Ekonomi Jateng Tumbuh 5,37 Persen, Didorong Investasi dan Ekspor

- Investasi dan ekspor mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah
- Industri pengolahan tumbuh signifikan, inflasi masih dalam rentang sasaran
- Pengendalian inflasi melalui digitalisasi sistem pembayaran dan program hulu-hilir
Semarang, IDN Times - Perekonomian Jawa Tengah menunjukkan pertumbuhan positif pada triwulan III 2025 dengan capaian sebesar 5,37 persen (year-to-year/y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat 5,28 persen (y-o-y). Pertumbuhan tersebut terjadi di tengah dinamika perekonomian global yang belum kondusif.
1. Investasi menjadi motor utama pertumbuhan

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2025 diprakirakan lebih tinggi dibanding tahun 2024, terutama didorong oleh permintaan domestik yang masih meningkat.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tumbuh 6,71 persen (y-o-y). Pertumbuhan ini sejalan dengan realisasi investasi hingga triwulan III 2025 yang telah mencapai 84,42 persen dari target tahunan penanaman modal.
Ekspor Jawa Tengah pada triwulan III 2025 juga menunjukkan pertumbuhan yang tinggi meskipun melambat. Hal ini sejalan dengan neraca perdagangan Jawa Tengah yang mencatatkan surplus pada sektor nonmigas.
Selain itu, akselerasi konsumsi pemerintah yang sejalan dengan pelonggaran kebijakan efisiensi turut mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.
2. Industri pengolahan tumbuh signifikan

Dari sisi lapangan usaha, Industri Pengolahan yang merupakan kontributor utama perekonomian Jawa Tengah dengan pangsa 33,43 persen, mencatat pertumbuhan dari 4,47 persen (y-o-y) pada triwulan II 2025 menjadi 5,96 persen (y-o-y) pada triwulan III 2025.
Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) serta industri alas kaki menjadi motor utama kinerja industri Jawa Tengah, tercermin dari meningkatnya ekspor nonmigas pada komoditas tersebut.
Dari sisi perkembangan harga, inflasi Jawa Tengah pada Oktober 2025 tercatat sebesar 0,40 persen (month-to-month/m-t-m) atau 2,86 persen (y-o-y), masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional 2,5±1 persen.
Secara spasial, seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi terjadi di Kota Surakarta sebesar 0,49 persen (m-t-m) dan terendah di Cilacap serta Purwokerto masing-masing sebesar 0,33 persen (m-t-m).
Pada Oktober 2025, tekanan inflasi terutama berasal dari kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, yang dipengaruhi kenaikan harga emas perhiasan seiring tren peningkatan harga emas dunia yang mencapai rekor tertinggi sepanjang masa (all time high) pada bulan Oktober 2025.
Selain kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, inflasi juga disumbang oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau. Komoditas penyumbang inflasi pada kelompok ini antara lain telur ayam ras dan daging ayam ras yang disebabkan kenaikan permintaan. Sementara komoditas cabai merah juga mengalami inflasi seiring dengan masa puncak panen yang telah berlalu dan cuaca yang kurang kondusif.
3. Strategi pengendalian inflasi

Untuk menjaga inflasi tetap berada dalam rentang sasaran, BI bersama para pemangku kepentingan daerah melalui Forum TPID Provinsi Jawa Tengah terus memperkuat koordinasi dan melaksanakan berbagai program pengendalian inflasi yang meliputi program hulu-hilir.
Di sisi hulu, dilakukan penguatan ketersediaan pasokan hulu-hilir melalui normalisasi irigasi, bantuan benih dan bantuan sarana prasarana (sarpras) yang mendukung mekanisasi pertanian.
Sementara di sisi hilir, upaya pengendalian yang dilakukan meliputi pelaksanaan operasi pasar, Kios TPID, Mobil Pangan dan Gerakan Pangan Murah, perluasan program Champion Cabai dan Champion Beras, gerakan konsumsi pangan alternatif, serta fasilitasi business matching komoditas pertanian antara BUMP dan BUMD kepada perbankan.
Dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia terus memperkuat efektivitas dan efisiensi sistem pembayaran melalui percepatan digitalisasi.
Per September 2025, jumlah pengguna QRIS di Jawa Tengah mencapai 8,04 juta (tumbuh 12,34 persen (y-o-y), peringkat ke-3 nasional), dengan 4,2 juta merchant (tumbuh 23,25 persen (y-o-y), peringkat ke-4 nasional) dan volume transaksi 846,3 juta senilai Rp2,7 triliun.
Ekosistem digital juga diperkuat melalui perluasan QRIS Antarnegara (Jepang dan Korea) serta program QRIS TAP di sektor transportasi publik yang mendorong lonjakan penggunaan secara signifikan.
Di sisi lain, Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah (ETPD) kian menguat, tercermin dari Indeks ETPD Jawa Tengah Semester I-2025 sebesar 96,5 persen dengan status Pemda "Digital".

















