Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Penyebab Celaka di Pendakian, Hipotermia Akut Bikin Pendaki Gunung Slamet Panik

Sempat Hilang di Gunung Slamet, Naomi Daviola Akhirnya Ditemukan (tabloidnyata.com)
Sempat Hilang di Gunung Slamet, Naomi Daviola Akhirnya Ditemukan (tabloidnyata.com)
Intinya sih...
  • Pendaki Gunung Slamet sering stres saat gejala awal hipotermia
  • Kebanyakan pendaki dievakuasi karena kondisi kurang fit akibat perubahan suhu udara yang berubah-ubah
  • Basarnas Cilacap mengimbau pendaki meningkatkan kesadaran dan membawa perlengkapan logistik yang cukup

Semarang, IDN Times - Kecelakaan di jalur pendakian Gunung Slamet terjadi empat kali selama periode Januari-Juli 2025. Basarnas Cilacap menyebutkan para pendaki rentan mengalami hipotermia lantaran kurang mewaspadai perubahan cuaca yang drastis di sejumlah pos pendakian Gunung Slamet. 

Pendaki Gunung Slamet sering stres saat gejala awal hipotermia

SAR gabungan saat apel pencarian Naomi di Gunung Slamet. (IDN Times/bt)
SAR gabungan saat apel pencarian Naomi di Gunung Slamet. (IDN Times/bt)

Syaiful Anwar, Humas Basarnas Cilacap mengungkapkan gejala hipotermia sebetulnya gampang dideteksi dengan melihat perubahan muka dan gerakan si pendaki. 

Namun tak jarang ketika gejala awal mengalami hipotermia, pendaki di Gunung Slamet sering ditemui cepat stres bahkan langsung panik dengan berusaha secepat mungkin turun ke basecamp. 

"Kalau di Slamet rata-rata yang kena hipotermia itu pas gejala awalnya kelihatan stress dan langsung panikan. Kalau dia memaksakan turun, pasti akan cepat capek dan seringnya kehilangan kesadaran," ujar Ipul sapaan akrabnya, saat berbincang dengan IDN Times dari sambungan telepon, Jumat sore (1/8/2025).

Kebanyakan pendaki yang dievakuasi tubuhnya kurang fit

IMG-20250727-WA0017.jpg
Tim gabungan Basarnas Cilacap membungkus jenazah pendaki dengan memakai kain terpal untuk dibawa turun ke basecamp Gunung Slamet Banjarnegara. (IDN Times/Dok Humas Basarnas Cilacap)

Ipul juga bilang bahwa banyak pendaki di Gunung Slamet yang terpaksa dievakuasi tim gabungan Basarnas dan Potter karena kondisinya kurang fit. Kesehatan pendaki biasanya terganggu akibat perubahan suhu udara Gunung Slamet yang berubah-ubah. 

"Kebanyakan yang kita evakuasi tubuhnya kurang fit. Umumnya yang mengalami hiportermia pas sudah naik ke pos pendakian yang sangat tinggi," bebernya. 

Pendaki aska Sukabumi meninggal akibat sakit di Pos 5

Gunung Merbabu (commons.wikimedia.org/Kondephy)
Gunung Merbabu (commons.wikimedia.org/Kondephy)

Ipul mengaku laporan pertolongan evakuasi sering masuk ke Pos SAR Banyumas belakangan ini. Bahkan belum lama ini ada satu pendaki asal Sukabumi meninggal karena sakit dan hipotermia di Pos 5 Bambangan dan satu pendaki lagi berhasil diselamatkan ke basecamp. 

Pihaknya pun mengingatkan kepada para pendaki agar mewaspadai penurunan suhu udara yang drastis khususnya di Pos pendakian Bambangan. "Kalau cuaca kemarau basah seperti sekarang temperatur pos Bambangan sampai 12 derajat," urainya. 

Basarnas siagakan tim reaksi cepat di Pos SAR Banyumas

Tim SAR gabungan memberi salam semangat sebelum mengevakuasi empat ABK perahu katir. (IDN Times/Dok Humas Basarnas Cilacap)
Tim SAR gabungan memberi salam semangat sebelum mengevakuasi empat ABK perahu katir. (IDN Times/Dok Humas Basarnas Cilacap)

Untuk itulah, Ipul menyarankan pendaki Gunung Slamet meningkatkan kesadaran dengan membawa perlengkapan logistik yang cukup saat berniat naik sampai ke puncak. Terlebih lagi Basarnas Cilacap telah mendeteksi adanya potensi badai yang kerap melanda puncak Gunung Slamet saat hujan mengguyur. 

"Sebaiknya masyarakat terutama para pendaki lebih hati-hat. Kita imbau lebih waspada. Karena cuaca saat ini cenderung dingin, hujan yang turun di pendakian perlu diwaspadai. Diperkirakan juga ada badai di puncak Gunung Slamet," paparnya. 

Basarnas mengimbau para pendaki Gunung Slamet membawa perlengkapan jaket dan baju tebal, sepatu sesuai standar pendakian serta membawa logistik makanan minuman. 

"Logistik bahan makan wajib harus ada. Kalau jadwal mendakinya di atas dua tiga hari ya setidaknya perlu bawa logistik lebih dari tiga hari," paparnya. 

Untuk mengurangi angka kecelakaan di jalur pendakian, Basarnas Cilacap menyiagakan personel dengan standar respon time di Pos SAR Banyumas. Pos SAR Banyumas punya jarak terdekat dengan basecamp Bambangan karena bisa ditempuh perjalanan sejam. 

Pendaki juga rawan kena dampak karhutla

Proses pencarian dan evakuasi korban Farel Putra Santoso (16) di Sungai Way Seputih, Lampung Tengah. (Dok. Basarnas Lampung).
Proses pencarian dan evakuasi korban Farel Putra Santoso (16) di Sungai Way Seputih, Lampung Tengah. (Dok. Basarnas Lampung).

Terpisah, Kabid Kedaruratan BPBD Jateng, Muhamad Chomsul saat dikontak IDN Times mengatakan para pendaki gunung patut ekstra waspada saat mendaki gunung selama musim kemarau basah. Sebab, selain menghadapi tantangan hujan yang tiba-tiba mengguyur deras, pendaki juga rawan terkena dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di jalur pendakian. 

"Potensi karhutla di jalur pendakian tentu terbuka lebar walaupun musimnya lagi kemarau basah. Maka harus ada kesadaran bersama-sama untuk mengatasi kerawaanan bencana di sekitar gunung. Baik Gunung Merbabu, Lawu, Sindoro Sumbing atau Slamet sama berbahaya kalau kita lengah saat mendaki," kata Chomsul. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bandot Arywono
EditorBandot Arywono
Follow Us