Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tantangan Kembangkan Keterampilan Sosial Emosional pada Anak

Koordinator Nasional Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Ananto Kusuma Seta memberikan tanggapan dalam acara Diskusi Panel Implementasi untuk Kebijakan dan Praktik SES di Indonesia yang diinisiasi oleh Bakti Pendidikan Djarum Foundation di SD Masehi Kudus, Sabtu (7/12/2024). (dok. Bakti Pendidikan Djarum Foundation)

Kudus, IDN Times - Membangun keterampilan sosial emosional pada masa sekarang menjadi tantangan. Padahal, keterampilan seperti empati, kreativitas, dan kegigihan menjadi kunci keberhasilan individu di masyarakat.

1. Survei libatkan 70 ribu siswa

Direktur Pendidikan dan Keterampilan OECD Andreas Schleicher menuturkan keterampilan sosial emosional merupakan bekal penting yang membuat seseorang menjadi lebih ’manusia’ di tengah gempuran perkembangan teknologi seperti artificial intelligence (AI). (dok. Bakti Pendidikan Djarum Foundation)

Menjawab tantangan tersebut Bakti Pendidikan Djarum Foundation bersama Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) meluncurkan temuan Survei Global Keterampilan Sosial dan Emosional (SSES).

Survei OECD merupakan upaya internasional komprehensif untuk mendokumentasikan keterampilan sosial emosional siswa, serta kondisi dan praktik yang mendukung pengembangannya. Survei melibatkan lebih dari 70 ribu siswa berusia 10 dan 15 tahun di 16 lokasi global termasuk Helsinki (Finlandia), Gunma (Jepang), dan Delhi (India). Adapun, tahun ini Kudus mewakili Indonesia dan bergabung dalam survei tersebut. 

Direktur Pendidikan dan Keterampilan OECD, Andreas Schleicher mengatakan, keterampilan sosial emosional merupakan bekal penting yang membuat setiap individu menjadi lebih ‘manusia’ di tengah gempuran teknologi, seperti artificial intelligence. 

“Hal ini menjadi fondasi yang kokoh untuk berkontribusi pada dunia yang berkelanjutan. Meningkatnya keterampilan sosial emosional juga akan mengatrol sosial ekonomi. Sehingga, menjadi penting untuk terus meningkatkan keterampilan tersebut pada siswa,” ungkapnya saat acara peluncuran di SD Masehi Kudus, Jawa Tengah, belum lama ini.

2. 5 temuan untuk pengembangan keterampilan sosial emosional

Pemaparan hasil temuan dari survei keterampilan sosial-emosional oleh Direktur Pendidikan dan Keterampilan OECD Andreas Schleicher di SD Masehi Kudus, Sabtu (7/12/2024), yang menekankan pentingnya mengasah keterampilan sosial-emosional pada siswa sebagai bekal untuk menghadapi tantangan masa depan. (dok. Bakti Pendidikan Djarum Foundation)

Adapun, berikut lima temuan utama dan tantangan untuk mengembangkan keterampilan sosial emosional dalam survei global social emotional skills (SES) OECD itu yang bisa diterapkan pada anak-anak sejak dini:

  • Kunci keberhasilan holistik
    Keterampilan sosial dan emosional siswa merupakan prediktor signifikan terhadap nilai sekolah, kesehatan, dan kesejahteraan, terlepas dari latar belakang, kelompok usia, maupun kota domisili.

 

  • Penurunan kreativitas dan rasa ingin tahu di masa remaja
    Keterampilan ini menurun secara signifikan pada siswa usia 15 tahun dibandingkan dengan siswa usia 10 tahun, terutama di kota-kota Asia.

 

  • Komitmen kuat pendidik Indonesia
    Di antara semua lokasi, pendidik di Kudus menunjukkan konsistensi tertinggi dalam mengintegrasikan keterampilan sosial emosional lintas mata pelajaran. Mereka juga paling memiliki kesamaan pola pikir tentang dampak keterampilan tersebut bagi hasil akademik dan kehidupan siswa, serta tanggung jawab sebagai pendidik untuk menumbuhkannya.

