Fakta Sejarah Penetapan Tanggal Lahir Gus Dur Jadi Hari Humor Nasional

Semarang, IDN Times - Tanggal kelahiran KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada 7 September ditetapkan sebagai Hari Humor Nasional. Penetapan tersebut berawal dari dukungan Perhimpunan Pencinta Humor (Pertamor) dan Institut Humor Indonesia Kini (IHIK3) kepada para sesepuh humor seperti KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dan Jaya Suprana.
“Di masa pandemik yang membuat banyak orang stres, humor bisa menjadi vaksin bagi kesehatan mental dan mengurangi ketegangan yang terjadi saat stres. Untuk itulah Indonesia harus memiliki Hari Humor Nasional untuk merayakan humor sebagai hal yang seharusnya melekat di hati setiap rakyat Indonesia,” Chief Executive Officer IHIK3, Novrita Widiyastuti sebagaimana dalam keterangan resmi yang diterima IDN Times.
1. Inaya Wahid mewarisi kejenakaan Gus Dur

Tanggal tersebut secara resmi diperingati menjadi Hari Humor Nasional setelah pembacaan proklamasi humor oleh Inaya Wahid secara virtual yang diadakan pada Selasa (7/9/2021). Acara tersebut selain dihadiri para sesepuh humor, peringatan Hari Humor Nasional pertama dibuka ikut dihadiri oleh Prof Mahfud MD, sebagai sosok yang dekat dengan Gus Dur.
Teks proklamasi itu merupakan kreasi sendiiri dari putri Gus Dur bernama lengkap Inaya Wulandari Wahid tersebut. Pertamor dan IHIK3 menilai Inaya dikenal sebagai sosok yang cenderung mewarisi bakat Gus Dur dalam bidang olah kejutan dan kejenakaan.
2. Sudah pernah ada Hari Humor Indonesia

Penetapan Hari Humor Nasional menjadi catatan dalam sejarah Indonesia. Sebelumnya, pada tahun 2008an, seorang blogger dan pegiat humor, Bambang Haryanto, bersama sejumlah rekannya pernah menginisiasi tanggal 30 Desember sebagai Hari Humor Indonesia. Tanggal tersebut menjadi pertimbangan karena menjadi hari wafatnya Gus Dur.
Dalam perjalanannya, pilihan tanggal itu kurang mendapat sambutan masyarakat, sehingga berlalu begitu saja.
3. Gus Dur dan humor

Gus Dur selalu dikaitkan dengan humor. Ia juga disebut banyak kalangan sebagai salah satu sosok yang merepresentasikan humor itu sendiri. Tapi, mengapa bukan tokoh lawak yang banak bertabur gelak dan tawa yang menjadi ikon?
Banyak yang belum menyadari bahwa seni lawak merupakan bagian kecil saja dari seni humor yang cukup luas. Seperti seni kartun, pembicara lucu, sandiwara komedi, tari, pantomim, musik humor, tari humor, film humor dan sebagainya. Contoh-contoh tersebut merupakan anak derivasi dari induk seni humor.
Humor--sebagai energi budaya--tidak hanya berhubungan dengan canda tawa dan hiburan semata, melainkan soal tradisi berpikir beda, berpikir kritis, berpikir kreatif, yang sentilan-sentilan dan sengatannya menyentakkan manusia ke sudut perenungan, pembelajaran bahkan penyadaran. Dan, semuanya tertib dalam logika, luruh dalam estetika.
"Humor dalam diri Gus Dur merefleksikan hal tersebut. Potensi dan kompetensi yang berlapis-lapis dan bersayap-sayap itu," ujar Novrita.