Harga Cabai di Banyumas Turun usai Demo ODOL, Sempat Tembus Rp80 Ribu

- Pasokan cabai tersendat membuat harga naik
- Petani cabai merugi karena hasil panen tidak bisa dijual
- Waspadai kenaikan harga cabai jika distribusi terganggu lagi
Banyumas, IDN Times - Harga cabai yang sempat melonjak tajam selama aksi demonstrasi sopir truk menolak aturan Over Dimension Over Loading (ODOL), kini mulai berangsur turun di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Banyumas. Aksi unjuk rasa yang berlangsung serentak di berbagai daerah itu sempat menghambat distribusi komoditas pertanian, termasuk cabai dan sayuran. Dampaknya, terjadi kelangkaan pasokan di pasar.
1. Pasokan tersendat bikin harga naik

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Kabupaten Banyumas, Gatot Eko Purwadi mengatakan, pasokan cabai yang sebelumnya tersendat kini mulai lancar, dan harga pun kembali mendekati level normal.
"Kemarin saat demo ODOL, harga cabai memang sempat naik karena distribusi terganggu. Tetapi hari ini (24/6) sudah mulai normal lagi. Harga cabai rawit merah turun menjadi sekitar Rp54.600 per kilogram di Pasar Manis," katanya dilansir Antara, Selasa (24/6/2025).
Aksi protes sopir truk terkait kebijakan Zero ODOL sempat menutup jalur distribusi logistik, termasuk di wilayah Banyumas, Banjarnegara, hingga Pekalongan. Akibatnya, sejumlah pasar kekurangan stok sayur dan cabai, sehingga harga melonjak.
Di Pasar Wage dan Pasar Ajibarang, misalnya, pasokan cabai sempat menipis. Sementara di Pasar Manis, harga cabai rawit merah pernah menyentuh Rp61.125 per kilogram pada Minggu (22/6/2025), meski ada informasi yang menyebut harga eceran sempat tembus Rp80.000/kg.
2. Petani cabai terdampak

Meski demikian, Gatot menjelaskan, angka tersebut merupakan akumulasi dari pembelian dalam skala kecil atau eceran.
“Kalau beli per ons memang bisa Rp8.000, jadi kalau dikalikan ya terlihat mahal. Tapi untuk pembelian 1 kilogram, harga umumnya masih sesuai acuan, yaitu Rp40 ribu--Rp57 ribu,” tambahnya.
Tidak hanya konsumen, para petani cabai juga merugi. Pegiat Asosiasi Champion Cabai Indonesia (ACCI) di Banjarnegara, Teguh Suprapto mengungkapkan, banyak petani di daerah pelosok tetap memanen cabai karena tidak tahu adanya demo. Sayangnya, hasil panen menumpuk di gudang karena kendaraan pengangkut tidak bisa beroperasi.
“Cabai tidak bisa dikirim keluar daerah, akhirnya busuk. Petani rugi, sementara di pasar justru harga cabai naik karena pasokan tersendat,” jelas Teguh saat dihubungi dari Purwokerto.
3. Waspadai kenaikan harga cabai lagi

Sebagian petani mencoba menyiasati kondisi dengan mengantar cabai menggunakan sepeda motor lewat jalur alternatif. Teguh sendiri mengaku harus menepati janji dengan pembeli dan mengantarkan cabai ke Pekalongan lewat jalur Petungkriyono demi memenuhi kontrak. Namun, risikonya besar.
“Kalau ketahuan bawa cabai pakai mobil, bisa disweeping sopir lain karena dianggap mengkhianati perjuangan demo. Jadi, ya kita akali pakai motor,” ungkap Teguh.
Setelah demo mereda, harga cabai rawit merah di Pasar Induk Banjarnegara mulai kembali stabil. Dari yang sempat menembus Rp80 ribu per kilogram, kini harga sudah turun menjadi sekitar Rp45.000/kg.
Teguh mengingatkan, jika aksi serupa kembali terjadi dalam waktu dekat atau distribusi kembali terganggu, harga bisa naik lagi.
“Petani juga jadi waswas. Kalau hasil panen nggak bisa dijual, mereka kesulitan bayar buruh panen,” ujarnya.