan Produksi Sampah Plastik di Semarang 

Galakkan pilah sampah dari hulu

Semarang, IDN Times - Sampah plastik masih menjadi masalah yang tak kunjung selesai. Kondisi itu karena masyarakat belum bisa sepenuhnya lepas tidak menggunakan plastik dalam kehidupan sehari. 

1. Volume sampah di Semarang capai 800--900 ton per hari

Gerakan Wegah Nyampah Tekan Produksi Sampah Plastik di Semarang sampah di TPA Cipeucang Tangsel (IDN Times/Muhamad Iqbal)

Berdasarkan data The National Plastic Action Partnership (NPAP), ada sekitar 4,8 juta ton per tahun sampah plastik di Indonesia yang tidak terkelola dengan baik. Sebanyak 48 persen sampah dibakar di ruang terbuka, 13 persen sampah tidak dikelola dengan layak di tempat pembuangan sampah resmi, serta sisanya 9 persen mencemari saluran air dan laut.

Ecoton pun mencatat, khususnya Pulau Jawa setiap tahun ada 8 juta ton sampah plastik. Sampah-sampah itu 3 juta ton bisa diolah, 5 juta ton tidak terkelola, dan 2,6 juta ton dibuang ke aliran sungai.

Sedangkan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang juga mencatat rata-rata produksi sampah pada tahun 2021 di Ibu Kota Jawa Tengah mencapai 800--900 ton per hari. Dari jumlah itu sampah plastik menyumbang 18 persen dari total produksi sampah per hari, sedangkan sisanya ada sampah organik 61 persen, dan sampah lain-lain sebesar 21 persen.

Baca Juga: PPKM Darurat Warung Tutup: Volume Sampah di Semarang Turun 100 Ton

2. Larang penggunaan plastik dalam aktivitas perdagangan

Gerakan Wegah Nyampah Tekan Produksi Sampah Plastik di Semarang Ilsutrasi kantong belanja plastik (pexels.com/id-id/@tim-samuel)

Berbagai macam upaya pun dilakukan Pemerintah Kota Semarang untuk menekan jumlah dan mengelola sampah plastik. Salah satunya dengan Peraturan Walikota (Perwal) Semarang Nomor 27 Tahun 2019 tentang Pengendalian Sampah Plastik yang sudah dikeluarkan sejak bulan Juni 2019 lalu. Kampanye pengendalian sampah plastik itu digalakkan melalui Gerakan Wegah Nyampah dan Pilah Sampah.

Kepala DLH Kota Semarang, Sapto Adi Sugihartono mengatakan, Gerakan Wegah Nyampah ini digalakkan seiring berlakunya kebijakan perwal pengendalian sampah plastik tersebut. ‘’Kami mengimbau agar warga mengurangi kegiatan yang menimbulkan sampah. Implementasinya, larangan penggunaan plastik dalam aktivitas perdagangan. Bakal ada empat sanksi yang diterapkan bagi pelanggarnya,’’ katanya saat dihubungi IDN Times, Jumat (24/9/2021).

Dalam kebijakan tersebut bentuk plastik yang tidak diperbolehkan dan dikendalikan penggunaannya antara lain, kantong plastik, sedotan, pipet plastik dan styrofoam. Sedangkan pelaku usaha yang tidak boleh menggunakan plastik dalam aktivitasnya di antaranya hotel, toko modern, restoran dan penjual makanan. Pengecualian berlaku bagi yang belum bisa menemukan alternatif lain selain plastik.

3. Pilah sampah tekan produksi sampah

Gerakan Wegah Nyampah Tekan Produksi Sampah Plastik di Semarang Membuang dan memilah sampah sesuai jenisnya. (unsplash.com/Nareeta Martin)

Sepanjang pemberlakuan kebijakan pengendalian sampah plastik tersebut, dalam dua tahun terakhir ini cukup efektif untuk menekan jumlah produksi sampah di Kota Semarang, khususnya mengurangi sampah plastik.

‘’Pada awal-awal penerapan perwal, produksi sampah masih di angka rata-rata 1.200--1.300 ton per hari. Kini sudah 800-900 ton per hari. Kondisi ini turun karena ada pengelolaan sampah dari hulu,’’ tutur Sapto.

Kini pengelolaan sampah dari hulu pun semakin digencarkan melalui Gerakan Pilah Sampah. Gerakan ini mengimbau masyarakat atau setiap rumah tangga untuk memilah sampah antara yang organik dengan anorganik.

4. Daur ulang sampah plastik tumbuhkan potensi ekonomi

Gerakan Wegah Nyampah Tekan Produksi Sampah Plastik di Semarang Ilustrasi Daur Ulang Sampah Plastik (Dok. IDN Times)

Sampah anorganik seperti plastik, kertas, karet, dan lainnya yang bisa didaur ulang bisa disetorkan atau ditabung di bank sampah terdekat. Sedangkan, sampah organik dapat dikumpulkan untuk membuat kompos atau pupuk organik dan untuk makanan maggot.

‘’Jika sampah rumah tangga sudah dipisah antara yang organik dengan anorganik dari hulunya, maka dapat mengurangi volume sampah yang dibuang di TPA. Selain itu, sampah-sampah anorganik yang ditabung di bank sampah ini bisa didaur ulang menjadi kerajinan atau barang yang lebih bernilai guna. Adanya upaya mengurangi dan mengelola sampah dari bank sampah, TPS3R, maupun pengepul-pengepul sampah ini membuat potensi ekonomi dari sampah bisa ditumbuhkan,’’ kata Sapto.

Ke depan sampah-sampah di Kota Semarang yang berakhir di TPA ini juga akan dimanfaatkan oleh pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa). Sampah-sampah tersebut akan dikonversi menjadi energi listrik.

‘’Saat ini sedang dipersiapkan segalanya seperti dokumen hingga lelangnya. Mudah-mudahan di akhir tahun ini sudah mulai mencari partner usahanya itu,’’ tandasnya.

Baca Juga: Cara Jitu Warga Banyumanik Semarang Kurangi Timbunan Sampah, Bikin Bangga!

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya