11.200 Warga Jateng Baca e-book per Hari, Cuma 225 Gen Z yang ke Perpustakaan

- Arpusda: Masyarakat harus manfaatkan digitalisasi dengan bijak. Mayoritas pengunjung perpustakaan berasal dari kalangan Gen Z.
- Rahmah: Literasi bisa asah kemampuan berinovasi, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, mengasah kreativitas, serta mendorong inovasi.
- Setiap sekolah didorong punya perpustakaan terakreditasi. Program literasi di sekolah meliputi workshop mendongeng untuk orang tua, silent reading, lomba resensi buku, penulisan ilmiah, hingga kompetisi konten kreatif.
Semarang, IDN Times - Jumlah pengunjung perpustakaan di Jawa Tengah minim di tengah tantangan digitalisasi yang semakin masif.
Berdasarkan data Dinas Arsip dan Perpustakaan (Arpusda) Jawa Tengah, terdapat 11.200 warga yang memanfaatkan layanan website, medsos dan e-book sebagai akses membaca buku. Namun di sisi lain hanya ada 225 warga yang memilih membaca buku dengan datang langsung ke lokasi perpustakaan.
1. Arpusda: Masyarakat harus manfaatkan digitalisasi dengan bijak

Menurut Kepala Dinas Arpus Jateng, Rahmah Nur Hayati, mayoritas pengunjung perpustakaan berasal dari kalangan anak-anak Gen Z tentang usia 19–25 tahun.
Ia menganggap bahwa ini menjadi angin segar di tengah kekhawatiran soal berkurangnya minat baca akibat penggunaan gawai dan maraknya medsos.
"Masyarakat harus memanfaatkan digitalisasi dengan bijak. Etika digital juga penting, agar teknologi benar-benar membantu mencerdaskan kehidupan, bukan sebaliknya,” ujarnya, Minggu (7/9/2025).
2. Literasi bisa asah kemampuan berinovasi

Rahmah mengklaim literasi tidak hanya sebatas membaca dan menulis, tetapi juga pintu menuju pola pikir kritis, kreativitas, dan inovasi.
“Literasi itu meningkatkan kemampuan berpikir kritis, mengasah kreativitas, serta mendorong inovasi. Bacalah, karena literasi membuka dunia yang luas. Dan ingat, literasi dimulai dari diri kita sendiri," akunya.
3. Setiap sekolah didorong punya perpustakaan terakreditasi

Namun begitu, ia mengaku kalau melihat angkanya dari 2022 hingga 2024 selalu meningkat. Kemudian pada 2025 terus tumbuh. "Ini tanda bahwa minat baca masyarakat Jawa Tengah semakin kuat," bebernya
Selain masyarakat umum, sektor pendidikan menjadi titik tekan utama pembudayaan literasi. Arpusda Jateng juga menyasar semua kalangan, mulai dari anak usia dini, pelajar, mahasiswa, santri, hingga masyarakat umum.
Lebih lanjut ia mendorong seluruh SMA dan SMK di Jawa Tengah memiliki perpustakaan yang terakreditasi.
“Perpustakaan sekolah seharusnya menjadi bagian penting dalam penilaian akreditasi sekolah. Dari sana literasi bisa berkembang dan membudaya di lingkungan pelajar,” tegas Rahmah.
4. Literasi bukan cuma membaca. Tapi juga mikir kritis dan kreatif

Program literasi di sekolah meliputi workshop mendongeng untuk orang tua, silent reading, lomba resensi buku, penulisan ilmiah, hingga kompetisi konten kreatif.
Selain itu ia mendorong literasi santri dengan program Pondok Pesantren Ubah, agar para santri dan pengasuh juga melek literasi.
“Literasi bukan hanya soal membaca, tapi juga kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan produktif," ujarnya.