BPBD Pastikan Semua Jalur Pendakian Gunung Slamet Sudah Ditutup

Semarang, IDN Times- Pasca peningkatan status Gunung Slamet menjadi di level II atau Waspada, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah memastikan seluruh jalur pendakian menuju gunung ditutup.
Penutupan pendakian melalui empat jalur dilakukan sejak pukul 11.00 WIB. Padahal pendakian Gunung Slamet baru saja dibuka untuk umum Kamis (8/8) kemarin.
1. Pendaki dilarang naik ke Gunung Slamet

Kepala BPBD Jateng, Sudaryanto mengungkapkan, penutupan jalur pendakian akan dikoordinasikan dengan Dinas Kehutanan Jawa Tengah yang memiliki kewenangan di lahan hutan Gunung Slamet.
"Ada sekitar empat jalur pendakian resmi ke Slamet. Di antaranya Baturraden, Pemalang dan Wonosobo. Tetapi dengan meningkatnya statusnya jadi level II, tentunya kami akan berkomunikasi dengan pihak dinas kehutanan untuk menutup semua akses jalur pendakiannya. Sehingga kita pastikan saat ini para pendaki dilarang berada di lokasi tersebut," ujar Sudaryanto kepada IDN Times, Jumat (9/8).
2. Aktivitas kegempaan masih bersifat eksplosif

Lebih lanjut, ia menjelaskan, aktivitas kegempaan di Gunung Slamet saat ini agak berbeda dengan gunung api lainnya. Gunung Slamet, katanya punya karakter kegempaan eksplosif dan diperkirakan statusnya masih bisa terus berubah mengikuti fenomena alam.
3. Warga diminta menjauhi radius 3,5 kilo dari puncak gunung

Dirinya meminta kepada masyarakat setempat untuk menjauhi radius 3,5 kilometer dari puncak gunung. Ia mengatakan, keselamatan warga harus diutamakan agar tidak menimbulkan korban jiwa jika erupsi terjadi.
"Radius 3,5 kilo harus dikosongkan dari aktivitas warga. Jarak aman saat ini sekitar radius 4 kilo dari puncak Gunung Slamet," terangnya.
4. Proyek geothermal masih aman terkendali

Terkait kegiatan proyek Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) yang berada di kaki Slamet, pihaknya mengklaim saat ini kondisinya masih aman.
Sudaryanto mengklaim kegiatan proyek geothermal di Gunung Slamet tidak akan terlalu terdampak dengan peningkatan status gunung tersebut.
"Berkaca pada proyek yang melibatkan Kementerian ESDM, biasanya kondisinya sudah diperhitungkan dari potensi bencana yang ditimbulkan di sekitar lokasi. Begitu juga dengan geothermal di Slamet ini, pengaruhnya tidak akan terlalu terasa karena relatif aman dari bencana alam," tandasnya.