 

  • Penciptaan lingkungan sekolah aman untuk keberhasilan siswa
    Perundungan masih menjadi kekhawatiran yang signifikan di semua lokasi termasuk di Kudus. Namun, di beberapa lokasi termasuk Kudus, sebagian besar kepala sekolah melaporkan tingkat penindasan yang rendah, sehingga hal ini menunjukkan adanya kekhawatiran normalisasi terhadap perilaku tersebut.

 

  • Pemberian umpan balik positif ke siswa
    Siswa yang menerima lebih banyak umpan balik guru memiliki keterampilan sosial dan emosional yang lebih tinggi. Di Kudus, menerima umpan balik guru yang lebih sering paling erat kaitannya dengan motivasi berprestasi, rasa ingin tahu, keramahan, kepercayaan, dan toleransi.

3. Selaras dengan kebijakan Mendikdasmen RI

OECD bersama Bakti Pendidikan Djarum Foundation menyerahkan hasil temuan survei keterampilan sosial-emosional kepada Penjabat Bupati Kudus, Dr. Muhammad Hasan Chabibie, S.T., M.Si, di SD Masehi Kudus, Sabtu (7/12). (dok. Bakti Pendidikan Djarum Foundation)

Koordinator Nasional Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Ananto Kusuma Seta mengapresiasi temuan survei OECD.

Ia menilai temuan ini tepat waktu dan selaras dengan arah kebijakan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed untuk meningkatkan keterampilan sosial emosional siswa, dengan konsep pembelajaran yang mindful, meaningful, dan joyful.

“Temuan survei OECD di Kudus menguatkan bahwa keterampilan sosial emosional itu sangat penting untuk menuntun para siswa sukses di masa depan. Bahwa keterampilan di abad 21 kini bukan hanya diukur dari skor PISA, tapi perlu juga dilihat dan komplementer dengan skor sosial emosional. Dari temuan ini, Kudus telah menorehkan awal yang bagus dan secara umum posisi kita di atas rata-rata. Pendidikan kita di Kudus masih lebih baik dari Singapura dan Jepang soal sosial emosional,” katanya.

4. 240 guru ikuti workshop pendalaman keterampilan sosial emosional

Para peserta nampak antusias mengikuti kegiatan permainan stimulan yang dilakukan dalam workshop yang menjadi rangkaian acara peluncuran hasil temuan survei global OECD mengenai keterampilan sosial emosional. (dok. Bakti Pendidikan Djarum Foundation)

Selain relevansi kebijakan pada tingkat nasional, temuan ini memiliki potensi untuk memperkuat dan memperluas praktik baik yang sudah ada di Kudus. Penjabat Bupati Kudus, Muhammad Hasan Chabibie mengatakan, sebagai satu-satunya kota perwakilan Indonesia dalam survei global ini, Kudus telah menunjukkan komitmen terhadap pembelajaran sosial emosional melalui aneka program strategis, yang didukung oleh mitra seperti Djarum Foundation, sehingga membantu mempercepat penerapan praktik baik di sekolah.

“Dalam sistem pendidikan yang terus berkembang, keterampilan sosial emosional akan berpurwarupa menjadi salah satu hard skills yang dibutuhkan dunia. Bagi saya, ini merupakan suatu hal yang menggembirakan. Praktik-praktik baik yang sudah berjalan di Kudus ini perlu kita pertajam lagi sekaligus melakukan scale-up melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah ke sekolah-sekolah lain di seluruh daerah di Indonesia,” tuturnya.

Sementara, pemaparan hasil survei tersebut dihadiri oleh lebih dari 300 tamu undangan, yang mencakup berbagai pemangku kepentingan, termasuk guru, kepala sekolah, orang tua, pembuat kebijakan, akademisi, hingga pegiat filantropi. Pada sesi sore acara dilanjutkan dengan workshop yang diikuti 240 guru, memberikan ruang untuk pendalaman praktik baik dalam penerapan keterampilan sosial emosional di sekolah. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
ANGGUN PUSPITONINGRUM
EditorANGGUN PUSPITONINGRUM
Follow Us