Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Gus Yusuf Akui Santri Kerja di Ponpes Buat Nyari Berkah

Santri dan fatayat (santriwati) Pondok Modern Daarul Ikrom (PMDI) Kedondong Kabupaten Pesawaran. (Dok. PMDI).
Santri dan fatayat (santriwati) Pondok Modern Daarul Ikrom (PMDI) Kedondong Kabupaten Pesawaran. (Dok. PMDI).
Intinya sih...
  • Tradisi roan untuk didik santri biar gak jumud
  • Ponpes tetap butuh kritik
  • Santri jangan berhenti jelaskan kepada masyarakat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Tengah Yusuf Chudlori menekankan aktivitas pekerjaan para santri di pondok pesantren (ponpes) semata bukan untuk kerja paksa. Sebab, mereka sebatas melaksanakan roan yang jadi tradisi yang ada di tiap ponpes. 

"Lalu ada soal kerja santri yang kalau di pesantren dikenal dengan roan. Itu bukan kerja paksa tapi tabarukan mencari berkah," ujar Gus Yusuf dalam keterangan yang diterima IDN Times, Rabu (22/10/2025). 

1. Tradisi roan untuk didik santri biar gak jumud

Gus Yusuf atau KH Muhammad Yusuf Chudlori (instagram.com/gusyusufchannel)
Gus Yusuf atau KH Muhammad Yusuf Chudlori (instagram.com/gusyusufchannel)

Tradisi roan, kata Gus Yusuf, juga mendidik santri agar tidak jumud atau statis. Bahkan menjadi sebuah inspirasi.

"Bahwa santri melihat sawahnya kiai, melihat usaha kiainya, maka setelah selesai mondok kita juga setidaknya meniru berbagai usaha yang dilakukan kiai itu," paparnya.

Saat roan, seperti dirinya pernah lakukan, santri selalu menyambut dengan gembira. Karena sudah pasti kegiatan mengaji libur dan mendapatkan makanan bergizi.

"Roan itu juga tidak setiap hari, bisa hanya sebulan sekali," katanya.

2. Ponpes tetap butuh kritik

IMG-20251022-WA0060.jpg
Ketua PKB Jateng Yusuf Chudlori dan RMI PWNU Jateng saat dialog pelatihan media santri. (IDN Times/bt)

Roan juga memunculkan sikap kepedulian bersama, dan tanggap lingkungan. "Mosok santri hanya tengak tenguk saja di kamar saat ada kerja bakti," urainya.

Namun begitu, Gus Yusuf mengakui pesantren tetap butuh kritik, seperti meningkatkan kebersihan dan kesehatan. Menurut Gus Yusuf, tayangan dalam sebuah stasiun televisi sudah mengarah kepada sebuah framing negatif.

"Tapi kemudian ada tayangan di televisi dengan gambar simbah War (KH Anwar Manshur pengasuh Ponpes Lirboyo), dan diframing bahwa gara-gara terima amplop kiai menjadi kaya raya, maka kita harus jelaskan tanpa henti," ungkapnya seraya menambahkan bahwa atas dasar tayangan itu membuat para santri marah besar.

3. Santri jangan berhenti jelaskan kepada masyarakat

WhatsApp Image 2025-10-02 at 08.28.48.jpeg
Keluarga korban Ponpes Al Konziny yang ambruk pada Senin (29/09/25). (Dok. BNBP)

Gus Yusuf pun bilang saat dirinya nyantri di Lirboyo Kediri Jawa Timur sekira tahun 1985, Kiai Anwar sering dia lihat menjemur gabah setelah mengaji. Kemudian mengurusi pabrik tahu dan es batu.

"Minggu lalu saya sowan, rumahnya juga tidak berubah. Mbah War sudah selesai dengan urusan keduniaan," terangnya.

Gus Yusuf mengatakan untuk menjelaskan kepada masyarakat yang belum paham pesantren masih bisa dipahamkan. Namun kepada pihak yang tidak suka pesantren butuh kerja keras.

"Karena untuk menjelaskan kepada yang tidak suka, bisa kita ibaratkan menjelaskan indahnya pelangi kepada orang yang buta," bebernya.

Oleh karenanya, pihaknya tidak berhenti menjelaskan tradisi ponpes kepada masyarakat. Terutama untuk menangkal framing-framing jahat yang ditujukan kepada pesantren.

"Karena sebuah kebenaran jika diframing bisa akan dianggap sebagai sebuah kesalahan, begitu pula sebaliknya," jelasnya.

Gus Yusuf menegaskan santri harus selalu menjadi benteng bagi pesantren dan kiai yang selama ini memuliakan ilmu. "Memang kita harus terus menjelaskan tanpa henti, karena itu butuh pejihad-pejihad media," tambahnya. 

4. Para santri diminta bikin konten positif tentang ponpes

Halal Bihalal Akbar Persatuan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Kaffah (P4SK) di Banyumas. (Dok/Istimewa)
Halal Bihalal Akbar Persatuan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Kaffah (P4SK) di Banyumas. (Dok/Istimewa)

Sedangkan, koordinator bidang media Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI) PWNU Jawa Tengah, Ahmad Fahrurrozi menuturkan dalam seminar Bincang Media Santri Membangun Peran Santri dalam Era Dunia Digital di rumah dinas Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah Sarif Abdillah, untuk menyemarakkan hari santri nasional (HSN) 2025. 

Kegiatan kali ini diikuti oleh santri pondok pesantren di Semarang Raya dan perwakilan media RMI NU Se-Jawa Tengah dengan total peserta 65 santri. 

"Ini untuk wilayah Semarang Raya sebagai muqaddimah nanti akan berlanjut di 5 karasidenan lain di Jawa Tengah, dan Pak Sarif (Wakil Ketua DPRD Jateng) siap membersamai kita," katanya. 

Fahrur melanjutkan, dari pelatihan ini, santri diharapkan melek media, mampu memaksimalkan peran media untuk citra positif pesantren. "Belum lama ini ada framing negatif terhadap pesantren. Maka dari situ, santri-santri bisa membuat konten positif tentang pesantren untuk disampaikan kepada masyarakat luas," pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fariz Fardianto
Dhana Kencana
Fariz Fardianto
EditorFariz Fardianto
Follow Us

Latest News Jawa Tengah

See More

Gus Yusuf Akui Santri Kerja di Ponpes Buat Nyari Berkah

22 Okt 2025, 13:13 WIBNews